Cungpret

34.3K 745 12
                                    

Fara berusaha memindahkan tangan Dimitri yang melingkari perutnya pelan-pelan. Fara bangkit dari kasur dan berjalan mengendap-ngendap memunguti gaun, tas, dan sepatunya yang bertebaran di lantai.

Sebelumnya Fara memastikan terlebih dahulu, di kasur Dimitri tidak ada bercak darah ataupun perih di pangkal pahanya.

Makhlum, Fara masih perawan tingting. Nggak lucu kan kalo sampe dia having sex beneran dengan bossnya lalu blendung alias hamil. Mana mungkin Dimitri mau dimintai pertanggung jawaban. Yang ada Fara dilepeh. Dituduh sebagai tukang ngibul yang hanya mau menjebak Dimitri untuk meraup hartanya, seperti di sinetron-sinetron.

Lalu bisa-bisa Fara dicekik mama papanya, dimutilasi, lalu dibuang ke kali Papua kalo sampe tahu Fara hamil di luar nikah. Bikin malu keluarga.

Fara membuka pintu kamar penthouse tersebut hati-hati dan langsung ngacir pulang. Tempat pertama yang akan disambangi adalah rumah Ghea. Tega-teganya sahabat baiknya itu membiarkan Fara dibawa pulang oleh Dimitri dalam keadaan mabuk. Untung saja Fara hanya tidur. Tidak ena-ena.

*****

Dimitri sudah bangun dari tadi, sejak gadis yang tidur disampingnya bergerak-gerak. Dimitri juga tahu Fara sempat memperhatikan dirinya. Tangan pria itu sekarang kebas, karena menahan berat kepala Fara. Dimitri tersenyum mengingat kejadian semalam.

Malam itu, Dimitri sedang menikmati pestanya bersama ibu, adik semata wayangnya, serta adik iparnya. Di pesta itu juga hadir Tantri Rajiman--istri Prabu Rajiman, William Rajiman, Marco Rajiman dan Olla Rajiman. Ketiganya adalah sepupu Dimitri. Anak-anak dari Prabu Rajiman, adik kandung ayahnya. Prabu Rajiman juga memiliki beberapa persen saham di Raji Grup.

Ditengah obrolan panjang bersama keluarganya, Dimitri pamit sebentar untuk ke kamar mandi.

Saat di kamar mandi itulah Dimitri melihat seorang gadis berjalan sempoyongan, Dimitri baru saja keluar dari kamar mandi saat itu. Sebelum tubuh dan kepala Fara mencium lantai, Dimitri segera mendekat untuk menahannya. Dimitri mencium bau alkohol menguar dari mulut gadis itu.

Pria itu bingung, karena hanya ada dia dan gadis dalam gendongannya itu di dekat kamar mandi. Dimitri lalu memutuskan membawa Fara pulang, karena sepertinya tak ada tanda-tanda teman si gadis akan menghampirinya. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam.

Tanpa banyak berpikir lagi, Dimitri menggendong Fara menuju mobilnya. Sebelum menyalakan mesin mobilnya Dimitri membongkar clutch yang dipegang Fara.

Dimitri menemukan sebuah dompet kecil, ponsel, serta ID card Raji Grup dengan nama serta foto Fara tercantum disitu. Rupanya salah seorang pegawainya.

"Faradiba Sherananda." gumamnya pelan menyebutkan nama gadis itu.

Dimitri lalu membawa Fara pulang menuju penthousenya, yang tidak terlalu jauh dari lokasi Raji Grup.

Sesampainya di penthouse mewah miliknya, dengan susah payah Dimitri menekan password apartemennya sambil menggendong Fara. Setelah pintunya berhasil dibuka, Dimitri membawa Fara ke kamarnya. Dimitri meletakan tubuh gadis itu pelan-pelan di kasurnya.

Tubuh Fara kemudian bergerak-gerak secara tidak sadar. Gadis itu bangun dan terduduk, menghentak-hentakan kakinya hingga sepatunya terlempar ke sembarang arah, lalu yang terakhir membuka resleting gaunnya yang terletak di samping kiri dan melepas gaunnya. Setelah itu Fara merangkak naik untuk tidur dan menarik selimut. Dibenamkannya wajahnya di bantal Dimitri yang beraroma maskulin.

Dimitri begitu takjub melihat kelakuan Fara barusan. Senyum tersungging di wajahnya, hingga memperlihatkan sebuah lesung pipi.

Pria itu beranjak menuju kamar mandi, dan membersihkan dirinya. Keluar dari kamar mandi, Dimitri melihat gadis itu masih tertidur nyenyak dengan posisi awal.

Dimitri membuka bathrobenya dan tidur di sofa yang terletak dekat kasur. Satu jam berlalu Dimitri masih juga belum bisa memejamkan matanya. Pria itu mendecak sebal lalu bangkit berdiri.

Inikan kasurku. Kok dia enak banget tidur disini. Dan aku tidur di sofa. Batin Dimitri kesal.

Pria itu merangkak naik ke sisi kosong di sebelah Fara. Baru setelah itu dia bisa memejamkan mataya.

Pukul 2 pagi Dimitri terbangun karena merasa kasurnya bergoyang-goyang. Rupanya Fara berbalik dan memeluk tubuh telanjang Dimitri. Tangan Fara membelai sebentar dada bidang Dimitri lalu menyurukan kepalanya ke dada Dimitri.

Seketika itu juga Dimitri merasa celananya menyempit. Shit!

Baru kali ini, ada perempuan tidur di ranjangnya, tanpa melakukan apapun. Dimitri tersenyum kecil lalu mengulurkan sebelah lengannya untuk masuk di celah bawah kepala gadis itu. Dimitri menarik dan merangkul Fara lalu memejamkan netranya kembali.

Malam ini, pertama kali dalam hidupnya Dimitri merasakan kehangatan memeluk orang asing.

*****

Ghea terkejut saat melihat wajah Fara muncul di depan pintu apartemennya. Wajah dan rambut Fara sedikit berantakan, mirip perempuan habis diperkosa.

"Yaampun Fara. Kamu darimana? Kamu semalam menghilang habis pamit dari kamar mandi. Kita kelimpungan nyari kamu tau. Mana baju kamu masih sama dengan kemarin lagi." ujar Ghea dengan nada cemas.

"Kalian tega ninggalin aku. Aku mabuk sampai pingsan tau." isak Fara.

"Mabuk? Kok bisa? Ayok ayok masuk." Ghea menarik tangan Fara dan menyuruh Fara duduk di sofa.

"Iya aku mabuk. Gara-gara cocktail keparat itu. Aku sampe tidur di kamar orang asing."

"Hah? Kok bisa? Gimana ceritanya? Sumpah Far, kemarin malam aku telepon handphone kamu terus, tapi nggak ada yang angkat. Aku kira kamu balik duluan, tapi aku bingung karena kamu gak pamit sama kami."

Fara lalu mengambil ponselnya dari dalam tas. Setelah di cek, ada puluhan misscall dan
WA dari Ghea, Nino, Dheka, dan juga Rendi. Gara-gara mabuk semalam Fara jadi tak menyadari handphonenya berbunyi.

"Aku nggak denger." kata Fara lemah.

"Yaudah nggak apa-apa. Yang penting kamu selamat."

"Nggak apa-apa gimana. Aku habis kenapa-kenapa Ghea."

"Kenapa-kenapa gimana maksud kamu? Coba cerita yang jelas deh."

Lalu meluncurlah cerita tentang kejadian semalam hingga pagi tadi dari mulut Fara. Ghea yang mendengarnya membelalakan mata.

"Jadi gitu. Aku nggak tau kok bisa-bisanya tidur sama Pak Dimitri. Saking mabuknya aku jadi kayak perempuan liar. Aku malu Ghea. Huhuhu. Pokoknya ini pertama dan terakhir kali aku minum alkohol." tandas Fara sambil menghapus air matanya.

"Yaampun Fara. Cungpret macam kamu beruntung banget bisa ena-ena di King Size Bednya Rajiman. Aku kalo jadi kamu nggak bakal nyesel. Bersyukur malah."

Fara yang kesal dengan tanggapan Ghea, melempar sahabatnya itu dengan bantal sofa. Bukannya membela Fara, Ghea malah mengatai Fara tidak tahu bersyukur. Yang bener ajah donk!

"Aku mau resign ajahlah. Aku malu. Nanti kalo ketemu bapaknya, mau ditaruh dimana mukaku ini. Tidur sama boss dalam keadaan mabok pula. Duhhh.."

"Lohlohloh... Enak ajah main resign. Kamu nggak boleh ninggalin aku sama anak-anak. Lagian nggak bakalan juga boss Raji ngecekin data karyawan satu-persatu buat cari tahu siapa karyawan yang sudah tidur dipelukannya. Karyawannya Raji itu ratusan you know neng Fara."

Sejujurnya Fara juga enggan melepaskan pekerjannya di Raji Grup. Selain karena gaji yang terbilang lumayan dan bonus tahunan yang melimpah ruah, semua karyawan di divisinya baik-baik. Itu yang menyebabkan Fara betah bekerja disini.

Usai Fara menyelesaikan strata satunya di bidang ekonomi manajemen keuangan di salah satu universitas swasta di Surabaya, gadis itu mencoba peruntungan dengan melamar sebagai financial controller di Raji Grup. Dua kali melewati proses interview dan tes masuk, Fara berhasil bergabung di perusahaan besar ini.

Di Raji jugalah Fara menemukan sahabat-sahabatnya Ghea, Nino, Dheka, dan Rendi. Sekelompok manusia mesum yang hobi mengajarkan adegan 17 tahun keatas pada Fara yang masih polos.

Oh My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang