salah paham

1.9K 326 61
                                        



Seoul, 04 Maret 2016

Kim Yerim muncul di depan apartemen mereka dengan keadaan mengerikan.

Hati Bae Joohyun langsung mencelos, dipenuhi rasa khawatir yang berlebihan. Bagaimana tidak? Yerim hanya terbalut hoodie kebesaran yang ia yakini milik Jeon Jeongguk, ujung celana piyamanya basah dan mata gadis itu sembab bak disengat tawon. Ditambah lagi, hari sudah gelap dan hujan deras sedang berlangsung diluar sana, terbayang sedingin apa suhu di Seoul malam ini.

Banyak alasan berkelebat di kepala Joohyun, namun gadis itu memutuskan untuk tutup mulut dan tidak bertanya.Tak diduganya, pelupuk mata Yerim kembali dipenuhi air walau Joohyun tahu ia mungkin sudah lelah menangis entah karena alasan apa, gadis itu lantas menghambur ke pelukan Joohyun segera setelah mereka bertemu pandang.

Tangis Yerim terdengar jelas walau sudah teredam bahu yang ia pinjamkan untuk menangis, sudah dicobanya untuk menepuk dan mengelus punggung gadis itu. Bertanya padanya apa yang terjadi dan memintanya untuk berhenti, yang anehnya malah membuat tangis Yerim semakin keras dan membuat hatinya semakin kalut disaat yang bersamaan.

"Yerim, udah dong nangisnya. Kamu kenapa sih? Masuk dulu yuk, cerita sama kakak."

Yang diterima Joohyun dari bujukannya adalah gestur gelengan kepala ringan, terasa di bahu mungilnya.

"Yaudah, kalo nggak mau cerita gapapa. Tapi kamu masuk dulu, ya? Ganti baju dulu, mandi. Mau makan apa sini kakak masakin, hm?"

Yerim mendongakan kepalanya, masih dengan kedua lengan membalut tubuh Joohyun. Gadis itu hanya memandang Joohyun sepersekian detik sebelum mengedipkan matanya beberapa kali untuk membersihkan pandangannya dari sisa-sisa air mata, mengangguk lelah seraya melepaskan lengannya dari tubuh wanita yang ia yakini akan menjadi kakak iparnya itu.

Tanpa mengatakan apapun, Yerim melangkahkan kakinya ke kamar mandi apartemen mereka yang sudah ia hafal betul dimana letaknya, langkahnya gontai dan nampak kelelahan. Joohyun terus memandanginya hingga gadis itu hilang dari pandangannya, mengerutkan keningnya dan memutuskan untuk membangunkan Taehyung yang sudah tertidur pulas sebelum adiknya keluar dari kamar mandi.

Bae Joohyun menoleh kearah kekasihnya yang kini tertidur pulas. Belakangan ini Taehyung sibuk dan nyaris tidak ada waktu untuk beristirahat, pergi sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam. Walau begitu, pemuda ini tetap memaksakan diri untuk pulang-pergi setiap harinya, padahal tempat proyek kerjanya kali ini jauh dari Seoul.

Gadis itu melenguh pelan dan duduk di sisi kasur mereka, menyibak rambut Taehyung yang menutupi mata pemuda itu dengan lembut.

"Tae, sayang, bangun deh sebentar."

Pemuda itu tidak bergerak sedikitpun. Rasa khawatir Joohyun yang tadinya terasa untuk Yerim kini terasa juga untuk Taehyung. Pemuda itu mengerang dalam tidurnya walaupun ia nampak pulas beberapa menit yang lalu. Selelah itukah pekerjaannya belakangan ini?

"Taehyung, bangun dulu. Ada Yerim datang jam segini." Joohyun mengguncang tubuh Taehyung dengan lembut, sesekali mengecup keningnya karena ia tahu benar kalau itu salah satu cara yang ampuh untuk membangunkan kekasihnya dari tidur nyenyak.

Benar saja. Tidak lama kemudian, ia melihat kekasihnya membuka mata dan menatapnya dengan pandangan sayu, masih dengan sisa kantuk yang diwajahnya. Senyum tipis Taehyung mengembang perlahan-lahan, senyum yang biasa dilihatnya setiap hari, setiap pagi ketika ia bangun tidur. Sinar lampu yang menyala dalam gelap menyinari wajah Taehyung, sama seperti sinar matahari yang mengintip lewat jendela setiap pagi yang selalu menyinari wajah Taehyung.

The Daily LifeWhere stories live. Discover now