Namja berbadan tegap, berparas tampan, berambut hitam kini tengah terdiam kaku. Memandang ukiran nama disebuah pohon besar. Jimin tak kuasa menahan isak tangisnya yang akhirnya menyeruak keluar. Tangan kanannya meraba ukiran nama dipohon itu secara perlahan namun pasti. Hembusan angin di kota Busan menjadi saksi sebuah kerinduan yang begitu dalam. Kini, kenangan masa lalu Jimin mulai terbayang. [read: namja=laki-laki]
Kala itu, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun bernama Jimin tengah menyuapi ice cream kepada seorang anak perempuan yang rambutnya terikat dua bagian. Usia anak perempuan itu sama dengannya. Jimin lebih tua 5 bulan, sehingga yeoja itu bisa memanggilnya dengan sebutan 'oppa', meski terkadang hanya menyebut nama saja. Dikarenakan rumah mereka bersebelahan, keduanya jadi sering menghabiskan waktu bersama. Mereka layaknya sepasang sahabat kecil.
"Jimin oppa, kau tidak akan meninggalkanku kan?", tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari bibir mungil anak perempuan itu. Jimin mengulas senyum. Ia paham ketakutan yang dirasakan anak perempuan itu, karena jujur saja Jimin juga merasakannya. Jimin merasa mereka sudah saling terikat satu sama lain. [read: oppa=panggilan perempuan untuk laki-laki yang lebih tua]
"Tentu saja. Aku tidak akan pergi kemana-mana. Kita akan selalu bersama". Anak perempuan itu ikut tersenyum, ia meloncat kegirangan mendengar jawaban Jimin barusan.
"Oppa, bagaimana jika menulis nama kita berdua di pohon itu?". Anak perempuan itu menunjuk ke arah pohon besar yang letaknya tak jauh dari mereka. Jimin menyetujuinya, lalu menarik tangan anak perempuan itu. Mereka berlarian menuju pohon itu, diiringi tawa yang tak henti.
Jimin mengukir nama mereka. "Apa kau suka ini?". Anak perempuan itu mengangguk girang. Mereka menatap ukiran nama itu dengan bangganya.
Jimin menghela napasnya, kenangan masa lalu itu selalu saja datang memghampirinya. Bahkan kini Jimin pun tidak percaya bahwa teman masa kecilnya itu telah menghilang dari kehidupannya. Perpisahan yang tak pernah direncanakan sebelumnya. Dulu, Jimin berjanji tidak akan meninggalkannya, tapi justru anak perempuan itu lah yang telah mengingkari janji mereka.
"Dimana kau sekarang?, tanya Jimin gelisah. Jimin mengharapkan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghinggapi pikirannya. Tapi, apalah daya, hanya pohon besar yang ada dihadapannya sekarang. Sama sekali tisak bisa menjawab kegundahan hatinya.
Namja itu kini mengacak-acak rambutnya geram. Penantian yang sudah terlalu lama menunggu kembalinya sosok yang ia rindukan. Anak perempuan itu bahkan tidak mengatakan selamat tinggal, bahkan sama sekali tak memberitahunya. Jimin merasa kehilangan separuh jiwanya. Meski usia mereka kala itu bisa dikatakan belum dewasa, akan tetapi ia telah mengerti yang namanya menyukai.
"Sudah 10 tahun lamanya, tapi kau tak kunjung kembali. Kau justru yang mengingkari janji yang kita buat. Apa kau sudah melupakanku?". Jimin beranjak pergi meninggalkan pohon itu. Tepat hari ini, ia akan melupakan kenangan masa kecilnya itu. Ia akan pindah ke Seoul, tempat dimana ia akan menjalani kehidupan barunya.
.
.
.to be continued
Vote bisa kan ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Never Forget You | seulmin
Fanfiction[COMPLETED] +bahasa baku. Kenangan masa kecilnya dengan Jimin begitu indah hingga Seulgi tidak pernah melupakannya. Akan tetapi, Seulgi tiba-tiba saja pergi dari hidup Jimin. Ketika beranjak dewasa, mereka bertemu lagi. Namun tak saling mengenali. ...