Kanaya masih menikmati cemilan yang tersedia diatas meja, dengan santai ia merebahkan tubuhnya di atas sofa besar dan dengan asik menonton serial kartun di sore hari.
Karin menghampiri anaknya dan memberikan senyum simpul.
"Hari ini kamu gak ada kegiatan nak?"Kanaya yang tersadar dengan kehadiran bundanya, ia pun mengambil posisi duduk.
"Gak bun, tapi nanti aku izin ya mau jalan sama Bara. Gak lama kok bun."
Balas Kanaya dengan lembut.Karin mengusap rambut anaknya.
"Iya, bunda izinin. Tapi hati-hati ya, pulang jangan malam-malam. Emangnya kamu mau di kunciin sama abang kamu itu."Kanaya menggeleng.
"Bang Devan jahat waktu itu.""Kayak ada yang manggilin Devan?"
Tanya Devan yang keluar dari dapur sembari kedua tangannya membawa makanan yang tadi sedang ia masak."Emang." Balas Kanaya dengan sewot.
Seketika tangan Kanaya menyomot makanan mie telor milik Devan. Karin tertawa melihat kelakuan jahil Kanaya, yang tanpa disadari Devan.
Devan menoleh ke piring yang masih ada banyak, kenapa sekarang tinggal dikit."Kanaya!!!!!!"
Teriak Devan dengan kesal, lalu Kanaya tertawa dengan santainya meninggalkan Devan menuju kamar."Sudah lah, adik kamu emang sifat dan sikapnya kayak gitu dari dulu." Karin menepuk pundak anak pertamanya itu.
"Iya bun. Ohya, apa bunda besok masuk kerja?"
Tanya Devan.Karin tersenyum lalu mengangguk.
Devan menghembuskan nafasnya lalu menatap bundanya dalam-dalam."Mulai sekarang bunda berhenti kerja ya, Devan mohon. Devan masih bisa magang kok sambil kuliah." Devan memasang wajah memohonnya pada bunda kesayangannya.
Bundanya tersenyum sekilas.
"Bunda masih sanggup kerja, apalagi untuk bayar uang masuk Kanaya nanti kuliah. Dan kamu fokus aja pada mata kuliah kamu itu."Devan masih kekeh untuk menolak jawaban bundanya.
Karin mengusap rambut anaknya itu dengan penuh sayang.
"Kamu jangan khawatir nak, bunda cuma bosen aja kalau di rumah terus. Kamu juga jangan susah-susah magang, ayah kamu itu mempunyai bisnis besar dan kamu harus bisa melanjutkan bisnis itu."Pandangan Devan berubah matanya memerah dan mengepalkan tangannya.
"Devan benci dengan ayah, aku tidak akan mau melanjutkan bisnisnya. Biarkan aku yang bekerja sendiri walaupun hasilnya tidak seberapa.""Itu perintah ayah kamu, mengapa kamu masih benci? Dia meninggalkan kita karena...."
Karin memberhentikan ucapannya, lalu mengalihkan pandangannya."Karena selingkuh dengan karyawannya sendiri kan?"
Tanya Devan yang begitu mantap. Jujur, Karin merasa kembali bersedih."Lakukan saja, ini demi kebaikan kita bertiga. Kalau kamu benci dengan ayahmu tidak usah pedulikan dia, lanjutkan bisnin itu perintah ayahmu dan bunda mu." Kali ini Karin meninggikan nada bicaranya, membuat Devan terkejut ini adalah kesalahan dirinya.
"Tapi--"
"Tidak ada tapi-tapian, lakukan demi kebaikan kita bertiga agar memiliki ekonomi yang berkecukupan. Dan apa kamu mau melihat Kanaya kembali menjadi terpuruk?"
Devan menggeleng dan ia menuruti ucapan bundanya itu. Devan tersenyum lalu memeluk ibunya. Kanaya hanya bisa memandang dan mendengar percakapan itu dari depan pintu kamarnya. Kanaya adalah sosok yang tegar sama seperti ibunya, sedangkan Devan ia sosok sangat emosional. Kanaya tidak ingin mengingat kejadian 2 tahun yang lalu.
Jam menunjukkan pukul 18.50 setelah Kanaya selesai sholat, ia langsung menuju kebawah untuk menunggu kedatangan Bara. Kanaya mengangkat telpon tidak salah lagi dari Bara. Kanaya mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Months Into Love
Teen FictionCinta datang dengan seiringnya waktu, tetapi cinta tidak mudah hilang dengan seiringnya waktu. Mencintaimu sejak lama itu lah yang biasa aku pendam, dan aku berdoa agar ketidak kemungkinan itu menjadi kemungkinan. Tetapi mungkin Tuhan memberikan j...