Nam'

46 6 3
                                    

Gemericik air hujan yang turun membasahi tanah seakan menjadi lagu tema sore ini.
Dan lagi-lagi Cella terjebak didalam Cafe dengan setumpuk materi yang harus dia mengerti.

Suara ketukan meja sesekali terdengar, bersumber dari jemari lentik gadis itu, menandakan bahwa Ia sedang berpikir keras.

Segelas Latte panas—yang sudah menjadi dingin—tidak disentuhnya sama sekali. Terlihat mulai muak dengan tulisan rumus serta kata-kata kimia yang sulit dimengerti. Ia menyerah

"Susah banget sih ini.. Daku takuasa~" gumamnya sembari melihat keadaan sekitarnya.

"Kenapa cuaca seakan menahan Gue untuk pulang hm? Gak rela banget kayaknya kalau Gue pulang dengan keadaan kering?! Ih! Ngeselin pangkat lima" Ujarnya ber-monolog.

Tangan kanannya meraih gelas latte yang sejak 2 jam yang lalu ia pesan. Meminumnya dengan nikmat.

Klining~
"Selamat datang, silahkan masuk"

Suara lonceng kecil diatas pintu masuk cafe berdering, menandakan seseorang baru saja memasuki cafe. Disusul suara pelayan menawarkan menu cafe kepada sang pembeli.

Mata bening Cella menangkap sosok yang sama sekali tidak Ia duga akan bertemu dengannya disini. Si Cafe langganannya ini.

"Loh? Cella?" Sapa sang pembeli yang baru saja selesai memesan minumannya.

"Hehe, kak candra? Kebetulan banget ketemu disini" Cella tersenyum kikuk, bingung harus menjawab apa.

"Sendirian Cel? Aku gabung boleh?"

Cella mengangguk dengan Refleks, "duduk kak"

"Kamu sering kesini? Kok aku enggak pernah ketemu kamu ya?"

Cella mengangguk untuk yang kedua kalinya.

"Rumah kamu dimana?"

"Aku tinggal berdua sama Jennie kak, deket kok. Dari sini naik bus sekali, hehe. Oh ya! Kak Can kok disini? Dari mana?"

Candra menunjuk sebuah pastry shop mewah diseberang cafe, "punya Papa. Aku selalu mampir"

Cella mengangguk mengerti, "Chef?"

Kini giliran Candra mengangguk bangga, "Kapan-kapan aku ajak kamu kesana nemuin papa"

Makjang kakak.. Berasa dikenalin ke calon mertua hehe

"Hehe iya, Aku belum pernah kesana. Kayak bukan tempat untuk Pelajar. Terlalu mewah"

Candra tertawa geli , "heey- disana enggak semahal itu kok, harganya terjangkau dan dijamin enak banget! Eh, kok aku mah promosi sih?"

Hujan diluar seakan mengerti akan jiwa muda mudi yang sedang jatuh cinta, ia seakan mengulur waktu untuk mereda.

"Kak, emm.. Udah mulai sore, Aku nggak enak ninggalin Jennie sendiran dirumah. Aku pulang duluan, nggak apa-apa kan?"

Candra melihat jalanan dari kaca jendela , "hujan Cel, Aku anter ya?"

"Eih? Papa kak Candra gimana?"

Candra mengangkat bahu santai, "Papa nggak mungkin pulang jam segini, lagian Kamu bilang kalau deket kan? Kenapa nggak Aku anter aja"

Cella mengalah, biarlah Candra mengetahui tempat tinggalnya. Memang apa pengaruhnya? Toh Candra juga tidak akan terus menerus menghampiri Cella kan?

Mimpi kamu Cella. Cella menggelengkan kepalanya perlahan, mengusir imajinasi-nya.

-💭-

"Makasih ya kak"

Sebelum benar-benar menutup pintu mobil Candra, Cella tidak lupa mengucapkan terimakasih pada Candra.

"Iya, salamin buat Jennie ya. Aku pulang dulu. Jangan lupa makan~ daah"

Mobil Candra sudah meninggalkan Lobby Apartemen Cella.
Baru saja Cella hendak berbalik memasuki gedung , seseorang berseru menyerukan namanya.

"CELLA!!!"

Tanpa menoleh-pun dia tahu siapa yang memanggilnya.

"Lo balik sama siapa-hhh-gu-hh-hadeeh capee ternyata lari" Aga terduduk dilantai Lobby dengan wajah cueknya.

"Lo ngapain disini? Mau ngapelin Jennie ya?! Gak boleh!!"

Sebelah alis Agatha meninggi "kenapa gak boleh? Jennie mau kook~"

Cella tetap bersikukuh pada tempatnya "Apartemen Gue anti sama Cowok! Apalagi Cowok rese kek lo! Udah tunggu disini aja! Gue panggilin jennie"

"Awas lo berani ngikutin gue! Mati lo sama gue besok ~"

Cella berjalan membelakangi Agatha sembari memegangi dadanya. Sesak.

"Why i always thinking about you, loving you when you don't care, Aga?!"  batin Cella meronta ingin bebas dari tekanan.

Note:
Daku lagi baper sama cover lagu Bts-i need you versi inggris-nya deh.

ImaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang