Dia, Dinda

42 0 0
                                    

Aku mencoba mempelajari arti dari kematian

Orang-orang menyebutnya; kematian yang tak dikehendaki

Tapi, apa itu 'mati'?

Yang ku ketahui adalah ketika aku merindukanmu

Aku telah mati dalam kesepian

Aku berdiri, mempersiapkan semuanya

Syair-syair untuk meluluhkan hatimu

Syair-syair untuk mengingat bahwa ku mencintaimu

Ku hapus, semua air mata ini yang mengalir

Ketika, kenangan itu mengingatkan kembali

Kau, wanita yang tak pernah ku miliki

Aku senantiasa disini, menunggumu

Untuk berkata hal yang sama kepadaku

Dan aku mendengarkan apa yang kau ucapkan

'Aku mencintaimu juga'

Namun, akankah itu akan terjadi?

Dimana ada cinta, disitu ada sakit hati

Dimana ada cinta yang hadir, disitu ada kebinasaan yang berjalan di belakang

Dan akankah itu akan terjadi?

Ketika aku saja, tak pernah berkata bahwa aku mencintaimu

Maafkan aku, atas semua rasa cinta ini

Cinta tak pernah salah, ia datang tepat pada waktunya

Hanya kehadiranku dalam hidupmu yang salah

Untukmu, aku hanya bisa menuliskan keindahan demi keindahan

Yang kau pancarkan kepadaku, kepada semua orang

Senyuman mautmu yang hebat, mampu menguasai akal dan pikiranku

Tangisan pada malam itu, mampu mempertahankan perasaanku

Rasa bersalah atas kehadiran diriku, mampu tinggal dalam pikiran

Yang ku lakukan hanya memujamu dalam gelapnya malam

Yang ku lakukan hanya mencintaimu dalam panasnya siang

Aku tersiksa atas semua ini

Maafkan aku, kasih ku

Maafkan semua yang pernah ku lakukan kepadamu

Pergilah, pergilah kepelukannya

Kau lebih mencintainya daripada aku

Biarkan aku disini, sendiri

Biarkan angin-angin yang berhembus perlahan menemaniku

Biarkan gelapnya malam dan bintang-bintang yang bersinar menahanku

Menahan setiap air mata yang menetes

Menahan setiap rindu yang memuai

Menahan setiap cinta yang ingin di ucap

Biarkan, semua tentang perasaan ini kepadamu

Menjadi syair-syair kosong yang takkan pernah ku bacakan untukmu

Malam-malam yang sangat panjang, setia menanti

Selayaknya pelangi, yang setia menunggu hujan yang turun di siang hari

Menanti keindahan-keindahan yang entah kapan ia akan datang

Dan biarkan syair ini ku baca dalam hati

Maafkan, jika keceriaanmu sirna

Maafkan, jika pancaran sinarmu redup

Untukmu

Ku berikan ini semua

Syair ini yang ku tuliskan dari hati yang terdalam

Untukmu, Adindaku

Yogyakarta, 18 Agustus 2016

Akhmad Karunia Akbar

Istirahatlah Wahai KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang