Dokter Tya masuk dengan senyum mengembang. Pembicaraan mereka berdua terhenti seiring dokter muda itu mulai memeriksa tensi darah Agam. Cowok itu hanya memperhatikan, begitu pula dengan Diva.
"Jangan takut. Usahakan tenang ya Gam. Kami akan berusaha melakukan yang terbaik buat kamu. Dan kamu, saya minta kerjasamanya. Operasi ini tidak akan maksimal jika kamu tidak berniat sembuh. Semangat!" Dokter muda itu, sedikit membuat rasa takut Agam berkurang dengan semangat yang ia tularkan.
"Tuh, dengerin Gam." Diva terkekeh.
Dokter itu keluar ruangan dengan senyum cerahnya. Agam maupun Diva hanya bisa tersenyum menatap kepergiannya.
Tinggal hitungan jam, operasi dimulai. Getar-getir takut mulai Agam rasakan kembali sejak Dokter Tya keluar dari kamarnya.
"Relax. Jangan takut Gam." Diva senantiasa menggenggam tangannya, menyalurkan kekuatan lewat genggaman itu.
"Gue takut operasinya gagal Div."
"Yakin dan berdoa. Semuanya pasti lancar."
"Tapi, kalau gue gagal gimana? Kalau gue gagal sebelum masuk meja operasi gimana?" Agam mengeratkan genggaman tangannya.
"Enggak akan. Bismillah Gam. Istigfar, lo enggak boleh gitu." Diva menyemangatinya dengan mata berkaca-kaca.
Tak ada lagi obrolan tentang keluarga. Yang ada kini, hanyalah rasa takut. Agam benar-benar takut sekarang. Ia takut operasinya gagal dan ia takut tak akan pernah bangun lagi. Ia takut walau sebenarnya ingin.
Diva pun demikian. Ia sama takutnya dengan Agam. Ia menakutkan hal yang sama seperti Agam. Namun, harapan masih ada di hatinya. Harapan bahwa Agam akan sembuh dan menemaninya hingga nanti masih tetap ada.
Agam menatap mata Diva yang juga menatapnya. Ia genggam lebih erat tangan mungil cewek itu.
"Div, kalau gue gagal, maafin gue ya. Makasih lo udah mau jadi temen gue. Makasih udah mau nemenin gue di sini. Mungkin, pertemuan dan pertemanan kita ini singkat. Tapi gue mohon, jangan pernah lupain gue ya."
Diva menggeleng. "Enggak. Lo pasti bisa, gue yakin itu. Seharusnya gue yang bilang makasih. Makasih lo udah buat gue lupain kejadian yang udah lalu. Makasih juga lo udah bantu sembuhin luka gue."
"Div, gue titip sesuatu ya, buat keluarga gue. Tapi kasihnya pas gue bener-bener enggak ada. Sampaikan maaf gue juga buat mereka. Maafin udah berhenti berjuang. Buat lo, lo ... Jangan mikirin masa lalu mulu, sekali-kali pikirin masa depan lo. Jangan pernah nangis di saat gue ada, maupun tiada. Lo harus nurut sama orangtua lo. Enggak boleh jadi anak durhaka. Lo harus inget itu."
Agam menyerahkan sesuatu, entah itu apa, dalam bentuk kresek besar pada Diva. Diva menerima sembari menggeleng. Ketakutan akan kepergian Agam semakin menghantuinya. Bagaimana jika Agam memang akan pergi? Diva kembali menggeleng setelahnya.
"Lo ngomong apaan sih? Ngelantur banget." Agam membalasnya hanya dengan senyuman andalannya.
Tbc...
Empat part lagi menuju ending.
250518

KAMU SEDANG MEMBACA
Datang Dan Pergi (NEW VERSION) #BJPW
Conto(SELESAI) Tentang kamu yang datang lalu pergi seenaknya.