Emma mengamati Rhys sedang berbicara serius dengan Andre. Ia hanya bisa mendengar sedikit, jika mereka menyebut-nyebut nama Laura Giovinco. Dan hal tersebut membuat Emma melontarkan pertanyaan saat Rhys kembali ke sisinya lalu duduk di tepi ranjang rumah sakitnya. Dan Andre telah pergi dari ruangan.
"Apakah ada masalah dengan Laura?" Tanya Emma begitu hati-hati.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya, saat ini dia baik-baik saja." Rhys berbohong dan Emma mengetahui itu. Kebohongan Rhys terlihat jelas dari penghindaran kontak mata di antara mereka ketika membahas tentang Laura.
"Semoga dia baik-baik saja." Ujar Emma sambil tersenyum untuk meringankan suasana, tak lama Rhys membalas senyumannya. Well, Emma memilih menelan bantahannya atas kebohongan Rhys. Ia percaya, mungkin suatu hari Rhys akan mengatakan apa yang terjadi sebenarnya menimpa Laura.
Tangan Emma bergerak membelai permukaan wajah Rhys yang kini ditumbuhi jambang kasar. Terlihat mata Rhys juga begitu lelah, "tidurlah Rhys, kali ini aku akan menjagamu." Emma menepuk sisi kasurnya.
"Tidak. Kau istirahatlah." Rhys mengatakannya sambil menangkup telapak tangan Emma lalu mengecupnya lembut, tanpa melepaskan pandangan di antara mereka. Selama beberapa waktu, Emma terdiam cukup lama diiringi helaan napas berat. Entahlah apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan itu, mungkin tentang Laura atau saja tentang penolakannya. Namun, Rhys kurang menyukai jika Emma banyak pikiran hal tersebut bisa membebani kondisi kesehatan Emma.
"Tidurlah di sampingku, aku ingin kau memelukku ketika tidur.." Rhys tersenyum mendengar Emma mencari-cari alasan untuk membujuknya beristirahat. Dan belum sampai disitu, Emma melanjutkan ucapannya. "Aku juga ingin kau menciumku.." Seketika keduanya terkekeh.
Rhys menyerah. Akhirnyapun dia menghadiahkan sebuah ciuman di bibir Emma sebelum ia mulai beranjak ke sisi kosong ranjang Emma dan merebahkan diri disana, setelah itu ia mendekap Emma dalam rengkuhannya. Berbagi kehangatan antara keduanya.
"Jika dokter Anne mengetahui ini, dia akan langsung mengusirku dari atas ranjang karena mengusik istirahat pasiennya." Ujar Rhys. Dr. Anne adalah seorang wanita tegas dan kompeten, bahkan Rhys pernah menemukan Dr. Anne tidak segan mengomeli pasiennya sendiri jika melakukan kesalahan. Mengomel disini dalam artian yang sangat parah. Dia akan terus melakukan agumen sampai lawan bicaranya kalap menghadapinya. Menurut Rhys, cara bicara wanita itu sangat cepat dan terdengar seperti berkumur.
"Jika dia berniat mengusirmu, aku akan membelamu. Jadi kau tidak akan kena omelannya." Balas Emma berekspresi serius yang dibuat-buat.
Perasaan kini mulai terasa ringan, sebab wanitanya sudah dalam kondisi cukup baik. Rona merah di wajahnyapun juga mulai muncul, memberi sentuhan cerah. Terlebih kali ini, Emma sudah bisa bercanda.
Rhys mencium bibir Emma, memanggutnya begitu lembut untuk menyesapi setiap perasaan sesak dipenuhi kebahagian. "Aku bersyukur Tuhan memberikan bayi untuk kita.." Kata-kata Rhys terhenti sejenak, lelaki itu menyusupkan tangannya ke balik pakaian Emma lalu mengusap perutnya yang kini ada bayi mungil mereka, tumbuh dengan sehat.
"Cepatlah sembuh. Aku sedih melihatmu kesakitan." Rhys tidak bisa membayangkan sudah berapa kali Emma mengalami masa sulit dan tidak adil jika Emma terus-terusan mengalami hal itu. Wanita itu perlu hidup bahagia.
Hati Emma terenyuh memandang ekspresi sendu Rhys. Lelaki tersebut nampak seperti orang putus asa. Tentu, ini membuat jantung Emma terhentak begitu kencang, karena belum pernah Rhys menunjukkan sisi lemahnya di hadapannya. Sekali lagi Emma menerima ciuman Rhys, perasaan khawatir menggangu pikiran mereka, membuncah sangat hebat. Sampai Emma meneteskan kerlingan air mata..
Ciuman Rhys semakin intens. Tubuhnya juga makin merapat menghapus jarak di antara mereka, untuk meresapi setiap rasa memenuhi inti jiwanya. Kini ia mengetahui satu kenyataan pasti, jika kekayaan, wanita dan kekuasaan tidak memiliki nilai harganya jika si pemilik jiwa tidak mengerti cara menghargainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]
Romance[COMPLETED] Romance/Action/Humor/Family ♣︎ Rhys Giovinco Rhys memejamkan kedua matanya. Meresapi kekosongan menyerang inti jiwanya. Bosan. Kata itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Jangan menuduh Rhys tidak berusahan mencari cara untuk memb...