Jilid 7

2.8K 42 1
                                    

"Nama yang indah sekali!" kata Bu Kok Siang, sastrawan muda yang usianya kurang lebih dua puluh tiga tahun itu. "Dan aku pernah mendengar bahwa di kota raja ada seorang hartawan besar. Nama Bouw-wan-gwe (Hartawan Bouw) amat terkenal bukan hanya karena kaya raya melainkan juga karena dermawan..."

"Ah, berita dilebih-lebihkan. Bouw-wan-gwe adalah ayahku, dan jangan terlalu memuji..." kata Bouw In Bwee dan sekali ini mau tidak mau dipandangnya Kok Siang sambil tersenyum simpul.

"Aha, kiranya puteri Bouw-wan-gwe! Wah, dibandingkan dengan harta kekayaan orang tuamu, aku tidak lebih hanya seorang jembel saja, siocia!" kata pula Kok Siang.

"Hemm, saudara Bu terlalu merendahkan diri." tegur Kim Hong tersenyum.

"Eh, eh, sampai lupa. Ji-wi (kalian berdua) belum memperkenalkan diri," kata Kok Siang, dan sepasang pendekar itu melihat sinar aneh berkilat dari kedua mata pemuda itu, sinar kecerdasan sehingga mereka dapat menduga bahwa di balik sikap yang tak acuh itu sebenarnya tersembunyi perhatian yang besar.

"Namaku Ceng Thian Sin dan ia adalah Toan Kim Hong." kata Thian Sin sambil lalu, akan tetapi dia memperhatikan kalau-kalau kedua orang itu mengenal namanya. Akan tetapi, gadis itu tidak kelihatan terkejut, dan pemuda itupun hanya mengerutkan alisnya.

"Ceng Thian Sin...? Serasa pernah aku mendengar nama ini, seperti tidak asing bagiku, akan tetapi... baru sekarang aku berjumpa dengan taihiap..."

"Ah, buang saja taihiap itu, engkau sendiripun berkepandaian hebat, saudara Bu."

"Tidak ada sekuku hitam Ceng-taihiap dan juga Toan-lihiap... ah, nama Toan Kim Hong sungguh indah sekali!"

Kim Hong tersenyum dan menatap wajah ganteng itu. "Hi-hik, agaknya saudara Bu Kok Siang ini selain pandai bersajak, pandai ilmu silat, juga mempunyai kepandaian untuk merayu dan memuji-muji nama wanita. Sungguh mempunyai banyak macam kepandaian!"

Ucapan ini sebenarnya dapat dianggap sebagai tamparan, akan tetapi karena Kim Hong mengucapkannya dengan nada sungguh-sungguh, bukan mengejek, dan sambil tersenyum, maka pemuda itupun tertawa gembira.

Mereka makan minum sambil bercakap-cakap gembira. Thian Sin dan Kim Hong mendengar bahwa In Bwee selain menjadi puteri seorang hartawan yang kaya, juga ia sejak kecil mempelajari ilmu silat sehingga mencapai tingkat yang cukup tinggi sehingga andaikata tadi Kok Siang tidak turun tangan, ia sendiripun akan sanggup menghajar penjahat kasar itu. Karena selain sebagai seorang gadis kaya, juga ia merupakan seorang gadis ahli silat, maka tidaklah mengherankan kalau In Bwee suka melakukan perjalanan seorang diri, dan malam itu memasuki restoran tanpa teman lagi, seperti biasa seorang gadis kang-ouw yang bebas. Adapun Bu Kok Siang menurut pengakuannya adalah seorang perantau yang bertempat tinggal di Thian-cin dan kebetulan sedang melancong ke kota raja. Baru tiga hari dia berada di kota raja. 

Semua nampaknya kebetulan saja, akan tetapi diam-diam pasangan pendekar ini menduga dengan penuh keyakinan bahwa kedua orang muda yang menjadi sahabat baru itu sama sekali bukan secara kebetulan saja bertemu dengan mereka. Bahkan pemunculan Hai-pa-cu tadipun bukan tidak mungkin sudah direncanakan terlebih dahulu. Akan tetapi, tentu saja mereka tidak mau menyinggung hal ini. Makin cerdik keadaan lawan, makin menariklah permainan itu! Mereka sendiri mengaku sebagai dua orang yang melancong kota raja, datang dari utara tanpa memberi tahu tentang hubungan mereka berdua. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka adalah teman-teman baik saja.

Mereka lalu berpisah sebagai sahabat-sahabat baru setelah saling berjanji akan mengunjungi Bouw In Bwee yang mengundang mereka. Akan tetapi yang terutama mendapat perhatian dan undangan khusus dari In Bwee adalah Thian Sin.

"Tidak salah lagi mereka berdua itu tentu ada hubungannya dengan urusan ini," demikian kati Thian Sin setelah mereka tiba di kamar hotel mereka.

"Akupun berpendapat demikian. Dan gadis itu she Bouw, sungguh kebetulan sekali sama dengan she dari kepala penjahat besar di kota raja yang pernah kita dengar dari Liong-kut-pian Ban Lok itu."

Harta Karun Jenghis KhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang