Seoul, 12 April 2017
"Sayang, udah dong. Mau kemana lagi sih?" Taehyung mengeluh untuk yang kesekian kalinya hari itu. Joohyun tidak biasanya merengek, apalagi pergi keluar rumah malam-malam hanya untuk mengunjungi tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka.
Taehyung ingat kalau tempo hari dia minta diantar bertemu dengan Jeongguk, padahal Jeongguk sedang berkemah dengan teman-temannya di Gunung Seorak. Alhasil ia dan Joohyun ikut berkemah mendadak, terima kasih pada Yerim yang membiarkan keduanya tidur di tenda yang ia bawa.
Minggu lalu ia menangis tersedu-sedu karena merindukan Jimin, yang benar saja. Park Jimin tunangan Kang Seulgi yang baru saja terbang kembali ke Prancis dua jam sebelum ia mulai merengek. Seulgi sendiri keheranan mengapa Joohyun merindukan kekasihnya, karena bahkan ia tak tahu kalau mereka sedekat itu. Terima kasih pada layanan video call, Joohyun bisa langsung berbicara dengan Jimin lewat laptop Taehyung.
Bukan hanya itu untak-antek Joohyun yang lain, ia kerap membeli pakaian yang tidak bisa dipakainya sehari hari. Rok mini, pakaian dalam dengan renda, dan astaga, onesie unicorn yang terpampang di etalase toko pakaian anak-anak.
Untung saja Taehyung ingat alasan mengapa Joohyun berubah 180 derajat begini.
Joohyun sedang mengandung janin berusia lima bulan.
Jika saja ia tidak ingat alasan itu, mungkin ia sudah menangis tersedu-sedu pada ibu dan ayahnya. Wanita hamil memang luar biasa. Taehyung akhirnya mengerti apa mood swing yang dimaksud ibunya, hingga selera makan aneh yang diminta istrinya –kemarin ia minta sandwich daging asap di isi dengan Nutella, apakah itu pantas dimakan?
Taehyung melenguh lelah.
"Ayo Tae, anterin aku ke mall, ya? Aku mau liat baby stroller. Ya, ya, ya?" Taehyung memutuskan untuk mengalah, mengangguk lelah sambil mengambil kunci mobil di atas rak bukunya di ruang tamu. Joohyun nyengir lebar, senang dan merasa bersemangat. Membayangkan baby stroller berwarna pink dengan pita dan renda yang manis.
Taehyung tahu kalau Joohyun tidak sadar, ia berubah menjadi sedikit impulsif. Beruntungnya, sering kali barang yang dibeli istrinya ini adalah barang-barang bayi. Kemarin ia membeli seperangkat dinning set, mangkuk, sendok, dan piring untuk bayi. Ia ingin sekali menyalahkan Yerim yang dengan sengaja membawa kakak iparnya ke toko peralatan bayi, namun Joohyun nampak senang membawa plastik berisi pakaian bayi kecil yang berwarna warni.
"Kamu mau beli stroller sekarang? Anak kita masih lama loh lahirnya, Jooh." Taehyung menggumam seraya membuka pintu mobil SUV-nya. Sementara itu, Joohyun sudah ada di tempat duduknya, mengusap perutnya yang membuncit, merasa senang karena ia bisa keluar dari rumah yang selalu dirasanya pengap belakangan ini.
"Loh, emang kenapa? Nggak papa dong. Jadi nanti kalo dia lahir, semuanya udah siap."
Ya bener juga sih, itu nggak salah.
Taehyung melirik istrinya yang duduk dengan nyaman di samping kursi kemudi, beralih ke perut istrinya yang masih membesar seiring waktu. Senyum lebar mengembang di wajah Taehyung, tidak peduli bagaimana repot dan lelahnya dia. Selama dua cintanya senang, semua akan dia lakukan untuk mereka. Priaa itu menggenggam tangan Joohyun, menciuminya sesekali sepanjang jalan, membuat hati istrinya bergemuruh walau hal itu bukanlah sesuatu yang baru.
Bae Joohyun tiba-tiba saja mengingat sesuatu.
Ada beberapa hal yang membuatnya khawatir, namun ia enggan memberi tahu suaminya. Tempo hari ia pergi menemui temannya, Kim Seokjin. Seokjin baru saja menyelesaikan pendidikannya dibidang kedokteran, tepatnya dokter kandungan. Makanya, wanita itu tidak ragu bertanya perihal kehamilan ke salah satu temannya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/102486286-288-k430360.jpg)
YOU ARE READING
The Daily Life
Fanfiction" Aku mau ah punya badan kayak Jeongguk." Joohyun baru saja berniat membantu Taehyung, membayangkan kekasihnya dengan biceps kencang dan perut keras dengan otot kotak kotak sempurna seperti milik Jeongguk. Membayangkan kekasihnya yang sudah luar b...