Hampir dua tahun berlalu setelah ledakan dan pemakaman itu tetapi Susan tidak pernah bisa melupakannya. Dia tidak bisa menerima kehilangan orang yang dia sayangi lagi setelah ibunya yang terkena leukimia.
Susan keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur, melihat pantulan dirinya di lemari pendingin berlapis kacanya. Susan melihat seorang wanita berdiri dengan bahu yang rapuh, wajah sembab, warna merah mengelilingi irisnya yang berwarna madu, dan rambut auburn* yang acak-acakkan. Menyedihkan dan menjijikkan. Di tengah dapur dengan kitchen set yang mewah dan tertata rapi.
Sebaik apapun dia mencoba tetap saja setelah selesai bekerja, setiap malam menjelang tidur Susan akan tetap menangis seperti anak kecil di bawah selimut tebal. Tanpa ibu, tanpa ayah, tanpa saudara, tanpa sahabat, tanpa kekasih. Susan benar-benar sendirian. Sekarang dia sedikit menyesal menjadi orang yang tertutup.
Susan mendapatkan uang setiap bulan, tunjangan seumur hidupnya dari ayah. Tetapi bukan uang yang Susan inginkan. Dia bekerja hanya untuk tetap menjadi normal. Dua tahun lalu kuliah hanya untuk bersenang-senang. Dia begitu kesepian karena tidak ada yang memperhatikannya.
"Sial," umpatnya.
Susan meminum susu langsung dari wadahnya. Dia menghela napas sebelum mengeluarkan bahan untuk membuat pancake. Membuat adonan dan beberapa kali terlalu padat saat dituang di penggorengan. Hingga akhirnya Susan bisa membuat beberapa lapis pancake dia langsung menyiraminya dengan madu yang ada di tengah meja makan bersama bunga camelia dan selai roti.
Susan makan dalam diam. Memikirkan harinya yang tidak akan berubah, bahkan di usianya yang ke dua puluh empat Susan masih perawan. Hanya itu yang ada dipikirannya selain orang tuanya yang bahagia di surga. Semua teman wanitanya di departemen store sudah pernah berkencan dengan banyak pria.
Susan terganggu? Tentu saja! Setiap hari temannya memanggilnya VieSue (Virgin Susan) dan dia merasa tergganggu setiap saat. Walaupun dia merasa senang terkadang ada yang yang mengajaknya bercanda. Susan mendengus lagi dan senyum terukir di bibirnya.
Setelah selesai dengan sarapannya Susan memasukkan alat makannya ke mein pencuci piring dan pergi ke kamarnya untuk mandi. Susan melirik lukisan keluarganya, saat dia masih berumur tiga tahun, duduk di pangkuan ibunya dengan gaun berwarna merah muda, sedangkan wanita yang memangkunya memakai gaun putih dengan riasan yang luar biasa indah, ayah Susan tersenyum sambil memeluk istrinya. Tepat di baliknya bertumpuk uang dan perhiasan yang bahkan membuat Susan muak setiap bulannya. Terkadang dia hanya membuangnya dengan pergi ke club atau sekedar membeli tiket pesawat tapi tidak pernah menaiki pesawatnya.
Susan berdecak sebelum masuk ke kamar mandi, melepas piyama satinnya dan masuk kotak kaca shower. Air hangat turun seperti hujan deras dan membuat ruang disekitarnya mengembun. Menutupi Susan dari leher hingga kaki.
Tidak ingin berlama-lama Susan langsung berjalan mengambil handuknya dan pergi ke kloset yang ada di samping kamar mandinya. Menggunakan seragam karyawan dan menutupinya dengan mantel cokelat sepanjang lutut. Susan berkaca di ujung klosetnya dan melihat sobekan di ujung bahu kanannya.
"Sialan,"
Susan melepaskan mantelnya dan mencari mantel lain di deretan baju tebalnya. Semuanya untuk musim dingin dan yang tersisa hanyalah jaket hoodie berwarna hitam dengan tulisan Fuck Baby di punggungnya. Bagus aku akan mempunyai sauna pribadi, pikir Susan.
Tanpa banyak pikir dia memakainya dan keluar dari klosetnya menuju meja rias. Mengeringkan rambut dan memoles sedikit riasan sebelum mengambil tas tangannya dan keluar dari apartemen.
Sepuluh menit kemudian Susan berada di Bentley tuanya. Dia tidak menginginkan mobil baru karena dia begitu jatuh cinta bengan mobil yang sedang dia tumpangi. Bentley yang dia beli dengan uang sakunya yang dia tabung setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
American Love Affair [Lover the Series #4] (18+Only) [COMPLETED]
RomanceCopyright ©2017|FRAMADANI|All Right Reserved| Based on Lover the series. The fourth book from the series|Three short stories. ®Explicit content. Massive warn, this story contain harsh words, violence, sexual activity. First story, DONE Second Stor...