28

1.2K 101 3
                                    

Hazel's POV

Setiap ada kesempatan, aku akan berbalik dan mengobrol dengan Jacob. Dia itu orangnya seru, baik, dan cara bicaranya membuatku nyaman.

Dan ternyata rumah Jacob tidak terlalu jauh dari komplek perumahanku! Dia mengatakan itu saat dia memperkenalkan dirinya tadi.

"Jadi kau tertinggal karena kucingmu itu?" Tanyaku ketika Jacob bercerita tentang dirinya yang pernah salah naik lift karena kucing piaraannya.

"Ya, tadinya aku merasa biasa saja. Namun saat mengetahui bahwa aku salah naik lift, kugedor-gedor pintu lift itu sambil berharap akan terbuka. Dan, tadinya juga aku merasa marah pada kucingku, namun dia sangat lucu dan itu membuatku selalu memaafkannya. Dia kucing yang imut, sama seperti pemiliknya," jawab Jacob sambil menunjukkan jari-jarinya yang dibentuk angka dua dan menaruhnya di pipi.

Aku tertawa, aku yakin pemiliknya lucu melebihi kucingnya.

Kembali ke depan, aku berbalik ke arah Johnny yang dari tadi diam bak kena sihir beku Ratu Elsa :v

"Kau kenapa? Lapar? Haus?" Tanyaku padanya.

Bukannya menjawab, Johnny malah mengabaikanku dan membuang muka dariku. Waduh, kenapa dia?

"Johnny aku tadi bertanya," kataku.

"Aku marah," jawab Johnny sambil kembali menatapku dan mengkerutkan alisnya.

Lihat? Dia seperti anak kecil.

"Marah kenapa?" Tanyaku.

Dia malah menggeleng. Dia seperti gadis yang sedang PMS, susah di mengerti -_-

Menghela nafas, aku pun mengabaikan Johnny.

Namun, aku memilih untuk duduk lebih dekat ke arah Johnny, semakin dekat sampai tidak tersisa lagi jarak antara aku dan Johnny.

Mendekatkan kepalaku ke arahnya, aku mulai berbisik.

"Maaf,"

Seketika Johnny mendongakkan kepalanya ke depan. Lalu buru-buru aku kembali ke tempatku dan sedikit menjauh darinya.

Tumben aku yang minta maaf, biasanya dia yang meminta maaf lalu mengatakan 'jangan pergi jauh'.

Ah iya! Aku lupa mengatakan hal itu!

Kembali mendekat, aku kembali berbisik lagi.

"Jangan pergi jauh,"

Lalu aku tertawa sejadi-jadinya.

Di sana, Johnny hanya diam memperhatikanku.

Tetapi, lama kelamaan muncul senyum di bibirnya.

See? Dia sudah tidak marah lagi!

Kutepuk pundaknya sambil terus tertawa.

"Aku hanya bercanda," kataku.

"Tidak apa, itu sudah membuatku senang," ujar Johnny.

Eh? Dia kok malah senang. Kukira dia akan marah karena aku mengikuti caranya meminta maaf.

"Kau tidak marah?" Tanyaku bingung.

"Kenapa harus marah?" Johnny bertanya balik.

"Ah, lupakan saja," jawabku menunduk darinya.

Aku yang minta maaf dan berharap Johnny tidak marah lagi, kok malah aku yang tiba-tiba jadi blushing?

Menatap sekitar, aku pun memfokuskan diri mengikuti pelajaran  ketika melihat Mrs. Anne yang baru kembali dari kantornya.

●●●

TROUBLEMAKER ✖ Johnny Orlando Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang