Rara telah membersihkan luka di lututnya dan kembali kekelas. Dia duduk dengan ditemani komik bacaannya yang belum selesai.
"Bu ratna ga adaaa coyyy... " teriak salah seorang yang lari terengap-engap dari luar kelas, namanya Bima.
"YEEEEEEEEE.... " seisi kelas bersorak, kecuali Rara.
"Woooohooooo...!!!"
"Kemana emang?" tanya Zahra, teman sebangku Rara. Rara menoleh kearah Zahra saat teman sebangkunya itu bertanya kepada Bima.
"Sakit" Ceplos Otong, si tukang pembuat onar.
"Huss.. Gaboleh gitu tak'iye, gabaik kata mama kauláh" Sambar Titin, dengan logat maduranya yang sangat kental.
Bu Ratna adalah guru Kimia, lulusan ITB. Bu Ratna, sebenarnya sangat cerdas, tapi kelewat cerdasnya itulah yang membuat semua murid dari kelas X IPA 1-4 enggan diajar olehnya. Pembawaannya yang bukan sepantar dengan kapasitas daya tangkap anak SMU itu sangat memberatkan semua murid yang di ajar olehnya, selama hampir dua semester ini, sangat sadar bahwa gak ada materi lain yang dipelajari selain materi tentang "Atom", dua semester semua murid yang di ajarnya hanya mengerti bahwa angka diatas senyawa adalah nomor massa dan yang dibawah adalah nomor atom, thats it!
Dan itu sangat buang-buang waktu. Setiap dia masuk, tetap akan bab itu yang dipelajari, sebagaimana banyak siswa-siswa cerdas yang mengingatkan"Bu bab ini sudah"
Tapi nampaknya beliau begitu konsisten.-
Sementara Rara sibuk dengan bacaannya, seisi kelas berkubu-kubu.
Ada yang bermain monopoli, kartu remi, ada juga yang menonton drama korea."Ra.. " Zahra sedikit menyenggol Rara dengan sikunya.
"Hmm?" jawab Rara tanpa menoleh."perpus yu.. " ajak Zahra.
"Mager zah, sorry" kata Rara sedikit menoleh, dan langsung kembali kebacaannya.
"Bentar doang.. plis, temenin" Pinta Zahra, dengan muka melas.
"Yaudah ayok"
"tapi toilet bentar ya" tawar Zahra dengan senyum lebar.
Rara mengangguk pelan.
Keduanya berdiri, dan pergi keluar kelas.
Zahra berjalan didepan Rara, gerakkannya begitu cepat.
"Ayo ra.. buruan" Zahra melambaikan tangan kebelakang tanpa berbalik badan.
"Lo kebelet?" Tanya Rara santai sambil terus membolak-balikan halaman komiknya.
Zahra yang berjalan didepannya dengan langkah yang begitu lebar, sampai dia tak sadar temannya jauh tertinggal di belakang.
"Ehh.. lo mau kemana?" Ucap Rara spontan, melihat Zahra berbelok kekiri arah ruang guru, padahal arah perpus dan toilet lurus.
"Bentarrr ikut gue sini" Zahra terus jalan.
"Ga ah, gue balik kekelas aja" Rara berputar haluan. Dari sudut lainnya, Zahra menghembuskan napas keras, dan menyusul temannya itu.
"Bentaaar aja, plis, ada yang harus lo liat" Zahra menarik pergelangan tangan Rara.
"lima belas menit ajaaa"
"Ga"
"tiga belaaas?"Rara menggelengkan kepalanya.
"dua belas setengahhh?"
"Ngga"
"Dua belas seperapat??"
"Dua belas menit???"
"Sebela--"
"dua menit ayok" Rara memutuskan tawaran.Tanpa membuang-buang waktu, Zahra menarik tangan Rara, untuk ikut bersamanya.
-
Mading utama terletak dua bangunan sebelum ruang guru yaitu ruang Tata Usaha dan Ruang Seni Kriya yang disekat beberapa meter oleh tangga kelantai dua, awalnya memang tepat disebelah ruang guru, tetapi ada beberapa alasan yang membuat pengelola mading SMU Bina Garuda Jakarta atau yang lebih populer dengan nama ekskul “CXOZY Team” meminta agar papan mading dipindahkan ketempat lain. Salah satunya karena guru-guru yang keberatan jika pada saat pembaruan mading, pengelola dekorasi mading kurang bertanggung jawab dengan sampah-sampah kecil yang berceceran dilantai, seperti bekas kulit double tape.-
Mereka sampai tepat didepan mading. Rara mengulurkan jari telunjuknya dan menelusuri setiap bagian berita yang terpampang di mading.“Lo cari apaan sih?” Tanya Rara heran dengan kelakuan Zahra yang tak jelas.
“Bentar, gue cari dulu pamfletnya, ini banyak banget, gue bingung tentang yang mana” Jawab Zahra.
“NAHHH..”
“Nihh.. liat ra..” Zahra menunjuk salah satu pamflet berwarna ungu tua, dengan object utamanya adalah perempuan yang sedang memegang microphone.
“Lomba nyanyi?” tanya Rara heran.
“Iyalah lomba nyanyi, tulisannyankan gitu!” Zahra menekan suara.
“terus?” Rara mendelik tak mengerti.
“Ya, el-lo ikut” Zahra tergagap.
“Hah, gapenting banget sih lo” Rara berbalik hendak pergi
“Ra..ra tunggu dulu” kata Zahra sambil menarik lengan baju Rara
“Apaan sih?” Jawab Rara dengan nada malas.
“Hah.. ra, move on dong..” Zahra berdecih, dia gak ngerti dengan sikap Rara yang terus-menerus bak manusia bodoh yang dipaku dimasa yang mungkin udah ngelewatin masa ‘baru gede’ nya.
“Lo kenal gue bukan baru kemaren! Zah, ngertiin gue, lo tau apa yang gue maksud. So please, dont you ever bring up my past again! Understand!?” Ucap Rara dengan Rara menekan semua kalimatnya.
Dia memerhatikan sekitar, memastikan keadaan bahwa gak ada yang denger omongan dia. Rara menutup sebagian wajahnya, dia mengatur kembali napasnya.
“Ga ra! Gue gak akan biarin temen gue terus-terusan bego!”
“Alur kehidupan lo itu maju, bukan mundur atau campuran! Lo harus tetep jalan, jangan duduk dan merhatiin kebelakang mulu! Lo boleh inget masalalu lo! Tapi gak kalo itu bakal ngerusak masa depan lo!” lanjut Zahra dengan jelas.
Rara hanya terpaku, diam tanpa sepatah kata elakan, yang biasanya dia keluarkan untuk membuat lawan bicaranya kalah dan memilih untuk diam,tapi waktu berkata lain saat ini, dialah yang diperintah untuk diam dan kalah.
“idup lo itu sebuah drama ra, dan setiap orang disekeliling lo itu merhatiin. Ini saatnya lo diri dari kursi kesedihan lo, bangkit dan lari kedepan! Kejer semua yang udah lo tinggalin”
“Lo gaperlu vakum nyanyi, vakum bask--"
“Zah..” ucap Rara lirih.
“Oke,kita gausah bahas itu!Tapi apa lo gacape selalu jadiin Alen---"
“ZAAAAHHH IIIIHHH..!!” Spontan Rara membungkam mulut Zahra dengan kuat, dia melihat kesekeliling.
“Kalo ada yang denger gimana!!” maki Rara. Zahra yang merasa engap melepas paksa bungkaman tangan Rara.
“Huhh..huhh..huu.. oke oke, sorry! Gue gasengaja, gue kebawa emosi” Kata Zahra dengan napass yang tak teratur.
Entah gimana buat jelasin tentang masa lalu Rara. Semua begitu buruk, sampai-sampai setiap kata yang terkait dengan serpihan masa-lalunya akan menimbulkan goresan yang sangat fatal. Kalau diceritakan, gak tau harus mulai darimana, satu peristiwa dengan sejuta masalah didalamnya.
“Jadi gimana keputusan lo?” tanya Zahra dengan tenang.
“Lo harus kendaliin hidup lo, yang lo yang dikendaliin ra” lanjut Zahra menasehati.
“Gue pikir-pikir dulu, gue gamau salah ambil keputusan” Rara tertunduk seketika.
Dia masih dalam bayang-bayang semua ucapan Zahra dan campran masa-lalunya.
Zahra yang mendengar jawaban Rara, nampak puas, dia merasa bahwa hati Rara mulai terbuka sedikit demi sedikit, walau keliatan belum pasti, tapi setidaknya mulai ada pergeseran dari yang sama sekali tidak goyah.
Aaaaaaa.. jari gue patah nih :(
Haha.. gadeng, bohong! Y x.
Okeeew! Ini part 4, dimana nyeritain kalo sahabat yang dipercaya Rara itu gacuma Alen kok genggs! Ada Zahra.
Tar dipart selanjutanya gue jelasin soal Zahra yang jelasnya.
IHHHH KANGEN ALEN :(tengs yang udah baca, udah vote, udah comment, udah dukung!
[Kauláh: Aku] Bahasa Madura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akar (Sebelum) Ranting
Teen FictionKadang kala.. Hidup mengharuskanku menangis tanpa sebab. Aku keliru dengan semua perkiraanku. Matahari tanpa sinar tak layak disebut matahari. Demikian juga aku, kupikir. Aku hanyalah matahari yang seharusnya memancarkan sinar, sekalipun mendung ke...