6 💓 Keputusan

2.4K 105 1
                                    

"Jadi, Rencana lo apaan?" tagihnya yang sudah menatapku dengan malas.

Aku menopang dagu tak kalah malasnya dengan Noval, kalau misalkan ini tidak demi kebaikan sahabatku. Mana mau, aku bekerja sama dengan cowok tengil ini. Akhirnya aku menggeleng-geleng tidak tau rencananya, karena aku belum memikirkan rencana untuk selanjutnya, yang aku kira akan memikirkannya bersama-sama.

Cowok yang duduk di hadapanku kini menghela nafas berat,"Terus kenapa lo mau bantuin? Kalo lo ngga punya rencana?"

"Emang lo udah punya rencana?" tanyaku menyepelekan, kalau misalkan dia belum mempunyai rencana. Aku akan memaki-maki dia, ide yang bagus.

Dia mengedikan bahunya sambil menyandarkan punggungnya ke kursi,"Udah. Rencananya tanpa bantuan lo, kalau ada lo yang ada rencananya nanti gagal."

"Gue kan niat bantuin lo." jawabku sebal, aku tidak mengerti dengan jalan pikiran cowok itu, ya meskipun aku niatnya lebih membantu Riri.

Ia tertawa seakan-akan jawabanku lelucon untuknya, aku hanya menatapnya dengan geram. Saat tawanya mereda, ia berucap,"Idup lo aja tuh ceroboh, mana mungkin lo bisa bantuin gue."

Aku bangkit dari kursi,"Lo ngga butuh bantuan gue? Yaudah, gue pulang."

Emosiku hampir menggebu-gebu, aku melangkah keluar cafe menuju motor kesayanganku. Aku memakai helm pilot, lalu menaiki motor tanpa harus menemui cowok sialan itu lagi. Selain biang kesialanku, ternyata cowok ngeselin itu juga selalu merendahkan oranglain. Apa dia tidak pernah berpikir kalau kalimatnya itu menyakiti oranglain?

Aku rem motorku mendadadak saat seseorang yang sedang menyebrang jalan, untung saja dengan cepat aku rem coba kalau tidak? Aku bisa jadi tersangka membunuh jiwa manusia yang tidak bersalah.

"Maaf." gumamku, ia hanya melanjutkan langkah tapi mulutnya tetap komat-kamit beruntungnya aku tidak mendengar yang dikatakan cowok itu.

Suara klakson kendaraan orang lain yang menyeballkan di belakangku, aku meng-starter motorku menuju rumah. Air mataku yang bendung dari tadi tumpah begitu saja, sesekali aku menyekanya dengan kasar kalau aku tidak boleh selemah itu. Jika Noval melihat aku yang lemah seperti ini, ia akan meledek dengan kalimat-kalimatnya yang pedas lagi.

Aku tidak mau orang-orang yang ada dirumah melihat keadaan mataku yang sudah sembab ini. Jadi kuputuskan untuk berlari tanpa menengok ke arah manapun, beruntungnya orang-orang rumah sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Ku jatuhkan tubuhku ke ranjang milik ku, terbayang ekspresi Noval dan celotehnya membuatku tidak bisa berpikir jernih. Aku memang ceroboh, tapi apa salah aku menolongnya meskipun baru bermodal niat?

Besoknya, aku sekolah seperti biasa. Melupakan hal-hal kemarin, namun tidak semudah yang kalian kira. Ucapannya selalu terngiang-ngiang di telingaku, sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkan cowok itu.

Kepalaku sedikit menoleh ke kelas 11 IPS 1 yang sudah ada Noval dkk tanpa Gilang. Selewat aku mendengar sesuatu yang di katakan Noval tentang rencana acara setelah ulangan semester berakhir.

Informasi yang ku dengar dari murid lain; setelah pembagian raport akan di adakan liburan ke pantai untuk tiga hari, aku tidak tau apa itu benar atau salah informasinya lagian belum jelas.

"Stefany?"

Aku memutar tumitku untuk melihat siapa yang memanggil namaku dengan bersemangat itu, Rey melambaikan tangannya yang keluar dari kelas bersama teman-temannya. Noval yang memperhatikanku di balik punggung Rey yang sudah melangkah menuju tempatku berdiri. Kejadian kemarin, sudah cukup untuk membuatku tau sikap asli Noval.

Romansa Cassandra (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang