36

1.2K 95 18
                                    

Di sekolah, aku duduk di sebelah Jacob yang sedang makan burgernya. Istirahat kali ini, aku tiba-tiba merasa ingin mengobrol dengannya.

"Hei Jac," sapaku.

Dia mendongak. "Panggil aku Jacob saja," ujarnya.

Aku hanya tersenyum. "Well, kudengar dari Hayden kalau kau mengajak Olivia kencan. Apa kencannya berjalan lancar?" Tanyaku.

Jacob terliha tersentak. Eh? Apa dia tidak suka aku bertanya itu?

"Ah, itu-itu-itu hanya bullshit. Aku hanya mengajaknya makan," jawabnya.

Kalau begitu sama saja.

Aku hanya mengulum bibir. Cih, kenapa pikiranku jadi kusut begini?

"Lalu, apa kalian ja ..."

"Hei,"

Perkataanku di sela oleh sapaan Alex.

"Hei Lex, kaus yang keren," pujiku sambil menahan tawa.

Habisnya, dia memakai kaus lengan pendek dengan gambar dirinya dan tulisan "apa lihat-lihat? Suka denganku? Kalau begitu tembak!" yang menurutku sangat aneh dan tidak jelas.

Pede sekali dia, cibirku dalam hati.

Lalu Johnny datang sambil menaruh nampan makan siangnya dengan kasar di atas meja, seakan menggunakan itu untuk sapaan kepada kami.

Pasti dia badmood.

Lama aku dan Alex-serta Jacob tentunya-mengobrol. Sesekali Alex mengeluarkan gombalan menajiskannya itu. Dan dengan candaan garing dari Jacob, membuat makan siang kali ini luarbiasa.

"Habiskan makananmu, kami ke gedung SMA dulu," ujar Alex.

Aku hanya meliriknya, lalu menggigit burgerku.

Jadilah dua sejoli itu ke gedung SMA, entah ngapain tapi kudengar mereka memang suka ke sana dan bertemu kakak kelas.

"Hei," kataku pada Johnny, yang tetap diam di tempat duduknya.

"Kau kenapa?" Tanyaku.

"Aku tidak suka cara Alex menggombal. Itu membuatku jijik," jawab Johnny tanpa melihatku sekalipun.

"Heh, bukan kau yang di gombali," kataku, lalu aku mundur ke belakang dan tertawa dengan sendirinya.

"Apa candaan Jacob membuatmu tertawa?" Tanya Johnny.

"Hahaha, ya. Terkadang," jawabku.

"Lalu apa bedanya dengan candaanku?"

Aku mengkerutkan kening. Apa bedanya?

"Well, aku hanya tertawa agar Jacob senang karena candaannya laku. Kasihan kan, otaknya sudah berpikir keras untuk membuat lelucon, tapi tidak ada yang tertawa, sama saja seperti kau berkerja keras tanpa hasil. Aku terdengar kejam ya," aku menyipitkan mata.

A/N: pernah ga ketawa cuma gara-gara kasian? 😂😂😂

"Berarti, candaanku yang terbaik kan?" Johnny memalingkan wajah ke arahku setelah lama menatap ke depan.

Hmm, kurasa dia iri dengan candaan Jacob yang membuatku tertawa. Padahal lelucon laki-laki pirang dengan pipi kemerahan itu garing parah.

"Ya," jawabku, menatapnya sambil nyengir.

Tersenyumlah si tuan Orlando itu, lalu dengan cepat makan siangnya sudah lenyap di lahap olehnya.

Melihatnya tersenyum, kepalaku jadi campur aduk. Jantungku jadi 2 kali lebih cepat berdetak, dan membuatku jadi gugup sendiri. He's really damn cute, i tell you.

TROUBLEMAKER ✖ Johnny Orlando Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang