--Perubahan Pangeran--

8 0 0
                                    


Biarkan perkenalan ini menjadi awal bagi cerita kita.

🕛🕑🕔


"Aduhh..."

Rengek Kanaya kesakitan sembari memegangi perutnya. Pangeran reflek memberhentikan motornya, Kanaya langsung mengambil posisi memeluk Pangeran. Kanaya yang sadar langsung melepaskan pelukan itu dan merapikan seragamnya.

"Lo modus"
Ujar Kanaya sambil salah tingkah. Pangeran masih diam tidak berkutik.

"Ayok jalan!! Ngapain berhenti."
Ujar Kanaya setengah marah sambil memegangi perutnya yang masih sakit.

"Kita makan dulu, pasti kamu laper."
Balas Pangeran yang mengabaikan ucapan Kanaya.
Kanaya sudah tidak kuat lagi, tububnya sudah di penuhi keringat dingin. Kanaya mengangguk mengerti.

Kanaya hanya diam melihat sikap Pangeran yang ternyata peduli terhadap sesama. Pangeran membalas tatapan Kanaya, Pangeran menaikan alis kananya melambaikan tangan di depan wajah Kanaya yang sedari tadi matanya tidak mengedip.

"Hei!"
Ucap Pangeran bermaksud menyadarkan Kanaya.

Kanaya gelalapan bingung mengusap wajah dengan tangannya. Ia menghela nafas.

"Maaf."

"Mau pesan apa?"
Tanya Pangeran sembari menyodorkan menu makanan.

"Apa aja yang penting perut gue ke isi jangan sampe gak."
Balas Kanaya pasrah keringatnya kini belum hilang di wajahnya.
Pangeran mengangguk lalu menuliskan pesanannya.

"Pangeran."

"Kanaya."

Mengapa suasana menjadi canggung. Kanya mencengkram rok sekolahnya sekuat-kuatnya menghilangkan rasa gugup. Baru kali ini ia merasakan seperti ini, biasanya ia sudah terbiasa dan santai. Tapi ini berbeda, ini Pangeran bukan yang lainnya.

"Kenapa lo ngomongnya sama gue masih 'saya kamu' dan sama yang lainnya gak, ya mungkin lo akan melakukan panggilan yang sama dengan Jihan."
Kanaya menatap kedua bola mata coklat itu lekat-lekat penasaran dengan penuh tanda tanya.
"Dan gue gak pernah liat lo ngomong sama Jihan, jadinya gue gak tahu." Lanjutnya.

Pangeran masih memampangkan wajah datarnya tidak memberikan ekspresi apapun untuk Kanaya.
"Urusan saya, jika kamu keberantan dengan panggilan itu gak usah bicara dengan saya."

Kanaya mendengus kesal, ia tidak akan pernah puas jika hanya mendapat jawaban itu.
"Ya alasannya apa Pangeran tampan."
Kanaya mengedipkan mata genitnya terhadap Pangeran. Jujur Pangeran risih tapi ia tidak tahan dengan kelucuan yang dimiliki Kanaya.

"Saya dan kamu baru kenal, dan saya gak terbiasa bicara dengan orang yang baru saya kenal. Kecuali orang yang saya kenal lama bicarapun saya gak akan seperti ini."

Kanaya mengerutkan keningnya.
"Kenapa lo gak nyoba sama gue biasa aja gitu. Hmm.. Jadi ngomongnya 'gue lo' ya gue si maunya lo jangan kaku kalau lagi ngomong sama gue, gue kan jadi gak enak gitu."

"Saya akan coba."
Hanya itu jawaban yang di balas oleh Pangeran, lalu pelayan datang membawa pesanan. Kanya mengumpat kesal dalam hatinya.

Percakapan berhenti saat pesanan sudah datang ke meja. Kanaya memakan sangat lahap, jika ia tidak makan saja mag nya bisa saja kambuh. Sakitnya bukan main. Pangeran merasa terhibur dengan sikap Kanaya, walaupun Pangeran terbawa ego dia tidak akan mengungkapkannya.

"Nasi lo ada di bibir."
Ucap Pangeran sambil menunjuk tangannya ke bibir Kanaya.

Kanaya mencari nasi yang tersisa di bibir lalu ia mengambil dan memakannya.

"Maaf maaf aja nih, gue kalau makan emang kayak gini. Jadinya maklumin aja suka beda sama cewek lain kalau makan jaim-jaim."

Pangeran tertawa sendiri dan Kanaya sempat kaget Pangeran tertawa karenanya.

"Lo lucu ya."

"Iya dong siapa dulu! Kanaya Ratu Larasati."
Kanaya mengangkat kedua alis matanya dengan percaya diri.

Angin sore sangat sejuk dan suasana seperti sangat di sukai Kanaya. Pangeran membawa motornya di hadapan Kanaya, lalu Kanaya tersenyum simpul pada Pangeran.

"Lo udah sehat kan?"
Pertanyaan itu justru membuat Kanaya senang.

"Gitu dong ngomongnya."

"Udah sehat?"
Pangeran tidak mengubris ucapan Kanaya.

"Udah, makasih banyak ya. Karena lo perut gue gak sakit lagi, gue lupa seharian gak makan gara-gara tugas."
Kanaya membalasnya dengan tulus.

Pangeran melajukan motornya dengan kecepatan sedang, bagi Pangeran ia baru kali ini menggoncengi perempuan dengan motornya kecuali Sarah.
Sarah gadis itu lagi yang mengiang dipikiran Pangeran, ia hilang selama 2 tahun dan sudah di nyatakan meninggal. Tapi sampai saat ini Pangeran hanya mendapat berita tentang keberadaan makam Sarah dan ia tidak melihat detik-detik terakhir Sarah.

Orang tua Sarah melarang Pangeran untuk menemui putrinya akibat kecelakaan yang di lakukan olehnya. Pangeran sampai setres setengah mati membuat anak orang mati. Berita itu tidak jelas dengan kabar kematian Sarah sebenarnya, tentunya Pangeran mengharapkan kehadiran Sarah kembali.

"PANGERAN!!!!!"

Teriakan itu membuat Pangeran kembali sadar dari lamunan gila itu, motornya hampir saja menabrak pohon besar disampingnya. Kanaya yang sudah menarik nafasnya berkali-kali, air matanya kini sudah membasahi wajahnya.

"Nay, maaf gue gak sengaja gue... gue ngelamun."
Kanaya tersontak kaget tiba-tiba dirinya memeluk Pangeran dengan erat, Pangeran merasa sangat bingung tapi ia nyaman dengan pelukan Kanaya.

Pangeran takut jika kejadian itu terluang kembali. Namun ia sadar ketakutan yang ia alami sekarang berbeda dengan dulu. Kanaya hanya sebagai teman dan anak orang lain.

"Gak papa, lo udah berapa kali buat gue hampir mati. Huh... mending abis ini lo mandi biar pikiran buruk lo ngilang."

Kanaya segera melepaskan pelukan tersebut dan segera menghapus air matanya yang sudah mengalir. Pangeran merasa iba melihatnya, ia menghapus air mata Kanaya dan Kanaya diam terpaku.

"Gue tahu maaf aja pasti kurang untuk ini."
Lirih Pangeran, Kanaya masih diam tidak membalas.

"Oke, karena lo diem berarti gue akan minta maaf lagi sama lo. Gimana gue jadi supir pribadi lo selamanya dan sesuka hati lo gue anter jemput kemana aja. Bagaimana? Dan lo juga boleh minta bantuan apapun sama gue, disaat lo butuh seseorang gue siap Nay."

Jujur Kanaya terbawa dengan suasana seperti ini. Kanaya menyadarkan lamunannya. Pangeran memanggil Kanaya dengan ucapan 'Nay' seperti orang yang sudah lama kenal.

"Tap... pi gue--"

"Gak ada penolakkan!! gue udah sering kayak gini sama lo."
Ujar Pangeran lalu kembali mengendarai dengan fokus.

Motor Pangeran sudah sampai di depan gerbang rumah Kanaya. Kanaya turun dengan hati-hati.

"Makasih Pang, kalau gak ada lo gue bisa mati kelaperan karena mag."
Ujar Kanaya dengan tulus.

Pangeran tersenyum tipis.
"Gak masalah, pokoknya kesepakatan kita jadi ya. Permohonan maaf gue, ya walaupun lo udah maafin gue tetap aja gue gak enak."

Kanaya mengerutkan keningnya mrnggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Kan gue udah maafin lo Pang."

Pangeran mengabaikan ucapan Kanaya.
"Gue minta nomor hp lo. Selebihnya gue sms lo, gue paling gak suka sama orang yang banyak nanya."

Kanaya mendengus kesal, baru saja ia mengenal Pangeran dengan pria lembut ternyata lebih galak dari pada Bara. Kanaya memberikan nomor hp nya dan tanpa pamit Pangeran kembali melajukan motornya.
Bagi Kanaya sangat aneh sikap Pangeran yang suka berubah-ubah.








Three Months Into LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang