Part 1 - Langit Tak Selamanya Cerah

1.1K 83 10
                                    

Di dunia ini, ada hal yang tidak dapat dimengerti oleh akal sehat.
Di dunia ini, semua hal mempunyai pasangannya masing-masing.

Hitam dan putih, gelap dan terang, bulan dan bintang, siang dan malam, baik dan jahat, keras dan lembut, begitu juga...

Pria dan wanita.

Terlahir dengan paras rupawan, rambut hitam berkilau, mata berwarna coklat kehijauan, kulit seputih susu, bibir merah melengkung, dan tubuh tinggi ideal, gadis kita ini memang beruntung ia mewarisi gen ayahnya. Belum lagi segudang talenta yang dimilikinya, dan jangan lupakan fakta bahwa ia berasal dari keluarga yang cukup berada.

Namanya adalah Langit Cakrajaya Adhara Kadar. Biasa disapa Langit. Gadis berumur 15 tahun yang baru saja menginjak jenjang pendidikan SMA.

Langit mudah disukai orang dan punya banyak teman. Ia adalah gadis populer yang pandai bergaul dan super periang. Ayo lupakan klise seorang gadis kaya yang suka bermanja-manja dan ogah bergaul kalau bukan dengan orang yang satu kalangan dengannya. Gadis kita ini berbeda! Langit itu tomboy dan bahkan nggak suka dimanja. Ia tak suka memamerkan kekayaannya. Langit bilang kalau kekayaannya bukan miliknya, tapi milik Ayahnya.

Tapi, di samping segala karunia berlimpah yang dimiliki Langit, gadis ini hanya murid SMA biasa yang sedang kewalahan ditampar realita kalau dia tak bisa sesantai seperti masa-masanya di SMP. Buktinya, ia sedang terkapar di tempat tidurnya setelah menyelesaikan tugas rumah Sejarah. Langit menghela nafas sambil memandang kertas folio yang berisi penuh tulisan tangannya. Guru Sejarah di kelasnya cukup sadis juga. Satu kelas disuruh merangkum dua puluh lima halaman buku cetak, tanpa boleh ada coretan atau bekas tip-x!

Tiba-tiba, ponsel Langit di atas tempat tidurnya berdering. Gadis itu langsung berguling dan duduk untuk melihat siapa yang menelponnya. Wajahnya langsung sumringah tatkala sebuah nama dan nomor muncul di layar ponselnya.

'Jatayu'.

"Halo!! Kak Jatayu!!"

Langit berseru riang ketika ponselnya tersambung dengan seorang pemuda di sebrang sana. Si lawan bicara terkekeh geli mendengar seruan gadis itu. "Halo, 'Ngit. Ganggu gak nih?" suara itu terdengar seperti hembusan angin pantai di telinga Langit. Langit menggeleng semangat. "Nggak kok, Kak!" ujarnya cepat.

Jatayu, nama pemuda itu tertawa lagi. Aduh, tawanya manis sekali! Langit menggigit bibir bawahnya gemas. "Kalo mau, dateng ke workshop, 'Ngit! Aku lagi ada project baru buat pameran nanti! Mau liat prosesnya gak?" tawar Jatayu. Langit senang bukan kepalang, ia mengangguk-angguk kencang.

"Mau, Kak!! MAU!!"

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi itu bukan halangan bagi Langit untuk pergi ke workshop. Langkah sepatunya berderap menuruni tangga sampai Mbok Yayuk, pembantu rumah tangga keluarga Langit menoleh ke atas. "Mbok Yayuk...! Mbok! Kalau Ayah nanti pulang duluan sebelum aku, bilangin kalau aku lagi di workshop, ya! Yang di daerah Pejompongan itu!" kata Langit sembari menuruni tangga.

"Oke, non. Pulangnya malam, nggak? Biar saya bilang sekalian nanti ke bapak, non." kata Mbok Yayuk meminta penjelasan lebih. Langit menggeleng seraya memakai jaketnya. "Enggak kok!" jawabnya cepat. Mbok Yayuk mengangguk mengerti. "Hati-hati di jalan ya, non!"

Langit melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa sambil menenteng helmnya ke garasi. Sebelum kalian komentar apa-apa, ya, Langit sudah punya motor sendiri. Bukan motor matic yang seperti dipakai kebanyakan gadis perempuan, tapi sebuah motor besar di atas 200cc!

Meskipun ditentang ayahnya karena resikonya terlalu berat, tapi, yahh karena ayahnya sudah melihat pertanggungjawaban besar dari Langit, maka beliau memperbolehkan Langit mempunyai motor sendiri, dengan syarat ia selalu harus memakai helm walaupun tujuannya dekat.

Ingénue - discontinued until notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang