10# : Rindu

2.8K 143 13
                                    

Mencintaimu sepantasnya. Merindukanmu seperlunya. Mendoakanmu...
tanpa perlu kamu tahu...

-Dari Seseorang Yang Selalu Mendoakanmu-

Untuk objek rindu, Di sebuah kanvas hitam milik semesta, tarian kembang api menghiasi malamku dengan meriah. Berisik dan meletup-letup. Aku hanya memandangi dari jendela, sambil sesekali mengetuk-ngetuk kaca. Tentang siapa yang berpesta, aku tidak peduli.

Tapi mengapa harus di malam ini? Ini kan bukan tanggal 31 Desember, ini bukan pergantian malam tahun baru, arlojiku juga tidak menunjukkan pukul 00:00.

Tapi semesta selalu saja bisa membuatku merindukanmu lewat berbagai cara. Meriahnya langit dan ritual malam tahun baru seperti ini misalnya.

Kalau ingatanmu belum buyar, tepat pukul 00:00 di sebuah malam pergantian tahun, kita mengakhiri dan mengawali perpindahan ini dengan sebuah doa. Tidak ada yang pernah tahu apa isi doa dari masing-masing kita, kecuali Bos Besar
di Surga.

Begitu rahasia, begitu sederhana, sedang kita hanya mengimani serta mengamininya tanpa perlu saling
bertanya. Lalu kamu duduk merapat ke sisiku, sambil menyanyikan lagu-lagu yang begitu manis untuk didengar telinga. Seisi dunia mungkin sedang berpesta, berlomba untuk menjadi yang paling ramai atau mungkin sibuk dengan membalas ucapan-ucapan selamat tahun baru.

Tapi aku suka dengan cara kita menikmatinya. Doa, petikan gitar, lagu-lagu cinta, secangkir teh milikku dan kopi pahit milikmu, cukup kamu dan aku, itu sudah lebih dari standar
kebahagiaan. Bukankah sesederhana itu seharusnya?

Bicara tentang kita, aku percaya tentang rencana Tuhan yang luar biasa yang tak pernah bisa diprediksi oleh kepala. Bicara tentangmu, ada ucapan syukur untuk setiap adamu
yang selalu menitipkan bahagia dan 'nyawa' baru untuk hati. Bicara tentangku, ada sesuatu yang belum pernah kuungkapkan sebelumnya.

Bahwa aku menyadari rasa itu,
yang pelan-pelan merasuk, yang pelan-pelan cukup mengusik hatiku, yang diam-diam kusimpan. Bahwa benar, aku mencintaimu. Bahwa benar, namamu masuk dalam doa-doa yang kupanjatkan kepada Tuhan.

Salahkah jika hari ini aku merindukanmu lebih dari hari kemarin? Aku hanya tidak ingin terburu-buru, aku hanya tidak ingin
mengatur segalanya sesuai rencanaku, karena bukankah Tuhan lebih tahu?

Aku percaya jika kita ditakdirkan untuk bersama, pasti kamu dan aku tidak akan kemana-mana. Aku percaya bahwa Tuhan lebih ahli menyatukan dua hati.

Aku tidak ingin khawatir, aku tidak ingin takut dan resah, karena aku
percaya segalanya akan baik-baik saja. Jika aku bisa, kamu pun juga harus ya? Aku percaya, jika belum diberikan Tuhan berarti kita belum siap menerimanya. Jadi aku berdoa, agar kita sama-sama dipersiapkan untuk saling memiliki dan saling mencintai.

Aku merindukanmu, kesayanganku.
Di balik malam yang begitu ramai, semoga Tuhan mendengar doaku agar kita memiliki doa yang serupa.
Semoga disana, kamupun juga sedang menyelipkan namaku dalam doamu. Semoga disana, kamu juga sedang terusik dengan rindu.

Aku ingin mencintaimu lebih simpel dari kata cinta itubsendiri. Aku ingin mencintaimu dari ujung rambut sampaibujung kaki. Aku ingin mencintaimu seteduh embun dan
sehangat mentari pagi. Aku ingin mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku ingin mencintaimu lebih hebat dari semua yang aku katakan tadi.
Namun bukan untuk saat ini.

Karena sekarang aku masih memperbaiki, memantaskan diri.

Tunggulah aku pantas jika kau sudi, jika tak sudi silahkan pergi. Cukup aku yang luka bertengkar dengan rasa ini, aku tak ingin kau sakit hati."

Mengukir KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang