“TERERENGG..TERERENGG..TERERENGGG.. TENGGTENGGG!! TERERENGGG..TERERENGG..TERERENGGG.. TENGGTENGGG!!
TERERENGGG..TERERENGG..TERERENGGG.. TENGGTENGGG!! TERERENGGG..TERERENGG...TENGGTENGGG!!”Bel pulang sekolah berbunyi dengan tambahan sorak seisi sekolah.
Kesekolah mendamba uang jajan sebagai pemasukan rutin tiap hari dan setelah sampai disekolah berharap segera bel pulang yang ditekan oleh guru piket.
Pelajaran terakhir kelas Rara, X MIPA 2 adalah Matematika Peminatan.
“Oke anak-anak, sampai disini dulu pelajaran kita, jangan lupa yang belum ulangan besok susulan sama ibu diruang guru” Ucap Bu Dian sambil membereskan buku-buku dan draft nilai para murid.
“Iya buuuu..” kompak satu kelas.
Bu Dian keluar setelah mengucap salam dan dijawab oleh murid.
“Woooy!! Yang piket jangan pulang duluu..” Teriak Annisa sang seksi kebersihan memenuhi ruangan.
Hari ini adalah hari kamis, hari piket Rara, sedangkan teman sebangkunya berada dihari yang berbeda.Rara kesudut kelas, mengambil sapu dan serokan, sementara anak lelaki sibuk mengangkat bangku-bangku keatas meja.
“Ra.. cuma kamu, Rian, sama Pipin aja? Yang lain mana?” Annisa bertanya sambil menghampiri Rara yang sedang menyapu bagian belakang.
Rara yang memunggungi Annisa hanya menjawab sang seksi kebersihan dengan mengangkat bahu.Annisa mengambil sapu yang lain.
“Aduuh, gimana ya, kelas harus bersih besok ada rapat orang tua, wakasek humas tadi bilang ke ketua kelas suruh bikin kelas kinclong” ucap Annisa lirih.Rara tak menggubris, dia hanya melirik sekilas dan tetap pas sapu dan serokannya.
“Ra..”
“Hmm?”
“Mau kan bantuin gue bersihin kelas? Pliss, gamungkin gue sendirian” Annisa memohon dengan wajah melas.Rara melirik arlojinya, pukul dua. Rara menghela napas dan mengangguk segera. Wajah melas Annisa spontan berubah.
Mereka berdua memulai berbagi kerjaan, Rara mengelap jendela, dan Annisa mengepel lantai.
Semua dikerjakan hanya oleh berdua, dari mengganti taplak meja, menyiram bunga depan kelas dan membersihkan debu yang menumpuk dibuku-buku yang tersusun di perpustakaan kelas.
“Huh akhirnya! Kinclong!” kata Annisa sambil mengusap dahi.
Rara meraih botol tupperware menenggak hampir setengah dari sisa air .“Ra, tengs banget ya udah mau bantuin gue, gatau deh gue kalo gada lo mau sampe jam berapa gue bersihin ini kelas yang super laknat akan kotoran bekas makhluk-makhluk dikelas” Ucap Annisa dengan nada berlebihan.
“santai aja..” ucap Rara dengan sidikit tersenyum.
“Ra, udah setengah lima nih.. cabut yu! Oh ya, lo pulang gimana? Mau bareng gue naik motor?” Ajak Annisa.
Awalnya dipikiran Rara tak ada salahnya memulai kedekatan kembali dengan teman sekelasnya, tapi saat Rara mau bilang ‘iya’, dia teringat sahabat absurd yang ‘katanya’ sedang menunggunya, Alen, dilapang futsal Hanggar.
“Ngg.. ga deh nis, gue dijemput” ucap Rara santai.
“Ohh yaudah, gue pulang duluan ya” Annisa meraih tasnya dan berjalan menuju parkiran motor yang berada disebelah selatan.
“Gue telpon Alen aja kali ya” Rara merogoh saku roknya, saku bajunya tapi ponselnya gak ada.
Dia membuka semua bagian dari tasnya, mulai dari yang terkecil sampa yang terbesar, tapi ponselnya tak terlihat sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akar (Sebelum) Ranting
Teen FictionKadang kala.. Hidup mengharuskanku menangis tanpa sebab. Aku keliru dengan semua perkiraanku. Matahari tanpa sinar tak layak disebut matahari. Demikian juga aku, kupikir. Aku hanyalah matahari yang seharusnya memancarkan sinar, sekalipun mendung ke...