SERAT III

695 22 0
                                    



Sawitri masih ingat tatapan mata Joko Nunggal. Itulah yang membuat beberapa hari ini dirinya selalu terbayang-bayang oleh lelaki yang baru dijumpainya beberapa hari yang lalu. Apakah ada perasaan lain yang tersembunyi dilubuk hatinya. Dia tidak tahu itu perasaan apa. Senyumnya, selalu membuat perasaannya menjadi tenang, tapi semakin lama mencoba melupakan lelaki yang ia temui di tepi grojokan itu, semakin kuat bayangan-bayangan lelaki itu muncul dalam mimpi-mimpinya. Dia berharap berjumpa suatu saat nanti, bukan kemustahilan namun terlalu berharap nanti malah membuat dia larut dalam kesedihan berkepanjangan. Dia harus bisa melupakannya.

Hati wanita memang mudah tersentuh dan bila ingat kali terakhir berjumpa dengan Joko Nunggal air matanya segera tumpah.Meskipun sebentar rasanya dia seperti sudah mengenal lama. Semoga rasa sayangnya ini bukanlah emosi sesaat saja. Dia takut dengan banyak berharap dia menjadi tertutup pada lelaki lain. Bukankah dia belum mengenal secara utuh siapa sebenarnya lelaki yang baru dikenalnya. Siapa tahu dibalik senyumnya yang menawan, tersembunyi kekejian tak terperi.

Berbicara masalah perasaan Sawitri tidak percaya bahwa Joko Nunggal seorang yang gampang mengobral pesona. Perasaannya mengatakan Joko Nunggal juga baru mengenal wanita. Rasanya tidak ada gelagat bahwa dia sudah piawai dalam memainkan perasaan wanita.

Tubuh Sawitri sedang mekar-mekarnya. Dua tahun lalu rasanya tubuhnya masih lurus, belum ada tonjolan apapun dalam tubuhnya, perasaannya waktu itu juga masih bebas menikmati kesenangannya dalam bermain. Bahkan mandi telanjangpun rasanya biasa saja. Dia belum melihat keistimewaan dalam bentuk badannya. Setahun belakangan ini ketika dia mulai merasakan perubahan tubuh dengan tumbuhnya daging yang menonjol di dadanya, serta membesarnya pinggul membuat ada perasaan jengah bila ia harus mandi bersama dengan adiknya. Perasaannya menjadi lebih sensitif dan kedewasaannya mulai berkembang. Pola pikirnya kemudian berubah. Kadang dalam lamunannya muncul ketertarikan pada laki-laki remaja dan dewasa.

Sawitri telah berubah. Pertama kali dia mengalami sakit di perutnya lalu keluar darah kotor yang membuat emosinya tidak stabil. Kadang tiba-tiba dia uring-uringan. Mungkin karena pengaruh keluarnya darah kotor dalam tubuhnya hingga mempengaruhi suasana hatinya. Inikah yang dinamakan masa akil balik, masa di mana terjadi transisi masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dia sudah siap untuk mencintai dan dicintai. Gelora asmaranya berkembang seiring dengan berkembangnya dia menjadi wanita dewasa dengan segala kemolekan tubuhnya.

Saat malam-malam di mana tidak ada orang lainpun di kamarnya, Sawitri sering memandangi tubuhnya. Ketika akhirnya tak ada selembar benangpun menutupi tubuhnya Sawitri kaget dan kagum sendiri dengan bentuk tubuhnya saat ini. Inikah tubuhku saat ini?

Tanda-tanda kedewasaan menjelma dalam tubuhnya saat ini, bentuk dadanya, pinggulnya dan daerah rahasia di mana dia malu sendiri saat melihatnya telah berubah. Dia bukan anak-anak lagi.

Kembali ingatannya berlabuh pada sosok laki-laki pertama yang membuat hatinya berdesir tak karuan. Ya Joko Nunggal. Dia manakah dia, apakah dia masih ingat dengannya.

"Brukkk!"

Tiba tiba ada suara berdebum dari luar rumahnya.

"Hei, siapa ya...?"

Segera Sawitri menyambar kain yang ada di balutkannya. Dia tersadar cukup lama dia telanjang di dalam kamarnya. Memandangi tubuhnya, memandangi kewanitaannya. Rupanya, ada yang mengintipnya dari luar.

"Kurang ajar, siapa diluar"

Tampak terdengar suara telapak kaki yang menyentuh ranting-ranting kering. Mungkin karena getaran menggelora sang pengintip hingga membuat pengintip geragapan dan menabrak bangku yang ada di samping kamar Sawitri.

Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang