"Kelompok ke sebelas. Kang Seulgi bersama Park Jimin. Kalian satu kelompok"
"Dan terakhir Chanyeol dengan Jennie. Batas mengumpulkan tugas ini hingga tiga hari kedepan", tutup dosen berkepala plontos itu.
Sebelum dosen Kim datang, Jennie sudah memberitahu nama Jimin kepada Seulgi. Jadi, ketika namanya disebutkan bersama Jimin, ia menjadi luar biasa panik. Merasa itu musibah. Entah kesalahan apa yang diperbuat Seulgi hingga Tuhan sebegitu kejamnya memberi Seulgi cobaan hidup. Ia lebih baik sekelompok dengan Chanyeol, si pengganggu. Daripada harus satu kelompok dengan namja dingin itu. Kini, Seulgi tak yakin ia bisa menjalani cobaan yang diberikan Sang Maha Kuasa.
.
.
.Dua yeoja cantik itu kini tengah berada di kantin. Waktu menunjukkan pukul 03.15. Jam kuliah mereka memang sudah berakhir, tapi mereka memutuskan untuk tinggal di kantin beberapa saat.
"Jen, kenapa takdir hidupku buruk sekali?", tanya Seulgi meratapi nasib malangnya.
Jennie menyeruput jus mangga. "Maksudmu apa sih, Seul? Apanya yang buruk?", Jennie gagal paham.
Seulgi berdecak, "Itu, sekelompok sama Jimin. Benar-benar musibah bagiku"
Jennie cekikikan lalu bergumam, "Sebenarnya, menurutku itu tak terlalu buruk"
"Setelah mendengar informasi mengenai Jimin. Justru kau harus berbangga bisa sekelompok dengannya, Seulgi"
"Hah? Apa maksudmu?"
Jennie mengeluarkan ponsel miliknya. Ia memperlihatkan layar ponsel canggihnya kepada Seulgi. "Baca ini", perintahnya.
Seulgi membacanya dengan teliti. Ia tercengang tidak karuan hingga spontan berdiri, kursi yang didudukinya terjatuh ke lantai. "Be-benarkah ini?", yeoja itu lalu menutup mulutnya yang terkejut dengan tangan kanan.
Jennie mengangguk, "Aku juga baru mengetahuinya kemarin malam. Ternyata dia adalah anak dari salah satu pemegang saham di universitas kita. Pantas saja sikap Park Gyosu-nim waktu itu begitu hormat"
"Kaya raya. Tampan. Berbakat. Menurutku dia perfect", ungkap Jennie sambil memakan snack.
"Kang Seulgi", seseorang memanggil nama Seulgi dari belakang.
Kala itu Seulgi masih dalam kondisi kaget, jadi dia tidak sadar ada yang memanggilnya. Lalu Jennie mewakili dengan menoleh ke belakang. Ia sontak berdiri menatap namja itu. Kaget, refleks snack digenggamannya terjatuh.
Baru saja dibicarakan, namja itu kini hadir. Iya, itu Jimin. Mungkin dia memiliki kemampuan teleportasi sehingga mendadak bisa muncul begitu.
Jennie menepuk bahu Seulgi dengan pandangan mata yang lurus menatap Jimin, tanpa berkedip. "Seulgi, berbaliklah"
Seulgi menurut. Ia melotot saat tahu Jimin dihadapannya. Seluruh penghuni kantin menyaksikan mereka layaknya tontonan gratis. Setelah berita kekayaan Jimin merebak semalam, mendadak ia menjadi mahasiswa populer di kampus.
"Ada apa?", tanya Seulgi polos.
Jimin memberikan secarik kertas kepada Seulgi, tanpa basa-basi yeoja itu mengambilnya.
"Itu id line dan nomer teleponku. Hubungi aku jika kau berniat mengerjakan tugas makalah", ia berbalik, berlalu pergi.
Para mahasiswi mengekor dibelakangnya, meneriakkan nama Jimin dengan hebohnya. Jimin terus mengumbar senyum penuh pesona. Menjadi populer bukanlah tujuan hidupnya, tapi ternyata ini asyik juga.
"Seulgi, takdirmu sudah lebih baik", Jennie memeluk sahabat karibnya erat.
Yeoja bermarga Kang itu tertawa kecil, "Lepaskan aku, Jenjen"
"Apanya yang istimewa dari semua ini? Dia hanya memberiku nomer telepon karena kita satu kelompok"
"Dasar, Seulgi. Pokoknya itu suatu keberuntungan. Jangan lupa hubungi dia ya, jika tidak mau, berikan saja nomer itu padaku", goda Jennie sambil menyenggol Seulgi dengan sikunya.
"Enak saja, dia memberinya untukku"
Seulgi melanjutkan, "Jenjen, bagaimana jika kita pulang sekarang?"
"Kau ingin aku antar?"
Seulgi bergumam, "Tidak usah, Jen. Setelah ini aku ingin membeli persedian makanan untuk anjing baruku"
"Anjing baru? Kapan kau membelinya?"
"Tidak, aku tidak membelinya. Eomma yang mengirimkannya dari Daejeon. Katanya anjing itu akan tiba dirumahku sekitar pukul 6"
"Siapa namanya?", tanya Jennie antusias.
"Mark"
Kening Jennie mengkerut, "Kenapa nama anjingmu keren sekali?"
"Kau tahu NCT?"
Jennie mengangguk cepat, "Boygroup rookie yang sedang naik daun itu? Oh, jadi nama anjingmu terinspirasi dari anggotanya yang bernama Mark Lee ya?"
Seulgi tersenyum sangat cantik lalu mengangguk.
.
.
.Sudah lama sekali Seulgi tidak membeli makanan anjing. Anjing terakhir yang diperliharanya mati karena keracunan. Tidak mau hal yang sama terulang, Seulgi bertanya merk makanan anjing yang bagus kepada pelayan disana.
Setelah 15 menit berbelanja keperluan anjing, yeoja cantik itu memutuskan segera pulang. Takut jika ia tak dirumah ketika anjingnya tiba.
Ia berjalan menuju halte bus yang jaraknya sekitar 500meter. Tiba-tiba saja, jutaan air membasahi kota Seoul dengan derasnya.
"Sial. Kenapa harus hujan sekarang?". Padahal ia belum sampai di halte. Yeoja itu nekat menerjang guyuran hujan. Kehujanan. Sudah pasti.
Seulgi mempercepat langkah kakinya. Ia sudah sangat kedinginan saat ini.
Tunggu. Ada yang aneh. Mendadak badannya tidak terkena hujan.
Itu karena seseorang memayunginya dari belakang. Seulgi menghentikan langkahnya. Menengadah. Kemudian berbalik supaya mengetahui pemilik payung berwarna biru ini.
"Chanyeol?"
Chanyeol mengembangkan senyum khas tampannya. "Jangan keras kepala menerjang hujan. Nanti kau sakit, Seul"
to be continued
Bantu vote dung mba maz cakep
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Never Forget You | seulmin
Fanfiction[COMPLETED] +bahasa baku. Kenangan masa kecilnya dengan Jimin begitu indah hingga Seulgi tidak pernah melupakannya. Akan tetapi, Seulgi tiba-tiba saja pergi dari hidup Jimin. Ketika beranjak dewasa, mereka bertemu lagi. Namun tak saling mengenali. ...