Wendy berjalan sendirian sambil menenteng sajadah berwarna navy bermotif ukiran-ukiran polos pemberian papah-nya lebaran tahun lalu. Sedangkan mungkena burgundy masih melekat ditubuhnya yang mungil dan beralaskan sendal pinjaman salah satu koleksi herin karena dia lupa meletakkan dimana sendal kesayangannya yang sudah hilang 2 hari lalu.
Karena berjalan sendirian, seperti biasa dia akan mulai bersenandung music ramdom yang lewat dipikirannya. Kadang jazz, hip-hop, pop, country. Dan sekarang malah senandungin lagu SNSD.
Baru berjalan sekitar 50 meter dari masjid dia dikagetkan oleh sesuatu.
"Pulang sendiri wen?" Sebuah suaralah yang mengagetkan wendy. Seketika dia diam dan sadar bahwa siapa yang tadi nyapa dia. Si korban lemparan rantang beberapa hari yang lalu.
"Elah ngapa dah dia disini?" Tanya wendy dalam hati.
Wendy pun berbalik dan sedikit mendanga karena Chiyo berjalan mendekat kearahnya.
Chiyo emang udah ngga kek jolokan lagi. Badan dia lebih berisi dan keknya lebih bening dari jaman SMP dulu.
Yaiyalah, pastinya dia juga udah kerja makannya jadi beda gini. Apalagi pake baju koko putih, sarung wadimor warna hitam, dengan peci abu-abu dikepala, dan lagi nyelempangin sajadah dia di pundak.
Terlepas dari wendy yang menganggap Chiyo itu menyebalkan. Dia beneran keren abis ini malam.
"Ah iya. Mama tadi ngga kuat pulang jalan kaki. Makanya ikut mba yura naik motor." Jawab wendy lalu melanjutkan jalannya. Chiyo pun ikut berjalan disampingnya.
"Kamu masih kuliah wen?" Chiyo memulai topik baru. Dia sedikit menundukan lehernya untuk berbicara dengan wendy.
Yah bayangin aja cowo setinggi 183 cm yang lagi berusaha ngomong ama cewe setinggi 158 cm.
"Udah kerja akunya Mas." Jawab Wendy masih ngeliatin jalan. Ia berusaha meminimalkan kontak mata dengan Chiyo. Mendengar Wendy memanggilnya dengan sebutan Mas membuat Chiyo girang dalam hati.
"Baru dipanggil mas udah tripping-tripping aja hati ini wen." Ngga perlu dijelasin ini jeritan hati siapa.
"Kerja dimana? Oiya kalo ke Jogja mampir-mampir gih ketempat Mas?" Chiyo berusaha membuat jarak diantara mereka menipis.
"InshaAllah. Tapi kalo ke Jogja kan?" Wendy memastikan tempat dimana Chiyo kini menetap.
"Iya di jogja, sekota loh sama Mbah putri kamu. Masi sering kesana?" Tanya Chiyo lagi antusias. Dia jadi kek Om-om sales yang nawarin barang. -,-
"Udah ngga pernah malah. Mbah putri udah almarhum 2 tahun lalu." Jawab wendy singkat. Chiyo kaget. Dia ngga nyangka malah menanyakan hal yang seharusnya tidak ia tanyakan.
"Innalillahi. Maaf yah wen. Mas nggatau soal ini." Chiyo prihatin. Dia bener-bener ngga tau fakta soal ini.
"Iya ngga apa kok. Santai aja." Kata singkat nan santai lain dari mulut wendy membuat keadaan kembali hening. Yang terdengar hanya suara tapak sandal mereka yang bergesekan dengan trotoar.
Wendy benar-benar tidak cerewet seperti biasanya jika berbicara dengan Chiyo. Keknya dia berusaha jaga image doang deh.
Seketika wendy mengingat sesuatu. Ia belum meninta maaf kepada Chiyo setelah insiden rantang melayang kemarin.
"Hmm. Kemarin maaf yah." Wendy membuka suara lagi.
"Maaf kenapa wen?" Chiyo bingung. Soalnya dari tadi hening terus tiba-tiba wendy malah minta maaf.
"Wendy minta maaf pasal rantang kemarin." Gadis berkulit putih itu m3ngecilkan suaranya ketika mengatakan rantang. Membuat Chiyo menajamkan pendengarannya.
"Rantang?" Chiyo memastikan pendengarannya. Dan setelah mendapat anggukan dari wendy ia pun berkata lagi.
"Oh iya rantang. Ngapapa kok wen."
Cihh ngapapa padahal kemarin dia ampe kijer-kijer manggilin ibunya gegara ngga kuat nahan sakit.
"Ada yang luka ngga?" Wendy bertanya lagi lalu menatap keatas. Tepatnya ke mata Chiyo. Namun tak sampai sedetik ia kembali menunduk lagi.
"Ngga kok. Memar doang." Setelh ditatap singkat oleh Wendy, Chiyo malah senyam-senyum gaje.
"Hah memar?" Wendy terkejut lalu menatap kaget pada Chiyo lalu menatapnya dari atas ke bawah lalu kembali ke atas lagi, tepatnya wajah ganteng Chiyo.
"Tapi udah ngapapa kok. Udah dikompress kemarin. Ini udah bisa dibawa sholat." Melihat Wendy yang khawatir, Chiyo pun ngasih liat sikunya yang kemarin sempat biru kini sidah agak mendingan.
"Mm. Maafin wendy yah." Kini Wendy benar-benar malu. Ia tak menyangka ternyata ia bisa merasa sebersalah ini ketika melihat dan meminta maaf langsung ke Chiyo.
"Iya ngapapa kok. Mas juga minta maaf kalo udah ngagetin kamu." Ucap Chiyo agar Wendy tidak terus menyalahkan dirinya.
Mereka terus berjalan berdampingan, karena jarak masjid yang hanya di dekat gapura kompleks. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi mereka untuk berjalan pulang. Sekitar 300 meter-an.
"Wendy mau es krim ngga?" Chiyo berkata lagi sebelum Wendy melangkahkan kaki masuk ke blok rumah mereka. Wendy pun menyerengitkan dahi, dia seperti berfikir keras.
"Hah?" Satu kata dari wendy membuktikan jika telmi Wendy kumat gegara sempat hening tadi.
"Es krim. Kamu suka es krim toh? Mumpung masih bisa makan ini. Kan kalo besok udah puasa lagi." Chiyo mulai beretorika untuk mengajak wendy.
"Tapi apa ngga ke malaman?" Tanya wendy ragu sambil liat jam di pos kambling depan blok mereka.
"InshaAllah ngga. Masih seperempat jam lagi ke jam sembilan. Gih sekarang aja." Ajak Chiyo antusias sambil senyum lebar. Sambil nganguk mengajak wendy untuk meng-iyakan ajakan dan niat baik Chiyo itu.
Entah mengapa senyuman itu terlihat sedikit manis. Ingat sedikit manis dimata wendy. Dia masih mengingkari fakta jika pria ini amatlah menawan. Mau dikata apa Chiyo emang ganteng apalagi abis tarawih gini. Kalo kata orang gantengnya bakal maksimal. Cuman si wendy terlalu sibuk. Iya terlalu sibuk buat nutup mata juga hati dia.
Namun terlepas dari alibi itu. Akhirnya Wendy pun mengangguk.
Melihat Wendy mengiyakan ajakannya. Chiyo kembali tersenyum senang lalu merentangkan tangannya mempersilahkan.
"Lady's first." Si Chiyo menggunakan bahasa inggris yang cukup baik membuat Wendy senyum mengejek.
"Thank you." Namun Wendy pun ikut saja. Lalu berjalan duluan diikuti oleh Chiyo yang kembali berjalan disampingnya. Mereka menuju ke arah Alfa*idi didepan round-about samping Taman bermain anak di pusat komplek mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Complete] Ramadan: Bulan Cinta | Wenyeol 2016
Truyện NgắnBulan puasa. Bulan Ramadhan. Cuman sekali setahun. Dan sekali setahun itu lah yang paling wendy tunggu. Soalnya . . .