5. Pencuri

17.9K 1.5K 31
                                    

Setelah lelah bekerja seharian penuh serta menyampatkan diri mengerjakan tugas kuliah. Emma terkejut dan langsung berlari dari stasium metro bawah tanah. Sungguh ia panik melihat asap hitam mengepul pekat dilangit malam, yang tampak jelas dari kejauhan. Apartemannya ludes terbakar oleh api menyalang terang nan panas. 

Emma sudah lelah menghadapi nasib sialnya, jadinya ia hanya bisa memandang naas apartemennya sambil sesekali mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya dengan menunjukkan sikap pasrah. Bahkan Emma belum meredakan amarahnya pada sang pencuri yang telah ketahuan, dan dirinya tetap dipecat oleh Gav tanpa alasan yang jelas. Mungkin kata sial telah melekat pada diri Emma. 

Tak lama ponsel Emma berdering, menampilkan nama Laura. Perempuan itu lagi!. Kenapa dia suka sekali mencampuri urusanku? Gerutu Emma dalam hati. 

Laura Giovinco adalah seorang perempuan cantik dan cerdas. Dia memiliki segalanya mulai dari teman, kekayaan, keluarga hingga ia tidak dipusingkan oleh nasib yang buruk karena banyak orang yang mau menjaganya. Aku benci dia dalam diam. Dan sayangnya dia adalah sahabat terbaikku. Bisik batin Emma penuh cemooh. 

Sungguh Emma iri dengan kehidupan Laura tapi Emma tidak bisa pergi darinya. Sepertinya takdir berjalan seperti itu adanya. Yang lemah akan selalu dibantu oleh yang penuh kesempurnaan hidup. 

"Kau baik-baik saja kan Emma?" ucap Laura penuh nada khawatir saat panggilan telponnya terangkat. Namun, Emma tak kunjung bersuara. 

"Sebentar lagi aku akan kesana. Halo Emma, jawab aku! "Lanjut Laura.

"Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir..." Padahal kata-kata itu semua adalah kebohongan. Dirinya merasa sangat buruk, hatinya kacau penuh kebencian, dan ia tidak suka Laura repot-repot mengkhawatirkannya. 

Sambungan terputus sepihak. Tak butuh waktu lama mobil Audi mahal milik Laura telah tiba di apartemen Emma. Terlihat Laura langsung menghambur keluar mobil lalu mencari keberadaan sahabatnya itu dan akhirnya ia mendapati sosok bersyal merah maroon duduk kursi trotoar. 

"Ya Tuhan. Emma aku takut kau..." ucapan Laura terdengar penuh dramatis di pendengaran Emma. 

Orang-orang kampus tidak akan menyangka, Laura yang tampil cantik penuh aura licik bisa bertingkah memalukan seperti ini. Emma juga kurang paham atas sikap Laura yang baik padanya, padahal dirinya sering berkata dan bersikap kasar. Sebenarnya apa manfaat dari berteman dengannya?

"Seperti yang kau lihat aku baik-baik saja. Aku tidak di apartemen karena habis bekerja sambilan." Penjelasan Emma mampu menenangkan Laura. 

Laura memberikan sebuah mantel dan tanpa banyak bicara, Emma langsung menggunakan itu. Suhu dingin sudah tak dapat di toleransi lagi, seberapapun banyak kebencian Emma kepada Laura. 

Selanjutnya mereka berdua pergi menuju kediaman Laura yang sangat megah. Dulu saat pertama kalinya Emma melihat Mansion keluarga besar sahabatnya itu, responnya adalah 'bergidik ngeri', bukan kekayaan yang melimpah yang membuat Emma merasakan hal tersebut. Tapi banyak sekali penjaga berstelan jas berlalu lalang terpencar diseluruh penjuru rumah, Emma yakin Laura sebenarnya kurang nyaman memiliki tempat tinggal seperti itu. 

Dan nasib membawa Emma harus menetap beberapa hari di Mansion mengerikan tersebut. Takdir kadang suka terbalik dengan apa yang kita inginkan. Setelah sampai, mereka lalu memasuki bagian dalam rumah, ternyata suasana sangat sepi dan dingin. Mungkin keluarga Laura sudah tertidur, apalagi sekarang jam telah menunjuk tengah malam. 

"Kau bisa tinggal disini kapanpun kau mau.." Laura kini tampak senang memiliki teman dirumahnya, bahkan tak menghiraukan kalau sahabatnya itu beberapa jam yang lalu telah kehilangan tempat tinggal. 

The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang