11# Mengulang Rasa

1.6K 77 5
                                    

Disela-sela kakiku melangkah maju, pandanganku masih dipenuhi kaca masa lalu. Betapa bodohnya aku waktu itu menyia-nyiakan cintamu. Sesal masih berjejal, kuharap maafku bisa ditebus agar lukamu tak kekal.

Jika memang padamu jalan itu masih menuju, bolehkah kakiku melangkah kembali ke situ?

Sebab sesal tak pernah kenal kata ‘awal’, maka maklumi saja jika waktu terlambat membawanya datang. Ada rasa takut untuk mengetuk pintu hatimu lagi. Ada rasa malu untuk memintamu kembali. Semoga sesal ini untuk yang terakhir kali, aku tak ingin semuanya terulang lagi.

Jika memang tak semua bisa mendapatkan kesempatan
kedua, bolehkah darimu aku mendapatkannya? Akankah
janjiku kamu percaya? Untuk menjadikan segala sesuatunya baik-baik saja, dan kita mulai kisah cinta berikutnya. Semesta yang membawaku kembali, pada dia,
sosok yang memang paling mengerti.

Maka dari itu ada kenyataan yang tak perlu kuhindari. Bukankah hidup adalah perulangan? Maka mencintaimu lagi akan aku lakukan agar semesta tetap pada kebiasaannya.

Dulu kita sama-sama berteori soal percaya. Katanya cinta hanya untuk orang-orang yang percaya. Lalu teori itu musnah seketika karena ulahku. Mungkin, ada yang tak pantas diberi kesempatan kedua. Mungkin, kata percaya sudah tak punya makna.

Tapi aku ingin jadi satu-satunya
manusia dalam hidupmu yang menguburkan segala kecewa dan
luka. Yang tak lagi menggunakan logika semata, tapi hati juga. Boleh ya? Jika ku dapat kata iya.

Perulangan rasa mungkin akan menjadi petualangan bagi cinta. Mengumpulkan rasa sebanyak banyaknya hingga hati mendewasa.
Jika memang memberiku percaya tak lagi kamu anggap mudah, setidaknya biarkan aku mengubur kesalahan yang sudah-sudah.

Tak perlu memberiku kesempatan kedua, biarkan aku membangun jalanku sendiri agar kita kembali
berdua. Tak perlu percaya aku, percaya saja hati dan perasaanku. Tak perlu percaya kata-kata, sebab akan
kujadikan semua perbuatan ini nyata.

Untukmu aku berusaha, semoga padaku hatimu mau membuka celahnya. Bukan tanpa rencana, jika kepadamu lagi hatiku bermuara.
Bukan suatu kebetulan, jika kamu yang kutetapkan sebagai pilihan. Ada hati yang berlutut memintamu untuk kembali.

Ada hati yang tak mau menuju kepada yang bukan kamu. Ada kesalahan yang menunggu untuk diperbaiki, ada penyesalan yang tak akan terulang di kedua kali.

Akan kupastikan semua takkan terasa sama, kamu hanya cukup mempercayainya. Akan ada bulir bulir rasa cinta yang baru di dalam air raksa cintaku. Meminumnya akan membuatmu menjadi raksasa di duniaku.

Hingga tak ada ruang untuk seorang dia yang entah kemana setelah hilang meninggalkan jelaga hitam. Sekarang rasakan bulirnya mengobati luka yang telah aku toreh. Katakan padaku kalau rasanya sama, maka aku akan teteskan air mataku agar mati semua racunnya.

Meski untuk meneteskannya aku
harus buta. Bukan salahmu, jika dulu tak memasang rambu. Hingga tertabraklah hatimu pada aku yang masih ragu. Hingga terjatuhlah hatimu pada aku yang tak bisa memapahmu. Hingga hancurlah hatimu pada aku yang berusaha
meyakinkan soal cinta, padahal itu hanya bagian rasa kasihan saja. Mungkin begini cara Tuhan menegurku.

Melukaimu dahulu, lalu mengembalikan aku untuk menyembuhkan hatimu. Lalu sempurnalah formula temu yang tak sia-sia itu.

Mungkin memang begini cara kerja karma. Dibiarkannya aku melakukan salah, tanpa tahu nantinya tumbuh rasa yang tak kenal cara mengalah.

Tolong, jangan pergi ke lain hati. Jangan menambah sesal yang belum berhenti.

Meski terlambat, aku hanya ingin menjadi yang tepat pada waktunya.
Mari kita mulai lagi perlahan-lahan, aku yakin kamu tak ingin membangun cinta yang asal-asalan.
Mungkin akan ada kesalahan yang sulit untuk dimaafkan. Maka izinkan aku menebusnya namun kini dengan sebuah ketetapan, bahwa aku sudah memilihmu sebagai tujuan.

Dan segala kesempatan tidak akan aku lewatkan. Apalagi kamu, yang tidak akan aku lepaskan. Maka terimalah, jika aku menginginkanmu lagi sebagai pelabuhan.

Merugilah aku, jika melewatkanmu, karena mengenalmu saja sudah jadi cerita indah dalam hidupku. Bagaimana kalau kita ulangi lagi, perkenalan itu. Tanpa harus mengingat bahwa ini adalah repetisi. Ini adalah proses memperbaiki.

Mungkin, dengan mengulang kita bisa mempertegas ruang yang sempat menghilang. Kini sepenuhnya ruang di hatiku kusediakan untukmu. Bukan soal pantas, tapi hanya
denganmu segala perasaan-perasaan itu bisa pas kulepas. Tak kurang tak lebih. Aku tak ingin lagi membatas-batasi ruang di hati. Karena sepenuh dan seutuhnya telah legal jadi
rumahmu. Semoga setelah maaf kukantongi dan percaya itu kembali, ruang dihatimu masih sama nama pemiliknya. Aku.

Menjadi sepenuhnya milikmu adalah kini tujuanku. Mari kita susun segalanya satu per satu. Mari jatuhkan hatimu lagi kepadaku. Akan ada saatnya semua nanti hampir runtuh, namun biarkan aku selalu ada saat kamu butuh. Ini hatiku
kupercayakan padamu. Ini janjiku kuucapkan, tidak untuk kulupakan. Ini maafku kumohonkan, semoga hatimu membukakan jalan. Kembalilah, dan jadilah pemilik dari
segala rindu. Terimalah aku dan biarkan lengan- lengan kita
bersatu. Karena telah kutemukan titik ternyaman untuk
kutinggali; hatimu.
Maukah kamu menjentikkan jarimu agar semua harapku
mengulang rasa, segera mewujud nyata?
tak semua pengulangan itu baik. mengulang kesalahan,
contohnya. maka biarkan kenangan manis saja yang kita
ulang. yang telah terlanjur pahit biar saja kita tinggal di
belakang.
kesempatan sebetulnya mempunyai jumlah yang tak
terhitung, jika memang hati kita punya rasa yang tak
terhingga. bukankah begitu?

Mengukir KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang