Serat XII

800 24 12
                                    


Hutan-hutan di sepanjang pegunungan Menoreh itu tampak menghijau. Dan jika dilihat dari jauh lagi pegunungan Menoreh itu seperti kelokan ular yang sedang tidur. Memanjang dari Utara ke Selatan. Tempat asal Joko Nunggal jauh di Barat pegunungan Menoreh, ada garis pegunungan yang menuju ke gunung Slamet, salah satu gunung tertinggi di pulau Jawa. Hutan di sana lebih lebat lagi dan benar-benar angker.

Selama beberapa hari Joko Nunggal terus menyusur larik-larik bukit dan mencoba memecahkan rahasia besar kekuatan Karto Marmo. Sampai hari kesepuluh ia masih belum menemukan jawaban. Ia harus sabar dan mengolah beberapa jurus yang dulu pernah diajarkan oleh Kyai Prabandaru. Ia harus memastikan banyak cadangan jurus supaya ia bisa mengatasi hal-hal yang tiba-tiba muncul . Ia juga memperhitungkan trik-trik licik begal-begal tersebut yang biasa main kotor.Mereka pasti berpikir, yang penting memang bagaimanapun caranya. Ia tidak tahu apakah hanya dengan meraba dan menduga kekuatan Suro Gender ia sudah bisa memperkirakan kekuatan ilmu Karto Marmo.

Ia tidak boleh gegabah. Jika mengingat betapa lamanya Karto Marmo bisa menguasai tanah Pesanggrahan ini maka ilmunya tentu sangat tinggi. Berapa banyak jagoan yang sudah ia lenyapkan berapa banyak pendekar yang menyerah oleh jebakan-jebakan serta sihir-sihir yang ditebarkan di seantero hutan. Ia kini hanya meyakini, kekuatan yang di Ataslah yang bisa menyelamatkannya dari maut. Ia berserah dan berusaha sekuat mungkin menembus wingitnya hutan.

Pada hari keempatbelas ia merasa sudah menemukan cara untuk menembus rapatnya hutan dan betapa banyaknya jebakan yang mesti ia hadapi. Ia kini harus sabar menunggu anak buah Karto Marmo keluar dan kemudian masuk kembali ke sarangnya. Ia akan mengikutinya dari belakang dengan ilmu meringankan tubuh.

Dengan mata bathinnya yang terlatih Joko Nunggal berusaha merasakan pergerakan-pergerakan yang berasal dari hutan, ia mencoba merasakan jejak kaki manusia yang menjejak bumi. Dengan sabar dengan membuka seluruh pancainderanya. Joko Nunggal menelisik suara-suara yang berbeda.

Dan dari jauh lamat-lamat ia menemukan suara kaki gerombolan Karto Marmo. Tapak kaki kasar yang satu diantaranya ia kenal. Ya Suro Gender. Ia hapal dengan jejak langkahnya karena terakhir kalinya ia kabur dan masuk ke hutan dan lenyap dalam kegelapan hutan rimbun.

Dengan hati hati ia mulai mendekat ke arah suara. Ia berusaha tidak menginjak ranting kering, daun kering dan menabrak benda yang bisa menimbulkan bunyi. Dengan penguasaan ilmu meringankan tubuh ia bisa mendekat ke gerombolan tersebut. Sengaja ia tidak mengganggu mereka yang sedang bergerombol. Ia akan mengikuti dengan sabar ketika mereka berbalik lagi ke sarangnya.

Benar menjelang tengah hari gerombolan itu sudah membawa buntalan besar. Entah di mana merampoknya. Joko Nunggal pelan-pelan mengikuti jejak langkah gerombolan tersebut. Tidak lupa ia terus menandai jalan yang ia lalui dengan kode yang hanya ia yang tahu. Yang jelas nantinya akan mempermudah ia jika keluar dari hutan.

Jalan yang dilalui para begal itu ternyata hanya jalan setapak. Kadang-kadang mereka harus melewati pohon tumbang untuk melewati sungai yang cukup lebar. Sungai itu tampak jernih dengan batuan yang sudah berlumutan. Kejernihan airnya bisa menembus dasar sungai tersebut. Nampak beberapa ikan mulai dari sejenis ikan kotes, mujahir serta pelus yang menelusup di antara bebatuan berlumut. Setelah melewati pohon dengan hati-hati Joko Nunggal terus mengikuti gerombolan itu yang kemudian menyisir akar-akar besar dari pohon yang sudah tumbuh ratusan tahun. Joko Nunggal harus hati-hati, sebab ia tahu jika sampai mengganggu ular-ular yang sedang tidur yang bergelantungan di pohon besar itu ia akan mendapat cobaan dan bisa-bisa kehilangan jejak.

Joko Nunggal terus waspada. Apapun bisa terjadi, ia harus selalu mengingatkan dirinya di atas langit masih ada langit, meskipun kemampuan bela dirinya sudah meningkat pesat, tapi apapun bisa terjadi pada dirinya. Meskipun ia sudah mengerahkan ilmu meringankan tubuh, ia yakin misteri hutan tetaplah belantara yang sukar ditaklukkan meski manusia sesakti apapun.

Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang