17.Sakit (2)

2.9K 153 6
                                    

Makasih sudah mau ada di samping gue di saat gak ada siapa-siapa bersama gue.

-Falista Alexandra

🎓

Lista melangkah dengan lemah dalam bopongan Alvin, ia tidak ingin digendong Alvin karena takut jadi bahan omongan. Lista hanya meminta Alvin membopongnya dan mengantarkannya pulang, kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan kelas nanti siang.

Tak disangka, saat tiba di parkiran mereka bertemu dengan sosok Jonathan yang memang sedari tadi belum pulang melainkan merenung sambil duduk di atas motornya.

Melihat kondisi tubuh Lista yang melemah sampai harus dibopong seperti itu membuat Jonathan beranjak dari motornya, menghampiri mereka berdua.

Lista yang melihat sosok itu di hadapannya segera angkat suara. "Gue pulang duluan. Jawabannya nanti gue kasih tau." Lista hanya bisa tersenyum lemah.

Jo memegang tangan Lista. "Gue yang antar lo pulang." Nada kekhawatiran masih tercetak jelas dari ucapannya itu.

Lista menggeleng, perlahan ia lepaskan pegangan tangan Jonathan. "Alvin aja, lo masih ada kelas nanti siang. Gue duluan ya?" izin Lista yang malah seperti lirihan lemah.

"Gue mau ngantar lo salah ya?" Jonathan kembali terbawa emosi, ia paling tidak suka ditolak terlebih yang menolaknya adalah Falista. Ditambah lagi, Lista menolak tawarannya itu karena orang lain.

Lista menggeleng lagi. "Gak salah, tapi nanti ngerepotin lo." Mata Lista sayu-sayu menatap ke arah Jonathan, kepalanya terasa berat sekarang.

"Lo dianterin Alvin sama juga ngerepotin dia kan?" Merasa terpanggil, Alvin langsung menoleh tidak suka ke arah Jonathan. Ia tidak merasa direpotkan bila harus mengantarkan Lista.

"Tapi dia lagi gak ada kelas Jo. Sedangkan lo? Lo masih ada kelas." Lista masih ngotot untuk tidak diantar oleh Jonathan. Dalam lubuk hatinya ia ingin sekali diantar sekaligus dirawat Jo, tapi ia juga tidak boleh egois untuk menghentikan Jo yang ingin menempuh pendidikannya.

"Terus lo sakit gini mau dianterin sama dia pake sepeda jelek doang?" Jonathan sedikit mengejek sepeda butut kepunyaan Alvin yang terparkir rapi tak jauh dari mereka.

Lista menatap Jo dengan marah, ia tidak suka sahabatnya dihina. "Jaga mulut lo Jo! Setidaknya gue bakal sampai di rumah dengan selamat!"

"Tapi gue mau ngantar lo. Lo prioritas utama gue!" Jonathan tak mau kalah, ia ikut meninggikan nada bicaranya.

"Gue gak butuh diprioritasin sama lo!" protes Lista yang entah kenapa menjadi tidak lemah lagi untuk membalas ucapan Jonathan yang sudah berlebihan itu.

"Lo gak mau tapi gue mau!"

"Lo pemaksa!"

Jonathan berdecih kemudian menatap Alvin. "Setidaknya hidup gue berkecukupan daripada si Alvin!" Jonathan tersenyum meremehkan.

"JO! JAGA MULUT LO!" Lista sudah seperti kehabisan kesabarannya, emosinya seakan-akan terkumpul di ubun-ubunnya membuat kepalanya itu terasa berat dan panas.

"Lo minta gue jaga mulut gue sedangkan lo gak mau ngikutin perkataan gue."

"Emang gue harus nurutin lo? Lo bukan siapa-siapa gue. Bagi gue lo cuman penganggu." Lista tak sadar dengan apa yang dikatakannya, ia benar-benar terbawa emosi dan sudah muak dengan perkataan menghina yang keluar dari bibir Jonathan.

Jo menatap Lista dengan kecewa, ia tidak menyangka kalau selama ini kehadirannya di kehidupan Lista hanya dianggap sebagai pengganggu. "Oke,mungkin gue cuman penganggu di hidup lo tapi semua yang gue lakuin buat lo selama ini, murni dari hati gue!"

Dibaperin Most Wanted [END] - RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang