7

217 40 3
                                    

Eris membuka matanya, menatap sekeliling ruangan yang memiliki dinding kaca. Ia tidak tau berada di mana, atau mungkin ada didalam markas itu?

Ruang kaca itu terbuka otomatis, seorang pria yang dilihatnya terakhir kali sebelum pingsan masuk kedalam. Ia memasang senyum ramah.

"Kaku sekali" celetuk orang itu lalu berdiri di hadapan Eris yang hanya menatapnya dengan tatapan dingin
"Ku akui kau membuat keributan yang aneh di markasku"

"Siapa kau" tanya Eris tak peduli.

"Ya, kau belum mengenalku" orang itu mengusap tengkuknya dengan tangan kiri lalu mengulurkan tangan kanannya.

"Aku Ryan, Ryan moore"

Eris tak langsung menerima uluran tangan itu, bukan ragu untuk berkenalan, dia hanya sedang berpikir akan menggunakan nama Light atau Grim.

Tapi insting nya mengatakan orang ini mengenalnya, terlihat dari gestur tatapan dan juga bicaranya

"Eris" Bicara Eris menerima uluran tangan itu.

"Aku terkejut, tapi kau memang hebat, bahkan tak ada yang berubah dari sikapmu" Ryan terkekeh mendengar cara bicara Eris yang terkesan dingin
"kecuali dari nama seorang Heiress Neatlix"

Rahang Eris terasa kaku saat mendengar nama itu.

"Berhentilah menyebut nama itu atau aku akan memisahkan kepalamu dari badanmu" bicara Eris dengan nada tak suka, itu bukan gertakan tapi sebuah peringatan.

"Sesuai dugaan, kau di pihak kami" laki-laki berambut pirang pucat lagi-lagi tersenyum misterius. "Aku tau banyak yang ingin kau tanyakan, tapi di lain sisi kau pasti sudah menebak tentang markas ini kan? Sean pasti pernah mengatakan jika sesuatu yang kau cari ada di New York"

Eris mengangguk.

"Anggap saja aku adalah teman orang itu, dan kami adalah sesuatu yang kau cari. Bergabunglah, kami mempunyai tujuan yang sama denganmu"

Ryan mengulurkan sebuah pin, phoenix api melengkung berbentuk lingkaran dengan tulisan WOF.

Lambang markas yang dicarinya.

Eris menatap pin itu, lalu menerimanya tanpa ragu. Pria ini mengetahui tentang Sean dan dirinya, maka tak perlu ada keraguan karena kedua hal itu adalah sesuatu yang dirahasiakan di hidupnya.

"Pastikan ini benar, atau kubantai seluruh organisasimu"

Ryan menghela napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan setelah mendengar keputusan gadis cantik ini.

"Tidak akan"

Sebelumnya.........

"Ryan, dia menunggu di bawah" wanita berambut abu-abu kehitaman itu bicara sambil melihat ke arah layar.

Laki-laki yang di panggil Ryan itu tersenyum, ia berdiri mendekati layar itu, memperhatikan remaja perempuan berambut coklat gelap yang sekarang memanjat pohon itu dengan seksama.

"Biarkan saja Shella, kita lihat apa yang akan di perbuatnya" Bicara Ryan dengan tenang, tak peduli jawaban singkatnya itu telah membuat kerutan di wajah wanita yang di panggilnya Shella tadi.

Bukannya apa. Tapi jawaban singkat, padat, jelas, penuh makna itu membuat dirinya heran, tak biasanya lelaki berambut kuning pucat ini membiarkan seseorang berdiri sangat dekat dengan markasnya.

"Terserah kau sajalah" Shella mengangkat bahu lalu kembali memantau keadaan di luar markas melalui layar.

Ryan memperhatikan perempuan itu yang sekarang dengan santainya duduk di dahan salah satu pohon lalu mengeluarkan laptopnya. Tak lama kemudian dia mendongak ke atas, dengan tatapan seolah-olah tau ada markas di sana.

Wings Of FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang