Tenanglah, sahabatku, diriku akan selalu menemanimu sampai kapan pun.
-Jonathan Trexalex
🎓
Audia mendengar semuanya. Niatnya ia ingin kembali ke kamarnya setelah menghirup udara segar di taman rumah sakit, sayang langkahnya terhenti berbarengan dengan teriakan Lista di awal tadi.
"Aku kira kamu sahabat aku ternyata enggak! Jangan memaksakan perasaan kamu seperti ini, Jo." Tangisnya yang sudah pecah sejak tadi kembali membuncah ketika benar-benar melihat ke sosok Jo yang sudah membalikkan badan menghadapnya sejak tadi, lelaki yang saat ini menjadi alasan patah hati terhebatnya seumur hidup.
Jonathan terpaku, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mematung memerhatikan Audia dengan rasa sesak yang menggerogotinya.
"Aku kira kamu menyatakan perasaan kamu itu tulus, ternyata tidak. Ka-kamu ter-terpaksa." Audia sedikit terbata karena isakan tangisannya yang terlalu pilu. Perasaannya hancur drastis.
"Di." Jonathan memanggil dengan lirih. Tapi terlambat, Audia sudah tak mau menatap wajah Jonathan. Ia terlalu benci karena harus berada di situasi seperti ini. Audia hanya terus menunduk ke bawah, melihat kedua kakinya sambil menangis.
Jonathan dengan pelan melangkah ke depan menuju Audia lalu merengkuh tubuh mungil itu ke dekapannya. Syukurnya Audia tidak memberontak, ia mungkin memang marah tapi ia juga tau kalau sekarang ia butuh tempat untuk menenangkan dirinya, tempat seperti sosok Jonathan yang sekarang tengah mendekapnya hangat.
"Maaf, Di. A-aku takut kehilangan kalian berdua, Di."
Audia tidak menjawab. Ia hanya bisa menangis kencang di dekapan Jonathan sekarang. Rasanya lebih sakit dibandingkan dengan ketika ia mendapatkan lebam dari mantan pacarnya.
Apa begini perasaan yang dirasakan oleh Jonathan dulunya? Ketika lelaki itu dengan tulus mencintainya tapi ia tidak pernah memiliki rasa yang sama. Audia menyesal, ia benar-benar dihantam mimpi buruk yang mengerikan.
Badan Jonathan bergetar. Audia yang menyadari hal itu hendak melepaskan pelukan itu dan melihat apakah Jonathan sedang menangis atau tidak, tentu saja hal tersebut langsung dihalang Jo yang dengan cepat mengeratkan pelukannya. Ia tidak ingin sahabatnya melihat dirinya yang lemah.
"Kamu penting di hidup aku, kamu sahabat aku. Aku minta maaf kalau dengan cara ini malah bikin kamu menderita." ungkap Jonathan tulus dari lubuk hatinya, ia bahkan tidak berhenti menangis karena rasa sesak yang sedari tadi ia rasakan sudah tak tertahankan lagi.
"Aku mau kita putus, Jo. Aku gak mau kamu memaksakan perasaan kamu," tukas Audi yang berada di dekapan Jonathan.
Berat rasanya, namun Audia tau ia tidak boleh egois di saat-saat seperti ini. Baginya, mendapatkan kesempatan untuk disayangi sebegitu dalamnya oleh seorang lelaki bernama Jonathan sudah lebih dari cukup. Ia tidak ingin menyakiti hati Jonathan untuk ke sekian kalinya hanya dengan memaksakan lelaki itu.
Jonathan hanya mengangguk pelan mengiyakan. "Maaf, Di." lirihnya dengan rasa bersalah yang amat besar.
Audia tak menjawab lagi, ia hanya membiarkan pelukan ini menjadi sedikit lebih lama sebelum akhirnya mereka berdua akan sama-sama melepaskan. Tidak, lebih tepatnya sebelum akhirnya Audia yang melepaskan Jo dengan ikhlas.
'Maaf, aku telah terlambat menyukaimu.' sesal Audia dalam hatinya, ia benar-benar menyesal tidak memiliki perasaan yang sama kala itu. Ia menyesal karena tidak menyadari bahwa ia telah kehilangan lelaki terbaik di hidupnya saat ia sudah mendapatkan lelaki yang ia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibaperin Most Wanted [END] - Revisi
Romantizm| kalau gue baper, lo mau tanggung jawab? / gue kan gak ngehamilin lo, ngapain tanggung jawab? Highest rank : #24 absurd 16/09/2018 #766 teenfiction 14/09/2018 #113 lucu 10/09/2018 #20 absurd 29/03/2019 #757 teenfiction 29/03/2019 #106 lucu 29/03/2...