12

273 32 6
                                    

Operasi sudah berjalan 30 menit yang lalu. Ekspresi cemas bercampur khawatir langsung dirasakan Diva sejak Agam memasuki ruang operasi.

Mungkin kata Agam benar, keluarganya tidak ada yang peduli. Lihat saja, Agam menjalankan operasi besar yang akan berlangsung 6-11 jam, cowok itu hanya ditemani Diva. Tak ada orang lain lagi yang menemaninya.

Diva hanya bisa berdoa kini. Ia berkali-kali mondar-mandir, duduk lalu berdiri lagi. Cewek itu terlalu cemas hingga terlihat pucat.

Suara langkah kaki terdengar, membuat Diva sigap berdiri. Siapa tahu keluarga atau teman Agam datang menemaninya. Langkah kaki itu semakin cepat. Seperti berlari. Sosok pemuda dengan tinggi hampir menyerupai Agam lah yang datang. Diva tidak tahu siapa cowok itu dan dia apanya Agam. Temannya kah? Atau justru keluarganya?

"Agam di dalam?" tanyanya, tak lain untuk Diva.

"Iya. Lo siapanya dia?"

"Gue Agil. Saudara kembarnya dia."

Diva terkejut. Ia tidak mengetahui jika Agam mempunyai saudara kembar. Dan cowok di depannya itu sama sekali tidak mirip dengan Agam.

"Duduk aja dulu." Diva mempersilahkan cowok yang katanya saudara kembar Agam duduk di kursi tunggu.

"Lo siapanya dia?"

"Temen."

"Dia punya temen juga rupanya." Diva hanya mengangguk.

"Kok cuma lo doang? Bokap-Nyokap lo, enggak nemenin Agam juga?"

Diam. Cowok itu terdiam. Diva menyadari kesalahannya, karena telah ikut campur pada urusan keluarga Agam. Tapi memang hal ini yang membuatnya bingung. Mengapa cowok seperti Agam dikucilkan oleh keluarganya sendiri?

"Oh, sorry. Gue enggak bermaksud."

"Eh, enggak pa-pa. Karena lo temennya Agam dan mungkin Agam percaya sepenuhnya sama lo."

Diva mengernyit bingung. "Maksud lo?"

"Gue akan ceritakan semua. Tentang Agam." Diva mengangguk saja.

"Agam itu, bukan saudara kandung gue. Tapi, gue dan dia memang lahir di hari yang sama, itu sebabnya gue anggap dia saudara kembar gue, begitu pun Agam. Agam itu, anak dari temen deket Nyokap gue, orangtuanya meninggal dan orangtua gue yang rawat dia dari kecil, tapi sampe sekarang, dia enggak tahu kalau dia bukan bagian dari kami."

Lagi-lagi Diva merasa terkejut akan pernyataan-pernyataan tentang hidup Agam. Ia bear-benar tidak menyangka jika hidup Agam serumit ini.

Mungkin karena ini Agam jarang diperhatikan.

Selanjutnya yang terjadi, hanya keheningan. Baik Agil maupun Diva sama-sama terdiam, bahkan tidak bergerak.

Terlalu susah bagi Diva memahami semuanya.

"Lo enggak takut?" Diva bertanya.

"Takut sih. Gue enggak bisa bayangin, Agam yang udah gue anggep kakak sendiri pergi gitu aja tanpa ninggalin apapun. Bahkan gue, yang mungkin ninggalin luka buat dia." Raut cemas semakin kentara di wajahnya.

Tbc...

280518

Datang Dan Pergi (NEW VERSION) #BJPWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang