Rara menyeruput habis yakultnya, mendengar suara bel yang bergema memenuhi area sekolah. Dia rasa, satu kilometer diluar sekolah pun, bel yang berbunyi seperti suara gerobak eskrim ini, masih akan terdengar jelas.
Dia bangkit dari tempat duduknya, sedikit memerhatikan sekeliling.
"Sepi" ucapnya pelan.
Rara meraih botol yakult kosong dimeja, dengan gaya bak basketballer, Rara melempar botol yakult itu ke tong sampah yang berjarak kurang lebih dua meter dari tempatnya.
"Point! Yeay!" katanya dengan jari terkepal, dan senyum kecil yang nampak tak jelas.Rara berjalan kembali kekelas, dengan tentengan plastik alfamart.
Letak kelasnya cukup strategis, tapi jauh dari kantin. Dia melewati lorong yang nampak begitu sepi.
Sedikit memberitahu, sekolah Rara adalah sekolah peninggalan jaman Jepang, model bangunannya masih kuno, semua masih tampak asli, hanya beberapa bagian yang sudah diubah menjadi lebih modern, seperti bangunan laboratorium komputer, bangunan itu sudah dirombak habis, beda dari dulu. Sekolah Rara, SMU Bina Garuda Jakarta, dikelilingi pohon-pohon menjulang yang merupakan paru-paru dari sekolah itu. Sekolah itu selalu sejuk, setiap sudut selalu dilindungi pohon.
Lorong masih panjang, dia masih ada ditengah bagian.
"Drrrtt.. drttt... " ponselnya bergetar, sesuatu yang membuat kakinya berhenti melaju.
Rara merogoh saku roknya dan mengangkat telponnya. Mamanya menelpon."Halo m---... "
"BRUUUGGGG!!"
"AWWWW!!!"
Sesuatu menghantam kuat dirinya, membuat dia berseru kesakitan dan ponselnya terpental jauh kebelakang. Rara jatuh ke ubin yang penuh dengan desiran pasir kasar.
Sesuatu yang sangat mengagetkannya itu, membuat dia terpejam keras, seolal takut ada serangan susulan."Ehh ehh.. kamu gapapa???" Suara berat mulai terdengar jelas, sangat jelas. Itu suara laki-laki.
Rara masih takut, dia belum berani membuka matanya."Heii.. kamu gapapa?" ulang laki-laki itu sambil memegang pinggir kedua bahu Rara.
"Jangan sentuh gue!" sontak Rara membuka matanya dan menepis tangan laki-laki itu.
"So-sorry" katanya canggung.
Rara berdiri, dengan kaki yang masih gemetar. Laki-laki itu ikut berdiri, dan tepat didepan Rara.
Rara yang merasa gak nyaman, mundur satu langkah kebelakang.
Laki-laki itu merasakan kecanggungan Rara, dia ikut sedikit menjauh.
Rara menunduk, melihat choki-chokinya berserakan dan sebagian besar yakultnya pecah."Kamu gapapa? Saya udah tiga kali tanya itu kekamu, kamu belum jawab juga" tanya laki-laki itu lagi.
Rara membisu, pandangannya terus kesemua yang berserakan dibawahnya.
Laki-laki itu mengikuti pandangan Rara,"Saya minta maaf, nanti saya ganti semua barang kamu yang ancur"
Rara tetap tak menjawab, tangannya terulur menyentuh lututnya,
"Sshh.. aw" desah Rara kesakitan, dia mengangkat kembali jemarinya
"Darah.. Lutut kamu berdarah" ucap laki-laki itu, dan langsung turun tepat kedepan lutut kiri Rara yang berdarah.
Sadar dengan keberadaan laki-laki itu di berlutut didepannya dan akan menyentuhkan tissue yang laki-laki itu ambil dari sakunya,"Gue ga--papa" Rara menarik kaki kirinya dengan cepat.
"Kamu luka" laki-laki itu maju mendekat, dan akan menyentuhkan tissue kelutut Rara -lagi-
"Ng-ga" Rara terus mundur, sebalikanya laki-laki dengan seragam sama sepertinya itu terus maju mendekat.
"Gue bilang, gue gapapa!!" Seru Rara memenuhi lorong.
Laki-laki itu menarik napas panjang, dia sadar dengan kekeras kepalaan Rara. Dia kembali berdiri, dan menyodorkan sembal tissue tadi ke Rara.
"Saya tebak, kayaknya kamu keras kepala banget.." kata laki-laki itu dengan sedikit tertawa pahit.
"Ini kamu bersihin sendiri aja.." lanjut laki-laki itu.
Rara meraih tissue itu pelan.
"Kamu takut banget disentuh orang?" laki-laki itu bertanya.
Rara membalasnya dengan sedikit delikan mata, sambil jongkok dan membersihkan kotoran di lututnya.
"Kenapa sih?" tanyanya lagi.
"Kamu penyakitan?" lanjutnya lagi, belum selang lama dari pertanyaan yang sebelumnya.
"Huffh.. " Rara menghembus napas tak percaya, dia menghempaskan tissue ditangannya dan kembali berdiri. Matanya menajam, tanpa kata sedikitpun yang keluar.
"Kenapa liat saya kayak gitu? Ada sesuatu dimuka saya?" kata laki-laki itu sambil memegang kedua pipinya. Rara heran dengan manusia didepannya ini.
"Freak lo!" Ucap Rara ketus, dan langsung melewati laki-laki aneh tadi.
Rara melanjutakan jalannya, dengan darah yang masih terus mengalir dilututnya.
"Yehh.. kamu yang aneh, saya tanya malah diem aja!" Seru laki-laki itu dari balik punggung Rara. Rara tak menghiraukan sedikitpun ucapan laki-laki aneh dibelakangnya.
"Heii, luka kamu.. jangan lupa diobatinnnn.. tar infeksi, saya minta maaaaaf!!" katanya lagi.
Rara terus berjalan, tak peduli.
Aku update nih, ada tokoh baru yang masuk dikehidupan Rara.
Siapa ya kira-kira?
Ini masih bagian dari "Just A Friend To You" ya :)
Aku bakal post lanjutannya segera (:
Jangan lupa comment + vote ya (:
Makasiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Akar (Sebelum) Ranting
Fiksi RemajaKadang kala.. Hidup mengharuskanku menangis tanpa sebab. Aku keliru dengan semua perkiraanku. Matahari tanpa sinar tak layak disebut matahari. Demikian juga aku, kupikir. Aku hanyalah matahari yang seharusnya memancarkan sinar, sekalipun mendung ke...