4; #Siapa dia?

2.8K 412 9
                                    

"Seulgi", ia menutup kedua mata seulgi dari belakang.

"Ya! Siapa ini?!", ia berusaha melepas tangan namja itu dari matanya.

Namja itu membalikkan tubuh Seulgi lalu memasang senyum terbaiknya.

Dia lagi, dia lagi, batin Seulgi kesal.

Chanyeol merangkul Seulgi dengan penuh kasih sayang. Sementara Seulgi memberontak, tapi tak kuasa karena tenaga Chanyeol lebih besar darinya. Baiklah, kali ini Seulgi membiarkan Chanyeol bertingkah semacam itu.

"Sebelum pulang, bagaimana jika kita makan dulu? Aku yang traktir deh"

"Tidak usah, aku sudah kenyang, Chanyeol", tapi mendadak perut Seulgi mengeluarkan bunyi, merintih untuk diisi segera.

Chanyeol tertawa mendengarnya, "Jangan berbohong. Jelas-jelas kau lapar"

     Mata Chanyeol berkeliling. Memilih restoran mana yang akan dimasukinya. Sementara itu Seulgi memperhatikan Chanyeol dengan seksama. Dia baik, tapi sayangnya dia bukan tipeku, batinnya lagi.

Chanyeol berhenti direstoran khas eropa. "Bagaimana jika disini saja?", tanya nya. Seulgi hanya mengangguk.

     Suasana restoran itu begitu ramai. Nuansa Eropa klasik sangat menonjol pada dinding restoran. Keduanya duduk di meja nomer 18. Seorang pelayan datang membawakan menu makanan. Chanyeol dan Seulgi pun membuka menu tersebut lalu memilihnya.

     Sekitar 10 menit kemudian, menu makanan yang mereka pesan pun datang. Mereka pun mulai menyantap makanan khas Eropa itu. Saat sedang asyiknya menikmati hidangan, mendadak Chanyeol memperhatikan bibir mungil Seulgi dengan seksama. Tatapan Chanyeol terlihat sangat serius. Hal itu tentu saja membuat Seulgi menegang. Wajah cantiknya berubah menjadi sedikit memerah.

     Chanyeol memajukan badannya tepat dihadapan Seulgi, tangannya meraih sesuatu di sudut bibir yeoja itu, ternyata ada secuil makanan yang menempel.

"Kau ini seperti anak kecil saja. Makan yang benar, my pretty sweety bear", ledek. Chanyeol lalu duduk kembali ke posisi semula.

Seulgi mematung. Apa yang dilakukannya barusan? Astaga, batin Seulgi panik.

"Kau tidak perlu melakukan itu. Kau hanya perlu memberitahuku jika ada makanan yang menempel dibibirku. Mengerti?!", gertak Seulgi sedikit keras.

"Baiklah. Maafkan aku", Chanyeol lagi-lagi tersenyum. Entah berapa kali dalam 20 menit ini ia tersenyum kepada Seulgi. Bisakah dia berhenti tersenyum seperti itu? Aku bisa gila, batin Seulgi.

Karena sudah muak, Seulgi akhirnya berdiri dari kursinya, berusaha menyudahi semuanya. "Aku ingin pulang"

"Tapi, kau belum menghabiskan makananmu, Seulgi? Ayo, duduklah. Habiskan makananmu dulu, baru kita pulang", bujuk Chanyeol halus.

"Terserah", ia berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.

Chanyeol bangkit dari kursinya lalu membayar makanan mereka ke kasir, kemudian mengejar Seulgi secepat kilat. Chanyeol menarik tangan kiri Seulgi dari belakang, membuat yeoja cantik itu tertarik ke dalam dekapan Chanyeol. "Lepaskan aku!", teriak Seulgi gusar.

"Seulgi, ada apa? Kenapa mau mendadak pergi?"

"Aku bilang aku ingin pulang! Apa kau tidak bisa mengerti kalimatku?! Lepaskan aku, Chanyeol!"

Chanyeol melepas dekapannya, ia membuang nafasnya perlahan, berusaha sabar menghadapi sikap dingin Seulgi. "Oke, ayo kita pulang"

"Aku bisa pulang sendiri"

"Tidak. Aku akan mengantarmu"
.
.
.
     Di malam hari yang dingin, Seulgi terduduk dekat jendela kamarnya. Ia menengadah. Memandang langit malam yang bertabur kilauan bintang.

     Tiba-tiba ia teringat kejadian memalukan di fitting room tadi siang. Lalu wajah namja itu terbayang seketika. "Tunggu. Sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya itu"

"Apa aku pernah bertemu dengannya sebelumnya? Tapi, dimana?"

Seulgi berusaha mengingatnya. Nihil. Kemampuan ingatannya sudah tidak sekuat dulu. Otaknya hanya penuh dengan tugas kampus yang tiada henti.

Bisakah Seulgi mengingat Jimin?
.
.
.
     Sinar matahari pagi terbias masuk, menyilaukan mata Seulgi. Yeoja itu mengambil jam beker dimeja samping kasurnya. Melihat jam itu dengan samar. Seulgi terbelakak. "Tidak!!!", teriaknya kencang. Ia berlari ke kamar mandi.

     20 menit kemudian, Seulgi tiba di kampus kebanggaannya. Dongguk University. Ia mengambil jurusan musik disana.

     Dalam perjalanan menuju kelas, Seulgi terus dihinggapi perasaan gelisah. "Oh Tuhan, berkati aku hari ini". Hari ini dosen Park yang akan mengajar. Dia adalah dosen perempuan berumur sekitar 30 an, termasuk dosen killer yang ditakuti seluruh mahasiswa.

     Ketakutan Seulgi menjadi kenyataan, dosen Park sudah tiba di kelas sebelum ia tiba. Seulgi mengumpulkan keberaniannya untuk mengetuk pintu kelas. "Maaf saya terlambat, Park gyosu-nim" [read: gyosu-nim=dosen]

Chanyeol dan Jennie yang sudah berada di kelas, harap-harap cemas melihat Seulgi yang baru tiba. Disaat yang bersamaan, seorang namja pun datang dengan tergesa-gesa. "Maaf, gyosu-nim. Saya terlambat"

Seulgi menoleh ke arah sumber suara itu. Namja ini? Apa ini hanya sebuah kebetulan?,pikir Seulgi.

to be continued

Jan pelit vote dung huhu :(

[✔️] Never Forget You | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang