Seoul, 20 Mei 2016
"Sayang?" Suara Joohyun menggema di ruang kerja Taehyung, membuat pemuda itu terkesiap sesaat sebelum melanjutkan pekerjaannya di atas meja, menelusupkan sesuatu di kantong celananya. Hari ini ia berniat membersihkan ruang kerja Taehyung yang sudah mirip kapal pecah, hal itu dikarenakan rasa tanggungjawab Joohyun untuk membantu Taehyung yang sudah kelelahan mengerjakan pekerjaan utamanya – menggambar sketsa gedung.
Taehyung melenguh, menatap Joohyun dari helaian poninya yang sudah mulai panjang. Joohyun tersenyum tipis, menyukai warna pirang platinum di rambut Taehyung dan merasa bangga karena berhasil memaksa pemuda itu mewarnai kembali rambutnya yang hitam legam. Sementara itu, Taehyung yang tidak mendengar lanjutan kalimat dari Joohyun lantas memiringkan kepalanya, memandang wanita itu sebelum tatapannya terjatuh pada sekotak pudding di tangan Joohyun.
"Itu buat aku?"
Pemuda itu bertanya langsung, yakin kalau sang gadis sengaja membawakannya pudding sebagai makanan penutup, mengingat keduanya sukses melahap semangkuk sup jamur dan ayam hingga kenyang sepuluh menit yang lalu. Joohyun menggerdikan bahunya, namun masuk dan meletakan pudding cokelat kotakan yang sudah dituang fla itu diatas meja Taehyung, tidak lupa sendok kecil sebagai temannya.
Taehyung menerima pudding itu dengan senang hati sementara Joohyun membuka jendela ruangan itu dengan lebar, membiarkan udara musim semi masuk ke ruangan yang dirasanya pengap. Selama beberapa detik, Joohyun yakin Taehyung sedang melahap puddingnya dengan lahap – dan memang itu yang ia lakukan. Namun yang tak diduganya, pemuda itu berjalan lurus kearahnya segera setelah cangkang pudding itu bertemu tempat sampah, melingkarkan kedua lengannya di perut Joohyun hingga napasnya terasa di leher gadis itu.
Joohyun tercekat.
"Kenapa?"
Joohyun menggelengkan kepalanya dengan spontan, merilekskan tubuhnya yang berjengit dan membiarkan paru-parunya menghirup udara sebelum dua tangannya menyentuh lengan sang kekasih yang memeluknya.
"Aku kangen sama Yerim." Taehyung membuka percakapan, mengecup leher Joohyun sebelum kembali melanjutkan kata-katanya. "Kangen berantemnya sih, abisnya kamu mah nyaris nggak pernah ngajak berantem."
Sang pemuda mendengar tawa renyah melewati pendengarannya.
"Pantesan, kalo ada diajak berantem terus." Joohyun menyahut, membiarkan matanya menatap langit dan sesekali meniup kelopak bunga yang berterbangan di udara. "Nggak akur-akur kayak Tom and Jerry."
"Aku udah cerita belom sih? Waktu kecil dia pernah berantem sama Jeongguk gara-gara rambutnya kena hair bleach." Taehyung tertawa, mengingat wajah Yerim yang penuh air mata dengan rambut belang hitam-cokelat-pirang karena Jeon Jeongguk yang salah memberi botol, "Waktu SD, Jeongguk pernah nginep di rumah, kelas dua SD kalo nggak salah. Trus waktu mandi dia minta Jeongguk ambilin botol sampo diwashtafel kamar mama, botolnya sama sama biru jadi Jeongguk salah ambil."
"Trus dia keramas pake hair bleach?"
"IYA! Parah itu aku ngakak sampe ngejungkel-jungkel yang."
"Aku juga kangen mama." Taehyung berbicara sambil mengawang, membayangkan wajah sang ibu yang sedang asyik memasak didapur dan menjewer telinga Yerim yang keasyikan main game. "Ngomel mulu."
Joohyun menoleh kebelakang dan memandang Taehyung dengan tatapan usil.
"Padahal aku udah sering ngomel, kurang ya omelan aku?" Kali ini tawa Taehyung lah yang terdengar, seirama dengan tawa Joohyun yang berangsur-angsur terdengar juga. "Kangen papa juga?"
YOU ARE READING
The Daily Life
Fanfic" Aku mau ah punya badan kayak Jeongguk." Joohyun baru saja berniat membantu Taehyung, membayangkan kekasihnya dengan biceps kencang dan perut keras dengan otot kotak kotak sempurna seperti milik Jeongguk. Membayangkan kekasihnya yang sudah luar b...