--Tanya Kanaya--

11 1 0
                                    

Kamu itu gadis langka yang baru aku kenal. Berkat waktu.

🕑🕛🕜


Kanaya menggertakan kakinya yang sedari tadi bolak-balik di depan gerbang rumahnya. Akhirnya ia lebih memilih masuk kedalam rumah kembali menghampiri kakaknya. Dengan wajah kesal mencubit kakaknya.

"Kak Devan lelet banget sih. Gue udah mau telat ini."
Gerutu Kanaya sembari melipat kedua tangannya di dada.

Tanpa menjawab omongan Kanaya, Devan segera mengambil kunci motornya dan keluar. Kanaya yang sudah mengontrol emosinya kini langsung mengikuti langkah kaki kakaknya.

Sampainya di sekolah, gerbang sudah tertutup rapat. Kanaya langsung turun mendecak kesal pada kakaknya. Devan tahu pasti ia kena ocehan kembali dari adiknya.

"Tuhkan gue bilang."
Ucapnya lalu meninggalkan Devan. Devan tertawa dalam diam, tumben ia baru kali ini melihat adiknya mengomelinya hanya singkat. "Kanaya sekolah dulu ya, bang." Devan tersenyum dan mengusap puncak kepala Kanaya ia langsung melajukan motornya kembali meninggalkan Kanaya.

Pria dingin berdiri di samping Kanaya, ia pun menoleh. Kanaya kembali mengukirkan senyumnya saat melihat Pangeran di sampingnya.

"Hai"
Sapa Pangeran dengan senyum dinginnya. Kanaya melihat pria itu sedikit terkejut.

"Hai Pang, bagus deh lo telat jadinya kan gue ada temennya. Apalagi lo yang nemenin."
Balas Kanaya sembari memberikan kode, Kanaya memamg orang yang pecicilan dan ceriwis.

"Hah? Maksudnya?" Tanya Pangeran yang memasang wajah bingung lalu Kanaya menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Eh, engga kok. Masuk yuk, kita cari pak... Pak Hasan."
Kanaya tahu pasti dirinya sedang grogi.  Lalu Kanaya berusaha menggeser pintu gerbang itu agar terbuka, sedangkan Pangeran hanya melihat gadis itu dari belakang dirinya tersenyum saat melihat setiap tingkah nya.

"Kenapa bengong? Ayok masuk."
Ucap Kanaya yang menyadarkan Pangeran dari lamunan.

Pangeran menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali, lalu seketika Kanaya langsung menarik tangan Pangeran untuk masuk. Pangeran masih terpaku, saat ini ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia baru merasakan ini, gadis yang pertama kali ia temukan yang bersikap seperti ini.

-❣❣❣-

Kerumunan para murid siswa maupun siswi sma Jaya Pusat sudah memulai kegiatan belajar mengajar, kecuali para murid yang terlambat. Sudah memang aturannya jika terlambat di beri hukuman.

"Kanaya kamu bereskan sampah-sampah yang berserakan di pinggir lapangan."
Perintah bu Neni sangat membuat Kanaya kesal, bagaimana tidak begitu banyak sampah di selip-pan tumbuhan.

"Kamu, Pangeran tugas kamu lari 2 putaran lapangan saja."
Pangeran mengangguk paham dan ia akan melakukan sanksi itu.

Kanaya mendecak kesal. Membuat Pangeran menoleh.
"Bu, ibu kayak dendam banget sama saya. Masa saya suruh beresin sampah banyak banget, terus Pangeran cuma lari aja?"

Bu Neni melipat kedua tangannya di dada. Menatap lekat-lekat Kanaya.
"Baiklah, sebagai gantinya hukuman kamu ibu tambahkan lari lapangan sebanyak 2 kali. Tidak ada penolakan."

Kanaya terkejut dan Pangeran menoleh pada Kanaya. Bu Neni pergi meninggalkan anak-anak muridnya. Kanaya merengek, menggerutu, mengumpat kata-kata kasar dengan pelan. Pangeran seketika ketawa.

"Jangan cemas, saya siap bantu kamu buat ngumpulin sampah."
Pangeran memberikan senyum semangat untuk Kanaya, senyuman cantik itu terukir kembali di wajah Kanaya.

Hari sudah pukul 11.00 . Kanaya sudah kembali ke kelasnya untuk menerima pelajaran. Setelah bel istirahat berbunyi Kanaya langsung menutup bukul tebal di hadapannya, dan menghempaskan nafasnya pelan-pelan. Jihan dan Bara saling bertukar pandang melihat Kanaya yang wajahnya terlihat kusut.

"Ada apa Nay?"
Tanya Jihan hati-hati, ia tahu mood Kanaya jika sedang jelek ia akan sangat menyeramkan.

"Ahhh.... Gue capek woy."
Kanaya menyenderkan kepalanya ke tembok.

"Tadi lo dihukum kan? Hahahahaha. Hobi lo kan emang dihukum lari di lapangan." Jihan terkekeh dan menggeleng.

"Bodo amat, njir. Untung ada sepupu ganteng lo itu. Dia udah bantuin gue buat beresin sampah di sekolah."

Bara membulatkan matanya.
"Pangeran?"
Kanaya mengangguk paham.

Jihan berdiri melihat keluar jendela.
"Kantin yok, gue laper."

"Gue males makan, ajak aja Bara siapa tau dia laper keliatan dari komoknya yang udah ngiler."
Balas Kanaya dengan datar.

Bara menekan hidung Kanaya sampai Kanaya merintih kesakitan.
"Sotoy ya, anak moa. Gue gak laper jadinya lo aja Han yang ke kantin."
Ucap Bara kepada keduanya.

Keadaan di kelas masih sepi dan Jihan belum balik ke kelas, ia tahu Jihan pasti lagi memantau pria yang sedang ia idamkan.
Bara menggebrak meja dengan pelan di hadapan Kanaya, agar Kanaya sadar dari lamunannya.

"Bengong aja."

"Kaget kupret!!"

Kanaya kembali duduk tegap.
"Gue mau nanya soal sepupu polos lo itu, cakep si tapi ngomongnya 'saya-kamu' lucu ya jarang-jarang gue lihat orang kayak gitu."

Bara diam rasanya tidak bisa menjawab pertanyaan dari Kanaya. Bara mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Maaf, gue gak bisa jawab itu semua. Tapi percayalah, gue pasti bisa jelasin ke lo di saat waktu yang tepat dan tempat yang tepat."

Kanaya memasang wajah kecewanya saat Bara membalas seperti itu.
"Oke, gimana kalau pulang sekolah?"

Bara menggeleng.
"Gue futsal, Pangeran juga ikut futsal."

Kanaya mengerutkan keningnya.
"Kok gue gak pernah tau?"

"Karena lo gak pernah mau tau, iya kan? Lo serba bodo amat dengan hal yang terjadi."
Bara tersenyum sinis.

Kanaya menopang dagunya dengan tangan.
"Baru sekali gue kenal, tapi kenapa jadi sering ketemu."

"Jam 7 gue kerumah lo, dan gue ajak ke tempat yang enak buat ngobrol."
Bara langsung berdiri dan meninggalkan Kanaya.
Kanaya memandang Bara dengan tanda tanya, mengapa saat di tanyakan soal sepupunya Bara justru menghindar dan seolah-olah ada sesuatu di antara keduanya.

Bel berbunyi pada jam 15.00 waktunya para murid untuk pulang sekolah. Pangeran segera bangkit dari kursi nya, dan berjalan keluar kelas menuruni anak tangga. Pangeran Mengeluarkan motornya, ia cukup terkejut di depannya ada Bara yang memasang wajah datarnya.

"Jangan lupa nanti futsal, kita mau tanding. Lo harus konsen dan jangan mikirin hal gila yang mengusik hidup lo."
Tanpa ba-bi-bu Bara langsung meninggalkan Pangeran yang masih menegang ditempat mendengar ucapan Bara.

"Asal kamu tau Bar, kehilangan seseorang yang kita cinta itu sangat berat."
Ucap Pangeran pada dirinya sendiri, lalu menyalakan mesin motor ninjanya dan segera meninggalkan sekolah.


Three Months Into LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang