Seoul, 23 September 2015
Beberapa hari ini ada yang berbeda dengan Joohyun, dan Taehyung menyadarinya. Sebut dia tidak peka atau tidak pedulian karena ia tetap diam walau ia tahu ada yang salah, Taehyung tetap diam tanpa niat bertanya sedikitpun. Mereka baru saja memutuskan untuk pindah bersama, tentu saja itu langkah yang sangat besar untuk keduanya dan mempengaruhi kehidupan mereka. Taehyung merasa bimbang, apakah mungkin keputusannya untuk tinggal bersama terlalu cepat? Tapi Joohyun bisa menolaknya jika ia mau. Apakah mungkin Joohyun terlalu baik untuk menolak?
Karena alasan itu, Taehyung berpikir kalau kekasihnya hanya butuh sedikit jarak dan ia akan memberikannya untuk Joohyun, walau itu artinya akan terasa bosan tanpa bercanda dan mengobrol dengannya. Taehyung tetap konsisten dan memilih keputusannya, maka dari itu ia tidak bertanya perihal apapun dan menunggunya Joohyun bercerita.
Ah terlalu banyak pertanyaan yang berkecamuk di otaknya.
Suara keyboard masih terdengar di telinga Taehyung, padahal waktu sudah menunjukan pukul 22.49 malam. Taehyung memutuskan untuk keluar dari kamarnya, menghampiri sumber suara dengan segelas cokelat panas yang sudah mulai dingin di tangannya. Ini bukan pertama kalinya Joohyun begadang untuk bekerja, ia sering kali begadang untuk mengumpulkan laporan catatan medis yang harus diserahkan keesokkan paginya.
Tapi kali ini ia sudah melakukannya selama tiga hari berturut turut dan Taehyung yakin Joohyun kurang tidur, apalagi istirahat. Ia menoleh kedalam ruang kerja Joohyun, melihat sang kekasih dengan kantung mata yang mungkin sudah tidak bisa hilang lagi, cahaya dari layar monitor menyinari wajahnya yang lelah, dan Brownie –kucing jantan mereka, tertidur nyenyak diatas meja.
"Sayang~" Taehyung merajuk manja, membuat fokus Joohyun teralihkan sebentar dari laporan yang ia ingat harus diselesaikan sebelum besok lusa. "Tidur yuk? Aku ngantuk banget nih."
"Bentar ya, aku masih harus selesain ini." Joohyun kembali memfokuskan matanya ke layar monitor dihadapannya, "Kalo nggak kamu tidur aja duluan gih."
"Ah, sayaaang~ aku nggak mau~" Taehyung tidak menyerah. Joohyun butuh istirahat, jika dia memiliki alasan untuk bekerja, maka Taehyung akan menjadikan dirinya sendiri alasan Joohyun untuk beristirahat. Joohyun menghela napas untuk kesekian kalinya hari itu, kemudian menatap Taehyung yang menyender di frame pintu dengan ekspresi wajah cemberut yang dibuat buat. "Yuk?"
"Ini deadline-nya lusa, sayang. Aku ngerjain setengahnya aja belum." Taehyung melenguh tanda menyerah, lantas, ia masuk kedalam ruang kerja Joohyun dan mencium aromaterapi lavender yang menyeruak di indra penciumannya, mengalahkan aroma tubuh ceri dan mint milik Joohyun.
"Apa sih? Emangnya ngerjain apa sih?" Taehyung menundukan kepalanya disamping Joohyun, melingkarkan kembali selimut tipis yang merosot dari bahu Joohyun –sudah menjadi kebiasaan untuknya, mencium kepalanya sekilas sebelum merebut mouse dari tangan Joohyun, melihat apa yang dikerjakan gadis itu. "Yaelah yang, masa aku di nomor dua-in? Sama laporan pasien gini doang?"
"Tae, ini bukan 'laporan pasien gini doang'. Kalo nggak ngerjain ini aku dapet duit darimana buat beli bahan makanan? Hah? Mana kamu yang makannya banyak." Joohyun tertawa kecil, Taehyung merasa sedikit lega dalam hati, setidaknya gadis ini masih bisa tertawa walaupun ia tahu Joohyun merasa amat lelah. "Sadar diri dong."
"Kamu kan perawat yang, bantuin dokter aja. Masa ginian juga kerjaan kamu sih? Minta naik gaji!" Hardik Taehyung, "Trus ya, aku emang makannya banyak, soalnya jadi arsitek pusing tau. Makan banyak aja aku gak gemuk gemuk nih, belom jadi daging udah jadi tenaga."
"Iya sayang iya~" sahut Joohyun dengan sabar, mencubit pipi Taehyung dengan keras dan melepaskannya ketika pemuda itu mengaduh kesakitan. "Makanya biarin aku kerjain ini dulu ya, baru tidur. Biar kamu bisa makan enak terus."

YOU ARE READING
The Daily Life
Fanfiction" Aku mau ah punya badan kayak Jeongguk." Joohyun baru saja berniat membantu Taehyung, membayangkan kekasihnya dengan biceps kencang dan perut keras dengan otot kotak kotak sempurna seperti milik Jeongguk. Membayangkan kekasihnya yang sudah luar b...