Chapter 7

42 6 0
                                    

Shasa menuruni anak tangga satu persatu dengan wajah yang ditekuk. Mungkin bagi Shasa hari ini adalah hari terburuk. Dia tidak melihat adiknya pagi ini, kemana adiknya? Atau adiknya meningggalkannya.

"Ma, Vian belum keluar dari kamar?" tanya Shasa seraya menarik kursi di depannya.

"Udah berangkat tadi. Katanya dia buru-buru soalnya hari ini dia piket kelas," mama memberikan Shasa bekal. Karena mama tau kalau Shasa mau diberikan bekal yang isinya makanan kesukaannya.

"Bukannya dia males ngurusin piket kelas," batin Shasa bertanya-tanya. Dia bingung apakah adiknya masih marah pada saat kemarin malam.

Flashback on

"Lo seharusnya ngehajar dia bukan balik kerumah dan bikin dia tertawa puas," ujar Shasa amarahnya.

"Udahlah itu cuma masalah kecil," Vian pun menghindari kontak mata dengan Shasa. Dia pun duduk di sofa seraya menayangkan televisi.

"Apa??? Masalah kecil. Bagi lo itu masalah kecil tapi bagi gue itu masalah besar. Dia telah menyebarkan berita bahwa dia pura-pura jadi pacar gue. Padahal gue gak pernah pacaran sama dia. Lo itu siapanya gue sih?? Adik atau siapa sih?? Mending lo urusin urusan lo deh, gue gak mau dibantu sama lo lagi. Udah muak gue sama lo."

Shasa langsung berlari ke kamarnya. Untungnya di rumahnya cuma ada mereka berdua. Di dalam kamarnya dia menangis dengan sesegukan. Kenapa adiknya itu lebih memilih orang yang tidak dikenal daripada dia???

Flashback off

"Alisha Verlyn Aquerra," teriak mama dihadapan Shasa. Mama bingung kenapa hari ini Shasa banyak melamun.

Shasa tersentak akibat panggilan mama. Dia hanya menunjukkan cengiran khasnya. "Oh ya Shasa berangkat dulu ya ma. Assalamualaikum."

Shasa pun langsung menaruh kotak bekalnya ke dalam tasnya. Dia pun tak lupa menyalimi mamanya. Dia keluar rumah dengan muka cemberutnya. Dia harus naik apa ke sekolah?? Padahal dia tidak pernah menaiki kendaraan umum.

Tiiin tiiin
Shasa langsung saja menoleh ke samping. Ternyata ada seorang cowok yang seragamnya sama dengan Shasa. Siapa ya dia?? Karena mukanya sedang terhalang oleh helm full face nya.

Cowok itu pun perlahan membuka helmnya. Dia kaget bukan main kalau didepannya adalah...

"Lo mau berangkat," ujar cowok itu yang ternyata adalah Rion. Cowok yang didambakan oleh Shasa. Tapi dia harus menepis keinginannya karena dia tidak suka dengan cowok yang irit ngomong.

"Iya," cuek Shasa. Shasa langsung berjalan menuju ke sekolahannya tapi suara Rion memberhentikan langkah Shasa.

"Gue anter lo."

"Gak usah gue bisa naik taksi."

Tapi sayangnya, Rion langsung saja meninggalkan Shasa sendirian. Padahal Shasa sudah berada di 25 km dari rumahnya. Shasa mengerutu kesal dengan adiknya.

Shasa paling benci untuk menaiki kendaraan umum. Bagaimana ini bisa bisa dia terlambat masuk ke sekolah? Dia melihat ada segerombolan preman yang ada di pinggir jalan. Masa pagi-pagi udah ada preman, dia pun terpaksa melewati preman tersebut.

"Hallo cewek cantik mau kemana nih?" salah satu preman mencolek dagu Shasa. Sebenarnya Shasa bisa melawan preman tersebut. Tapi bagaimana lagi, dia kan memakai rok dan premannya ada 3 orang.

"Biar abang aja yang antar," ujar preman yang memakai aksesoris kalung banyak.

Shasa menghiraukannya, tapi kedua tangannya dicekal oleh preman tersebut. Sebenarnya Shasa ingin sekali membunuh preman ini, tapi gimana? Tiba-tiba ada seseorang yang menghajar preman tersebut.

Versus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang