Part 2 - Their Story

704 60 3
                                    



"Kamu pokoknya janji dulu! Jangan langsung meledak!!"

"Ya ampun, Koji-san! Iyaaa!!"

Langit menatap sengit mata sipit Koji yang tengah duduk serius di hadapannya. Pria itu tampaknya enggan menceritakan detilnya pada Langit. Tapi gadis itu terlalu keras kepala untuk disangkal. Koji berdehem, menegaskan kesiapannya untuk bercerita pada Langit.

"Pertama-tama, kamu harus tahu kalau Jatayu itu... homoseksual. Ehem, gay. Ekhem! Ekhem!"

Gadis itu melongo setelah mendengar itu dari Koji. Ia memiringkan kepalanya. Dia tak pernah menyangka kalau Jatayu adalah gay. Ah, tapi itu nggak penting sih. Langit lebih ingin tahu penyebab permasalahan ini! Yah walaupun dia agak tak menyangka tentang orientasi seksual seniornya itu.

"Langit, kamu tahu masa lalu Jatayu kan?" lanjut Koji.

"Iya, tau. Kenapa?"

"... Si Rahadian ini, ayahnya itu seorang pengusaha, teman dekatnya almarhumah ibu Jatayu. Dulu, pasca kecelakaan itu, ayah Rahadian bersedia untuk membiayai kehidupan Jatayu dan abangnya sampai mereka mampu cari uang sendiri. Walaupun hak asuh mereka jatuh ke tangan paman mereka, ayah Rahadian tetap bersikeras untuk menyediakan biaya."

Dahi Langit berkerut, dia merasa bingung dengan penjelasan Koji. "Apa hubungannya sama Rahadian?" tanyanya lagi.

Koji tersenyum tipis mendengar pertanyaan Langit. "Jatayu merasa berhutang besar pada Rahadian. Jatayu selalu melakukan apapun yang Rahadian suruh dan Rahadian minta. Sekalipun itu... emm..." penjelasannya terpotong, Koji sedikit mendesis, bingung akan apa yang harus dikatakannya. Bagaimanapun juga yang di depannya ini seorang perempuan yang masih di bawah umur, lho!

"Hubungan badan?" celetuk Langit.

"...Iya."

Langit mengangguk, ia tak bereaksi apapun selain itu. Kemudian matanya menatap Koji lagi, seolah-olah menuntut penjelasan yang lebih lanjut.

"Rahadian ini, gaya hidupnya hedon, pergaulannya buruk, dia suka foya-foya. Mentang-mentang ayahnya punya banyak uang. Tapi, dari kabar yang kudengar, Pak Kresna sedang jatuh sakit. Perusahaannya sedang di ambang kebangkrutan. Sudah pasti Rahadian kalang kabut karena uangnya menipis, dan... yah, kamu tahu lah. Orang itu kalau sudah habis uang, dia bisa gila."

Langit menghela nafas setelah mendengar cerita Koji. Ia tak habis pikir, mengapa Jatayu nggak cerita ini sendiri? Maksudnya, Langit lega bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia ingin sekali untuk mendengarnya dari mulut Jatayu langsung. Dia bersandar di bantal sofa sambil mengurut keningnya.

Sekelebat kenangan terbesit di benak Langit. Terpicu oleh bayangan luka-luka yang ada di sekujur tubuh Jatayu.

Kenangan kelam di masa lalunya.

Pernah mengira mengapa Langit tak punya ibu?

Sosok ibu tak pernah benar-benar hadir di kehidupan Langit. Masa kecil Langit tidak dipenuhi kasih sayang ibu. Langit kecil adalah salah satu dari sekian banyaknya anak-anak tak berdosa yang menjadi pelampiasan amarah sang ibu.

Ibu yang mengandung Langit selama sembilan bulan dan melahirkannya ke dunia bukanlah ibu yang baik. Dulu, ayahnya sering berpegian ke luar negeri untuk pekerjaan, sedangkan kakaknya tinggal bersama paman dan bibi di Semarang. Saat Langit berumur empat tahun, ibunya sering membawa laki-laki lain ke rumah, sudah tak terhitung berapa laki-laki yang ia bawa untuk ditiduri.

Ingénue - discontinued until notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang