--Pemberi Minum Rahasia--

10 1 0
                                    

Pantulan sinar cahaya pagi sampai di kelas. Para murid-murid sudah pada berkumpul di dalam kelas dengan kegiatan yang lain-lain, ada yang ngegosip, ngerjain pr, piket, dan lain-lain.
Tapi tidak dengan Kanaya yang masih melanjutkan tidurnya dengan terlelap di atas meja.

Kanaya yang mendengar suara cekikikan teman-temannya ia hanya mengabaikan dan kembali masuk ke dalam alam mimpinya.
Kini Kanaya merasakan ada yang tidak beres ia segera bangun dan kembali duduk dalam posisi tegap. Kanaya memandang sahabatnya yang seakan-akan mentertawakan dirinya, sedangkan di depannya duduk seorang pria yang menahan tawanya.

"Pada ketawain gue ya?"
Tanya Kanaya yang langsung kesal.

"Tadaaaaaa......"
Teriak Bara sambil menunjukkan hp nya yang berisi foto aib Kanaya yang sedang tidur.

Kanaya menggerutu kesal, dan ia menarik baju Bara berusaha merebut hp milik temannya namun gagal mau menghapus fotonya. Bara tetap kekeh untuk menyimpan foto itu.

"Jihan kok lo malah diem aja sih!!! Bukannya kasih tahu gue kalau mau di foto, gue kan mau cantik-cantik dulu gitu lho. Lah ini gue nganga di foto."
Jihan menutup kedua telinganya mendengar ocehan Kanaya yang sangat berisik.

"Ogah, abisan kan di satu kelas ini yang gak ada foto jeleknya lo doang Nay."
Jihan senyum kemenangan. Sedangkan Kanaya mendengus sebal.

"Mau lo foto kayak gimanapun tetap aja cantik, tenang aja nanti mukanya gue kasih efek biar keliatan putih kinclong."
Bara memberi kedipan mata genit pada Kanaya, dan Kanaya memukul Bara dengan kotak pensilnya.

"Najis, muka gue udah putih. Ew efek yang kayak gimana tuh? Pemalsuan publik."

"Shuutttt......"
Ketua kelas memberi tanda untuk tetap diam karena guru sudah ada di ambang pintu.

"Elah, pelajaran siapa sih? Yaelah bu Neni doangkan guru yang jalannya kayak pinguin unyu-unyu gitu. Pelajaran Fisika, gue gak bisa tuh."
Lagi-lagi Kanaya membuat kekonyolan di kelas, dan di balas sorak-sorakkan oleh teman-temannya.

Bara menunjukkan jarinya ke arah Kanaya.
"Kanaya bu namanya."

Kanaya melotot dan menjitak keras kepala Bara, lalu Bara meringgis kesakitan. Bu Nenik menghampiri Kanaya dengan tatapan tajam dan datar kepada Kanaya. Kanaya tersenyum miris dan menyengir tanda untuk meminta damai baginya.

"Coba kamu contohin bagaimana ibu yang jalannya seperti pinguin?"

Kaki Kanaya gemetar bakal repot jika ia harus berurusan dengan bu Neni.

"Maaf bu, Kanaya gak bermaksud, Kanaya juga gak ngerti jalan kayak pinguin gimana."
Kanaya masih sempat-sempatnya untuk tersenyum.

"Mau peragakan didepan atau kamu lari muterin lapangan sebanyak 5 kali."
Bentak bu Neni yang semakin menjadi, Kanaya mengangguk.

"Saya lari aja deh bu."
Balas Kanaya lalu langsung permisi dan berlari menuju lapangan.

Kanaya menggigit bibirnya menahan kesal, hari ini sudah sangat lelah tetapi ia baru memutari lapangan sebanyak 2 kali. Kanaya mengusap keringatnya yang membasahi tubuhnya. Kanaya orang yang bersifat cuek, walaupun ia sendiri yang memakai seragam dengan rok yang ia gunakan untuk lari. Bukan seperti anak kelas lain yang sedang lari memakai pakaian olahraga, karena memang hanya Kanaya yang sedang di hukum.

Ada sepasang mata yang melihat Kanaya berlari, pria itu tersenyum sendiri saat melihat tingkah Kanaya apalagi saat mengingat kejadian tiga hari yang lalu.
Pria itu masih menggenggam minuman yang masih baru belum di buka, ia berniat untuk di berikan Kanaya tetapi gengsi menghalanginya.

Pria itu melihat adik kelas yang ingin menuju turun tangga.
"Dek"
Panggilnya, lalu kedua adik kelas perempuan itu menghampirinya.

"Kenapa kak?"

Pria itu menjulurkan botol minuman ke adik kelasnya.
"Tolong kasih ke kakak cewek yang lagi lari ya, yang pake seragam. Terus jangan ngasih tahu nama kakak ya. Terimakasih."

Kedua adik kelas itu mengangguk dan tersenyum.
"Oke kak."
Lalu segera turun kebawah.

Kanaya berhenti sejenak dan duduk di samping lapangan, tiba-tiba ada yang menyodorkan minuman kearahnya. Kanaya mendongakkan kepalanya, dan bingung.

"Ada apa ya?"
Tanya Kanaya dengan hati-hati.

"Ini dari kakak yang ada di atas, katanya buat kakak minumannya."
Balas adik kelas itu. Lalu Kanaya mencoba melihat ke arah lantai atas hasilnya nihil.

"Cewek?"

Yang satu menggeleng dan yang satu menjawab.
"Bukan, tapi cowok."

"Siapa namanya?"
Tanya Kanaya lagi lebih penasaran.

"Katanya gak boleh di kasih tau."
Balas adik kelas itu, lalu temannya langsung menarik temannya yang sedang berbicara dengan Kanaya.

"Ah, aneh. Siapa sih orangnya? Jadi kepo gini ah. Ada juga yang perhatian sama gue, mending gue minum."
Kanaya langsung membuka tutup botol tersebut dan langsung  meminumnya.
Pikiran Kanaya langsung kepada Bara, satu-satu teman cowok yang sangat dekat dengannya.

From: Kanaya
To : Bara

Bara lo ngasih minum ke gue? Lewat perantara adik kelas segala lagi. Lebay lo, pake rahasia-rahasiaan supaya gak ketauan nama lo.

Kanaya menghembuskan nafas leganya, lalu melanjutkan kembali larinya yang tinggal 1 putara lagi. Pria yang memantaunya dari atas puas dengan pemberiannya yang di minum dengan Kanaya.

      
                         --❣❣❣--

Pangeran melangkahkan kakinya untuk menuju tempat parkiran mengambil motornya yang sedang di bantu di keluarkan oleh pak satpam. Pangeran lebih memilih duduk dan menunggu.

"Hei, Pangeran!!"
Sapa seorang wanita yang berhasil mengagetkan Pangeran.
Pangeran membulatkan matanya, di hadapannya ada Kanaya.

"Hei."

"Lo lagi ngapain?"
Tanya Kanaya.

"Nunggu motor saya sama pak satpam."
Balas Pangeran dengan senyum sepintas.

Bunyi klakson motor yang membuat Kanaya dan Pangeran menoleh ke asal suara. Sekarang motor itu berhenti tepat di keduanya. Pria itu membuka helmya, dan tersenyum pada Kanaya.

"Pulang bareng neng?"
Sapa Bara dengan jahil, Kanaya mengangguk terkesima.

"Iya mang, udah panas eneng tuh gak kuat atuh kalau kena panas."
Drama keduanya membuat Pangeran tertawa sendiri. Kanaya yang sadar dengan tawaan Pangeran, kini dirinya ikut tertawa.

"Bisa ketawa juga lo?"

Pangeran kini mengambil posisi berdiri dan mengangguk.

"Ohya, kenalin ini temen gue Bara Dalvino." Kanaya menarik tangan Pangeran agar menyalami tangan Bara.

Bara tertawa kecil dan membalas salaman Pangeran.
"Gue kenal dia, Pangeran tuh sepupu gue." Bara menepuk pundak Pangeran.

"Berarti gue telat dong."
Kanaya memasang wajah kecewa.

Pangeran mengambil motornya dan menaikinya.
"Kalian, saya balik dulu ya."

Kanaya memberi lambaian tangan sampai Pangeran sudah jauh, Kanaya pun masih melambaikan tangannya dan meloncat-loncat tidak jelas.

"Eh, somplak! Gak jelas banget si. Mau pulang bareng gak?"
Sahut Bara dengan kesal pada Kanaya.

"Iya babang ganteng, elah gitu aja marah.  Cemburu ya kalau gue tadi melambaikan tangan ke Pangeran."
Ucap Kanaya denga pedenya. Membuat Bara semakin lelah dengan sikap Kanaya.

Bara melajukan motoronya dengan kecepatan sedang, Kanaya yang tersenyum-senyum sendiri terhadap sikapnya Pangeran.
"Nay, tadi gue beneran gak ngasih minum ke lo."

"Jangan coba-coba boongin gue ya, awas lo!! Eh, tapi dari nada pembicaraan lo kayaknya jujur sih. Terus siapa dong yang ngasih?"

"Pikir aja sendiri, sampe kepala lo botak."
Kanaya mendecak sebal mendengar balasan Bara.





Three Months Into LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang