Karto Marmo duduk ditemani gundik-gundiknya. Ia seperti raja yang sedang asyik bermain-main dengan perempuan-perempuan penghiburnya. Selir-selir yang siap melayani rajanya bila tengah muncul gairahnya untuk tidur dengan perempuan. Bagi Karto Marmo hidup itu harus penuh dimanfaatkan dengan bersenang-senang. Karto Marmo yang sakti dan susah dicari lawan tandingnya di sekitar daerah Pesanggrahan dan hutan-hutan di sekitarnya adalah pimpinan begal yang selalu haus dengan hiburan.
Kekayaannya didapat dari hasil merampok, merampas dan menyita lahan-lahan penduduk. Tidak banyak yang berani melawan kekuasaannya yang melebihi penguasa setempat. Penguasa yang berada di wilayah sekitarnya cukup tahu diri sebab ia sering diberi hadiah oleh Karto Marmo. Ia akan memanjakan pejabat setempat dengan rutin memberikan kepeng untuk orang-orang yang mau diajak kerja sama dengan cara menipu dengan memungut pajak besar.
Boleh jadi selain memberikan bukti nyata bahwa politik benar-benar ia terapkan ia juga punya strategi untuk menghilangkan kesan bahwa ia sebetulnya bukan birokrat, tapi perampok keji. Tapi Karto Marmo memang pernah hidup dilingkungan keraton sehingga pengetahuannya pada tata pemerintahan cukup unggul. Kalau melihat tingkah lakunya sekilas ia memang pernah hidup sebagai bangsawan keraton . Karto Marmo punya strategi jitu untuk mengecoh orang-orang bahwa ia memang penjahat, perampok keji yang menguasai sekitar bukit Sanggrahan. Di kaki pegunungan Menoreh.
Yang membuat orang menjadi takut hanyalah wajahnya. Wajahnya hampir tidak berbentuk selayaknya manusia normal, perempuan –perempuan yang berada disampingnya itu sebetulnya jengah jika melihat wajah Karto Marmo, tapi uanglah yang membutakan perempuan-perempuan tersebut. Tapi tidak semua yang tersandera mau berdamai. Ada banyak sandera perempuan yang berada dalam cengkeraman Karto Marmo berusaha diam-diam kabur. Tapi Kecerdikan dan kelicikan Karto Marmo membuat mereka yang berusaha kabur akhirnya terkubur. Mereka tidak akan selamat dan hanya keajaibanlah jika mereka bisa lolos dari sarang Karto Marmo.
Ada kekuatan yang berasal dari iblis yang membuat Karto Marmo sangat kuat, ada tameng yang menjaganya terus selalu lolos dari tikaman maut lawan-lawannya. Dalam kepercayaan Jawa Karto Marmo dirasuki banyak roh, ada ritual ritual tertentu dengan memakan korban sanak saudaranya serta keluarga terdekat yang dikorbankan untuk semakin memperkuat kesaktian Karto Marmo. Kepala perampok itu juga terus meyakini bahwa setiap dia bisa mencecap darah perawan dan menidurinya kekuatan akan semakin bertambah. Di samping itu Karto Marmo juga memelihara jin-jin yang menghuni sekitar hutan agar siapapun yang berusaha masuk ke hutan Pesanggrahan tidak akan bisa kembali lagi. Hanya orang tertentu yang bisa keluar masuk hutan tersebut.
"Suro Gender!"
"E,e , e....Saya kakang ...ada apa?!"
"Bisa-bisanya kau kalah sama anak kemarin sore..."
"Ampun Kakang...anak itu benar-benar luar biasa, aku tidak bisa mengatasinya..., tapi percayalah "anak yang bernama Joko Nunggal itu tidak mungkin bisa kemari..."
"Kenapa tidak mungkin...?"
"Bukankah Kakang telah membuat jebakan-jebakan yang membuat siapapun orang yang masuk ke hutan tidak akan bisa kembali lagi..."
"Itu jika orang bodoh yang masuk ke hutan ini....Gender? waspadai saja anak tersebut dalam terawanganku anak itu sungguh berbahaya..."
"Baiklah Kakang...aku dan anak buahku akan terus mengawasi gerak-geriknya..."
"Awas, jika kau sampai gagal menjaganya nyawamu tidak akan selamat suro Gender...aku sendiri yang akan menggorengmu, fyuhhh?!"
"Ba, ba, baiklah kakang...sudah pasti ia akan bisa keta taklukkan...!"
"Kau, yakin..?"
'Ya,ya, yakin..."
"Sepertinya kau ragu, atau malah ketakutan?
"Betul Kakang aku yakin..."
"Baiklah kali ini aku percaya tapi jika sekali lagi kau gagal melaksanakan rencana dan peraturan di sini, kau hanya tinggal nama disini...siap-siaplah nyawamu melayang, hahhaha, ha, ha...!"
Malam merambat, semakin malam hutan itu seperti hutan dengan ribuan jin yang bergentayangan di antara pepohonan yang besar, mereka bersahut- sahutan mengadakan pesta jelang purnama yang terasa amat tintrim, suasana menjadi semakin mencekam dan suara-suara kematian seperti bersahutan. Bekakak, wewe gombel, lampor, dan sebangsanya siap-siap memakan korban. Jengkerik malam, serigala atau anjing hutan menyalak dan suara angin mengelisik seakan-akan sedang berbisik tentang malam yang menjadi ajang pesta para jin peri dan perayangan. Cerita-cerita menakutkan yang hadir dari mulut ke mulut diantara penduduk di sekitar Pesanggrahan membuat banyak penduduk di pinggir hutan hanya berani menyisir tepiah hutan, sedangkan untuk pergi masuk ke dalam kaki, tangan sudah gemetaran dahulu. Dan tiba tiba jika ada orang yang berani masuk agak dalam segera saja muncul terjangan pedang yang tahu-tahu sudah membuat orang tergeletak tak bernyawa.
Ular berbisapun amat banyak, mereka bisa hidup menggelantung di ranting pohon, atau kadang menggelasar diantara semak-semak belukar, pohon kopi liar, daun-daun wangi yang memberi aroma beda pada saat diseduh. Tak ada penduduk yang berani keluar, ketika sudah muncul suara, menggeradag dari telapak kaki para perampok tersebut. Berisik daun daun yang bergesekan membuat penduduk sekitar lebih nyaman membebat tubuhnya dengan selimut. Ibaratnya jika keluar malam berarti siap –siap saja setor nyawa.
Teror kepada penduduk sekitar pesanggrahan sudah berlangsung belasan tahun, Sejak Karto Marmo datang saat itulah penderitaan penduduk sekitar seperti tanpa pernah berakhir. Satu persatu penduduk pergi atau bahkan mati sia-sia karena penyiksaan keji gerombolan penyamun. Salah satu korban adalah ayah dari Joko Nunggal. Di sudut desa Pesanggrahan Joko Nunggal tepekur. Ia tidak tahu keluarganya dimana. Tidak ada jejak beritanya. Mata Joko Nunggal menerawang, seperti mengingat-ingat peristiwa tragis yang tampak di depan matanya, ketika Ayahnya dibunuh secara keji oleh gerombolan Karto Marmo. Di saat ingat seperti itu emosinya seperti mengalir ke ubun-ubun, dendamnya beranak pinak, tetapi ia harus kembali meluruhkan segala emosinya. Ia harus meluruskan jejak misinya.
Menegakkan keadilan bukan aksi balas dendam. Biarpun rasa sakit hatinya susah terkatakan ia harus ingat perkataan gurunya. Segera ia mengambil tempat nyaman, bermeditasi, meluruhkan segala gejolak jiwanya mengikuti angin semeribit(sepoi-sepoi) mengikuti dinginnya udara dan desah nafas alam. Ia masuk dalam alam meditasi, menyatukan pikiran, rasa dan ketenangan. Mengolah cakra bening dalam tubuhnya mengusir hawa-hawa jahat yang berseliweran di sekitarnya. Ia memang merasakan banyak roh-roh bergentayangan, banyak iblis dan jin-jin jahat yang siap mencengkeram kesadarannya membelokkan niatnya dan mengikuti suara-suara dari alam kegelapan.
Pelan pelan ia mendengar tembang megatruh mendayu lamat-lamat. Kata-katanya seperti mencengkeram perasaannya yang penuh duka dan lara. Ia rindu pada keluarganya, rindu pada cengkerama masa kecilnya kedamainnya saat bisa bermain- dengan riang gembira tanpa terusik oleh jahatnya perampok, begal dan orang-orang jahat lainnya. Tapi takdirnya harus ia jemput, kehilangan orang-orang tercinta, kehilangan masa kecil dan ia harus merantau untuk menimba ilmu demi tegaknya keadilan yang hilang di tanah kelahirannya.
Joko Nunggal sedang mencari cara untuk menghentikan penderitaan penduduk pesanggrahan. Menembus benteng pertahanan gerombolan pimpinan Karto Marmo itu butuh perhitungan yang matang. Kalau tidak sesakti apapun dia akan percuma jika sampai di tempat tujuan tenaganya sudah habis hanya untuk menembus belukar hutan dengan segala rintangan dan jebakan-jebakan misteriusnya. Ia juga harus memperkuat imannya agr tidak tergoda oleh bujuk rayu setan bekakak, yang siap memangsa orang yang tidak punya bekal mental dan keimanan dan kepercayaan kepada yang Maha Pencipta. Ia harus bisa melawan emosi yang muncul dari dalam dirinya ia akan membentengi dengan kekuatan-kekuatan yang mampu meredam setiap bara dendam yang akan membuat ia lemah. Di atas langit masih ada langit, Joko Nunggal percaya jika sudah saatnya Karto Marmo harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang keji, saatnya pasti tiba. Entah melalui tangannya atau orang lain...sudah waktunya kejahatannya dihentikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara Asmara di Kaki Pegunungan Menoreh
Fiksi SejarahBercerita seputar sejarah kehidupan penduduk Mataram, cerita tentang dunia persilatan, asmara, mistik, kepercayaan dan kehidupan pendekar dan sejarah perjuangannya melawan kejahatan. diselingi dengan cerita hangat tentang asmara, cinta pemuda dan...