Hari kedua Agam dekat dengan gadis itu. Gadis yang memang belum Agam ketahui namanya. Begitupun sebaliknya.
"Hai. Lo di sini lagi?" kata Agam.
Gadis itu mengangguk. "Biar luka gue cepet sembuh."
"Gue belum paham sama luka yang lo maksud."
"Kapan-kapan gue cerita." Agam hanya mengangguk menanggapi.
Diam. Keduanya sama-sama diam, juga sama-sama mengayunkan kakinya menyentuh air.
Angin semilir, mampu membuat Agam yang memakai jaket merasa dingin. Padahal jaketnya sudah tebal. Sedangkan gadis itu, hanya memakai kaos berlengan pendek, juga jeans, agaknya tidak merasa dingin.
"Lo enggak ngerasa dingin?"
Gadis itu menggeleng. "Enggak. Emangnya dingin banget ya?"
"Enggak sih. Cuma ya ... Gitu, agak dingin."
"Ah, cemen lo."
"Lah, emang. Dari dulu, gue cemen." Agam tertawa miris.
"Gue bercanda kali."
"Gue tau kok. Tapi, gue serius." Agam mengangguk-angguk, berusaha terlihat serius.
"Btw, kita belum kenalan nih. " Gadis itu mengulurkan tangannya, "Diva."
Agam menyambut tangan mungil itu. "Agam."
"Mulai sekarang kita teman. Oke." Diva tersenyum. Senyum pertama yang Agam lihat.
Manis.
"Teman? Okelah. Kita teman."
Agam mengulurkan jari kelingkingnya, disambut oleh jari kelingking Diva. Senyum terbit di wajah keduanya.
Tbc...
180518

KAMU SEDANG MEMBACA
Datang Dan Pergi (NEW VERSION) #BJPW
Nouvelles(SELESAI) Tentang kamu yang datang lalu pergi seenaknya.