Chapter 4 : The Time That He Use To Provocating Her

9.5K 327 2
                                    

Victor tertidur lelap di samping Liana. Tangan tangan kokohnya menutupi wajahnya sedangkan kakinya terjepit antara kursi dan kasur. Dia tertidur karena terlalu lama memandangi Liana hingga tertidur di sebuah kursi kayu dengan kepalanya di atas ranjang. Pasti akan meninggalkan rasa sakit yang merajam di punggungnya saat pagi menjelang.

Liana menggumam. Dia berada di pantai, dia berada di kampung halamannya. Begitu menyenangkan, itulah yang dia rasakan. Tetapi berbeda atau terlihat aneh saat dia melihat Victor, ada di bibir pantai, Liana tahu satu langkah lagi pria itu berjalan ke depan dia akan tenggelam. Liana berjalan mengejar Victor saat pria itu hanya tersenyum padanya lalu berkata.

"Aku tidak menginginkanmu lagi!"

Liana merasa menabrak sebuah tembok yang terbuat dari kaca yang sangat tebal. Dia memukul kaca itu dan berteriak, merasa Victor bisa mendengarnya. Liana menjatuhkan air matanya saat pria itu melangkah dan tenggelam. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengannya, dia hanya merasa dia menyukai pria itu. Suaranya yang ringan dan senyumnya yang menawan. Liana bergumam lagi hingga membangunkan Victor dari tidurnya.

Pria itu menyumpah saat menyadari dirinya tertidur di tempat yang membuat punggungnya remuk redam. Mengabaikan rasa sakitnya, Victor melihat Liana yang semakin berkeringat lalu tiba-tiba berteriak. Victor dengan panik berusaha membangunkan wanita itu, dia mengguncang bahu Liana hingga wanita itu sepenuhnya sadar.

"Kau tak apa?" katanya mengusap keringat yang ada di dahi Liana.

Liana menghembuskan napasnya lega, dia hanya bermimpi. Kemungkinan besar dia merasa mimpi itu akan terjadi karena terasa begitu nyata. Bukan saat tenggelam, tetapi kalimat yang Victor katakan. Bukankah itu akan terjadi mengingat Victor adalah pria petualang. Liana harus bisa menguatkan dirinya sendiri dan membangun benteng setebal lapisan tanah.

"Yeah," balasnya. Victor membantu Liana untuk duduk.

"Kau sedang bermimpi bercinta denganku, ya?" Liana mengerjapkan matanya. Berusaha mencerna apa yang Victor katakan.

"Apa?" itu kata terbaik yang dia punya.

"Kau tadi berteriak memanggilku, terdengar seperti kau sedang orgasme." Liana merasa jantungnya telah berpindah ke kakinya. Bagaimana pria itu membuat lelucon di tengah dirinya sedang mengalami demam.

"Tidak, maksudku, aku tidak tahu. Aku tidak sedang bermimpi seperti itu." Victor mengangkat bahunya dan mengela napas. Dia tidak ingin melanjutkan sebenarnya dia hanya ingin membuat sesuatu yang menyenangkan, dia senang melihat Liana merona. Itu saja.

"Okay. Sekarang, kau harus makan." Victor berdiri dan hendak pergi ke dapur membuat sesuatu.

"Tunggu, itu tidak perlu."

"Sayang, kau sedang sakit itu dan aku tidak bisa menggarapmu saat kau sedang sakit." Liana langsung terdiam. Sebenarnya dia merasa lebih baik setelah tidur tetapi memang hanya sedikit. Lalu sekarang Victor merawatnya karena memikirkan seks nya yang akan bermasalah.

Liana kembali membaringkan dirinya dan tersadar kalau dia berada di kamar Victor. Semua poster band lama dan gitar di sudut ruangan. Cat abu-abu dan pintu ajaib, pria itu mempunyai banyak kejutan di kamarnya dan itu terletak di pintu-pintu yang ada di sini. Wangi taman di bantal adalah aroma yang paling Liana sukai.

Beberapa saat lalu setelah Liana selesai melamunkan rasanya bercinta dengan victor, ini nyata, pria itu datang dengan mangkuk dan air mineral di gelas yang sangat besar. Pria itu duduk di sampingnya dan menaruh mangkuk itu di meja lampu.

"Jadi, mulailah duduk dan kali ini aku tidak ingin mendengar kata tidak dari bibirmu itu." Victor duduk di tepi kasur dan meluruskan kakinya di kursi kayu sebelum mengambil mankuk dan menyuapi Liana.

American Love Affair [Lover the Series #4] (18+Only) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang