Part 3 - Halai Balai

646 62 1
                                    



Pada waktu siang menjelang sore di hari Jum'at ini, Langit duduk dengan canggung di sofa ruang keluarga rumah Jatayu. Awalnya tadi ia berencana bertemu Jatayu dan abangnya di workshop lalu segera pulang. Namun ternyata Saka sudah membawa adiknya pulang.

"Maaf ya, tadi aku nggak langsung bilang kalau aku udah di rumah." kata Jatayu membuka percakapan. Suaranya masih terdengar lirih.

"Nggak apa-apa," Langit menggeleng. "Ngomong-ngomong, bang Saka mana? Kok dari aku sampe sini dia nggak keliatan?"

Jatayu menolehkan kepalanya ke arah kamar abangnya. "Mungkin lagi mandi, 'Ngit. Diminum dulu, minumannya!"

Langit mengangguk dan menyeruput sirup jeruk yang disuguhkan Jatayu. Dia sudah sering kali berkunjung ke rumah Jatayu. Rumah minimalis yang rapi dan nyaman. Interiornya bergaya modern urban, lega, dan udaranya sejuk. Sebenarnya Jatayu tak terlalu peduli dengan bagaimana gaya rumahnya. Yang mendesain segalanya sampai ke perabot-perabot adalah Saka.

Canggung.

Canggung sekali!

Ini tak seperti biasanya Langit berkunjung ke rumah Jatayu!

"Ekhem."

Dengan sigap mata Langit menatap Jatayu setelah pemuda itu berdehem pelan. Wajah Jatayu terlihat seperti harap-harap cemas. Sadar akan perasaan Jatayu, Langit pun menaruh gelas kaca isi sirup jeruknya dan duduk dengan tegap.

"Koji-san udah cerita semuanya. Aku ngerti. Kak Jatayu jangan cemas." ucap Langit cepat. Ia menatap mata Jatayu lurus-lurus.

Namun tak disangka-sangka, ucapan Langit malah membuat Jatayu menunduk! Kemudian Langit panik dibuatnya karena itulah satu-satunya respon yang dilakukan Jatayu! Satu persatu bulir air mata mulai menetes dari pelupuk mata pemuda di hadapan Langit itu. Kemudian ia terisak. Air matanya makin deras mengalir di pelipis sampai dagunya.

Jatayu menangis.

"Uuu... huk, huk. Maa-maafin... hik... Lan-Langit jijik sama aku..."

Langit makin panik.

"Kak Jatayu—U-udah, jangan nangis! Aku..."

"Maaf. Kamu jijik sama aku ya?"

"Nggak sama sekali, kak!!"

Jatayu terhenyak mendengar jawaban dari pertanyaannya. Jawaban Langit begitu tegas dan berani. Terdengar begitu tulus namun polos di telinga Jatayu. Pemuda itu mendongakkan kepalanya, lalu menatap gadis di hadapannya. Kedua bola mata besar milik Langit tampak berkilat. Kemudian gadis itu mencondongkan badannya, mendekatkan diri kepada Jatayu. Kedua tangannya mencengkram bahu Jatayu.

"Kak Jatayu nggak menjijikan, sama sekali nggak!!" tegas Langit. Ia merengkuh bahu mungil Jatayu erat-erat. Langit ingin menangis, namun ia menahannya. Yang ada di dekapannya ini adalah salah satu dari sekian banyaknya orang yang menjadi korban kejamnya takdir kehidupan. Langit merasakan nasib yang sama. Bedanya adalah Langit sudah pulih dari luka lamanya.

Tapi sekarang, rasanya luka lama itu kembali berdenyut.

"Jujur aku sedikit kecewa karena kak Jatayu nggak bicara soal ini padaku langsung. Aku malah mendengarnya dari Koji-san."

"Aku ada, kalau kak Jatayu perlu perlindungan."

"Aku emang cewek dan mungkin masih terlalu muda. Tapi aku nggak peduli. Kak Jatayu harus dilindungi. Aku akan berusaha sekuat tenaga."

Ingénue - discontinued until notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang