Chapter 5

61 7 1
                                    

Tapi ternyata dia dikagetkan dengan penampakan didepannya.
"Astaga muka lo kenapa bisa babak belur?" tanya Shasa khawatir.

"Aw sakit kak," rintih Vian karena Shasa menyentuh bagian yang luka.

"Siapa yang udah ngelakuin ini sama lo?" tanya Shasa penuh emosi. Karena dia tidak mau kehilangan adiknya satu-satunya.

"Pacar lo temperamen banget sih kak. Gue takut nanti lo disakitin," batin Vian dengan manatap kakaknya sendu.

Shasa yang ditatap hanya diam saja. Shasa tau jelas dimata adiknya tersirat kesedihannya. Shasa pun berlari ke dalam dapur. Mengambil air dan peralatan P3K.

"Sini gue obatin luka lo," Shasa langsung mengeluarkan kapas dan memberikan air sedikit. Kapas tersebut ditempelkan ke wajah Vian yang terkena luka.

Sehabis itu, dia mengeluarkan kapas lagi dan memberi alkohol kepada wajah tersebut. Vian meringis kesakitan akibat kakaknya menekan berlebihan.

Selesai itu, Shasa tinggal menempelkan handyplast ke dahi adiknya. "Siapa sih yang sudah ngajar kamu sampai babak belur?" Shasa memegang bahu adiknya dan mengusapnya.

"Bukan siapa siapa kok kak?" Vian hanya menunjukkan fake smile-nya. "Sebaiknya kakak ganti baju terus tidur."

Shasa masih mengkhawatirkan keadaan adiknya. Meski dia dan adiknya terpaut 1 tahun dan berbeda sekolah. Tapi dia sangat menyayangi adiknya.

"Yaudah kalau gitu gue masuk kamar dulu ya," ujar Shasa seraya mengusap rambut adiknya. Shasa pun berlalu meninggalkan Vian.

"Gue lebih baik kehilangan seseorang yang selalu di sisi gue. Daripada gue harus kehilangan orang satu satunya yang ngelindungi gue," batin Vian.

*****

Shasa berlari pagi di taman kompleks nya. Ini adalah kesukaan Shasa waktu weekend. Dengan headset yang sudah terpasang di telinganya. Dia asyik mengelilingi taman kompleks, tapi dia terhenti karena dia fokus dengan sosok yang ada dihadapannya.

Shasa menghampiri sosok yang sedang duduk dihadapannya. Dia pun duduk disampingnya. "Hai."

Shasa melihat seseorang yang berada disampingnya masih diam. Seseorang ini masih asyik mendengarkan alunan musik lewat headset yang terpasang di handphone nya.

"Hello," ujar Shasa melambaikan tangannya ke depan wajah orang itu. Seseorang yang berada disamping Shasa adalah Rion.

Rion pun menoleh dan menatapi wajah Shasa. Shasa yang merasa ditatap hanya cengengesan. Tapi Rion terhipnotis dengan manik mata yang dimiliki Shasa.

"Oh ya rumah lo dekat dekat sini," tanya Shasa. Rion bergeming dan memalingkan wajahnya. Rion tidak lagi melihat mata indah yang dimiliki Shasa.

Bruuuk
Seorang anak kecil terjatuh dari sepeda. Shasa melihat kejadian tersebut dan langsung menolongnya. Shasa membawa anak kecil yang berkelamin perempuan itu ke tempat duduknya.

"Aduh kaki kamu luka bentar ya kakak beli p3k dulu," panik Shasa yang langsung menghilang dari hadapan Rion. Tapi itu membuat Rion tersenyum tipis. Tidak ada yang menyangka Rion tersenyum, meski tak terlihat.

"Itu pacar kakak," tanya seorang anak kecil yang berada disamping Rion. Anak kecil itu tersenyum dan mengingatkan tentang adiknya di rumah.

"Bukan," ujar Rion seraya mengusap rambut panjang anak perempuan itu. Rion melepaskan headset nya dan menaruh di saku celananya.

Shasa datang dengan ngos-ngosan. Shasa pun mengeluarkan obat obatan untuk mengobati luka anak perempuan itu. Dia mengobati secara perlahan. Setelah selesai, Shasa memberi hansaplast ke anak perempuan itu.

Versus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang