SERAT IV

678 18 0
                                    


Pagi itu rumah Ki Prawiro Utomo penuh dengan orang-orang yang ingin melihat lelaki kurus ceking yang diikat di depan pintu regol. Mata-mata penuh kebencian mengepung lelaki yang tidak berani menampakkan mukanya. Cacian, makian terus dilontarkan. Rupanya peristiwa mengerikan dan terkutuk itu menumbuhkan dendam kesumat di hati para penduduk. Kalau perlu begal-begal itu harus mendapat ganjaran setimpal akibat perbuatan mereka yang keji dan meresahkan.

Tertangkapnya salah satu begal penculik wanita itu santer terdengar sampai desa-desa di sekitar Suko Waru. Mereka berduyun –duyun datang ke desa Suko Waru ingin melihat tampang orang yang telah menculik perempuan-perempuan muda untuk menjadi pemuas nafsu mereka. Setelah puas mereka mencampakkannya bahkan membunuhnya dengan keji. Inikah jaman kalabendu di mana orang-orang sudah mulai keblinger perilakunya. Kesenangan, kekejian seakan-akan sudah menjadi santapan mereka sehari-hari. Banyak anak lahir tanpa bapak dari pernikahan yang sah. Perempuan-perempuan banyak menjadi korban dari nafsu berahi lelaki yang kurang menghargai wanita sebagai pelengkap kehidupan, mitra dan hanya menganggap perempuan sebagai konco wingking yang berfungsi untuk menyalurkan berahi laki-laki.

Akibat laki-laki iseng para perempuan korban nafsu lelaki akhirnya keterusan, menikmati hubungan itu dan merelakan dirinya menjadi budak nafsu lelaki hidung belang. Maka saat ini banyak tempat remang-remang malam bermunculan sekedar memberi lelaki hidung belang memilih dan memuaskan nafsu syahwatnya yang tak terkendali. Tapi rupanya bagi begal-begal Alas Kobra menikmati perempuan nakal di rumah remang-remang tidak cukup memuaskan. Mereka terus mencari korban yang lebih segar terutama yang sedang menginjak remaja.

Rupanya nafsu tidak mengenal waktu, tua maupun muda, terutama lelaki ingin menikmati kehidupan, bersenang-senang tanpa memikirkan sebab - akibatnya. Jamane-jaman edan yen ora edan ora keduman, mungkin itu menjadi prinsip yang membuat banyak orang mabuk dan lupa diri.

Suro Bledug salah satu begal Alas Kobra paling sering masuk ke tempat remang-remang tersebut. Entah kekuatan apa yang membuat dia bisa berlama-lama bercengkrama dengan penjaja cinta wetan Progo. Dengan hasil rampokannya dia membayar kenikmatan kepada sejumlah pelacur langganannya. Nafsunya yang meledak-ledak juga beriringan dengan kesukaanya minum minuman keras. Arak, Ciu apapun yang membuatnya bisa membangkitkan gairah ia tenggak. Perutnya buncit melebar ke mana-mana. Giginya menghitam akibat rokok yang selalu menemaninya ke mana dia pergi. Bau busuk mulutnya karena makannya yang asal masuk dan kenyang. Peringainya kasar dan suka memaki-maki dengan kata-kata jorok.

Sebetulnya para pelacur juga jengah melayaninya, namun karena keangkeran wajah Suro Bledug mereka pasrah. Yang penting mereka dapat uang. Kalau masalah kepuasan ah tutup mata saja.Begitu bisik-bisik mereka.

Suro Cupu lain lagi. Wajah memelasnya sebetulnya membuat aneh orang. Kenapa begal yang takut pada hantu itu bisa ya tergabung dalam barisan begal keji. Dari tampangnya yang memelas tentu orang akan menyangka sekali bentak pasti begal itu akan keder. Di balik wajah memelasnya sebetulnya Suro Cupu menyimpan kekejian yang lebih parah dari begal kasar lainnya. Kalau begal lain membunuh orang lalu langsung membuangnya sedangkan Suro Cupu malah lebih keji lagi. Setelah membunuh dia akan mendiamkan mayat itu terkapar, dan tanpa sungkan-sungkan mayat itu dicumbuinya layaknya hubungan suami istri.Berrrrrh.

Karto Kimpul, begal yang lain berperawakan bogel(pendek). Namun meskipun bogel badannya liat, bertenaga. Wajahnya lucu. Bibirnya tebal bagian bawah, kalau tersenyum membuat orang yang melihatnya menjadi tertawa. Tampangnya lebih mirim dagelan daripada sebagai begal. Kebiasaannya ngocol saat ngobrol membuatnya disenangi banyak orang. Hanya orang tidak tahu dibalik wajahnya yang lucu, kalau dekat dengan perempuan tangannya akan jail ke mana-mana. Begitu mendapat ejekan yang menyakitkan tak segan-segan Karto Kimpul akan menggasak dengan bogemnya yang kuat meskipun dia harus melompat dulu untuk menjangkau muka orang yang mengejeknya. Dia juga tak segan- segan membunuh meskipun masih dalam keadaan melucu.

Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang