3

17 5 3
                                    

Para penjaga berbaris di sepanjang pintu masuk begitu Eris sampai ke tujuan. Gerbang terbuka lebar ketika penjaga yang sudah mengenalnya melihat siapa yang datang, ia yang sudah biasa melihat hal ini hanya menatap lurus tanpa peduli dan melajukan motornya hingga kedepan pintu. Rumah yang menjadi tujuannya ini sangatlah besar, jadi wajar saja.

"Hey anda-"

Seorang pria yang mengenakan seragam berbeda dari penjaga lain keluar dari pintu, ia mengangkat tangannya mengisyaratkan agar orang yang meneriaki Eris diam.

"Maafkan saya, ada beberapa orang baru disini" ucap Ed dengan nada menyesal.

Tak ada jawaban apapun, Eris turun dari motornya dan mengikuti Ed sudah terbiasa dengan 'orang misterius' ini. Ed membuka sebuah pintu ruangan, setelah Eris masuk ia menutupnya kembali.

Seorang pria tua yang sedang menatap keluar jendela menoleh ke arah pintu. Ia menyuruh Eris untuk duduk berhadapan dengannya.

"lama tidak bertemu" sapa pria tua yang sering dipanggil Tn. Brown itu, ia terkekeh pelan lalu melanjutkan. "aku ingin menawarkan sesuatu"

Langsung pada intinya, itu yang Brown pelajari dari sifat L. Entah siapa orang misterius ini, tapi yang pasti apapun yang dikerjakannya selalu berakhir memuaskan walaupun bayaran yang tinggi tapi itu setimpal.

Pertama kali Brown mengenalnya saat seorang teman sekaligus pegawai perusahannya yang sekarat memberikan nomor tak dikenal, saat itu perusahaannya diserang oleh musuh lama yang sangat kuat dan memiliki anggota tak sedikit. Ia benar-benar di ambang kehancuran karena perusahaannya diambil alih, Brown menghubungi nomor itu dan terjadilah kesepakatan cukup mahal hingga Brown merelakan semua hartanya.

Tapi itu tak membuatnya menyesal karena L ini menyelesaikannya tugasnya dengan teramat baik hingga sekarang ia bisa kembali sukses.

Eris masih tak bergeming, kedua matanya menatap tajam ke Brown, bola mata hitamnya seolah mengintimidasi. Untunglah ketukan di pintu membuat Brown terbebas dari atmosfer mengerikan. Seorang pelayan masuk dan meletakkan sebotol wine juga gelasnya, setelah itu ia membungkukkan kepala dan keluar.

Eris tak bergeming, gadis itu lebih memilih untuk memperhatikan bir di depannya.

"Ini tentang organisasi tak biasa" Tn. Brown membuka percakapan", Tak ada yang tau tempat atau keberadaannya tapi ada petunjuk sedikit dan aku ingin kau menyelidikinya"

Eris mengangkat wajahnya begitu mendengar hal ini, jujur saja dia mulai tertarik, Brown terkekeh pelan lalu memberikan beberapa gambar "Petunjuknya hanya lambang itu". Eris mengambil gambar itu lalu memperhatikan lambang phoenix dengan sayap api di lingkaran itu, dia sedikit terkejut melihatnya.

Brown menuang Wine kedalam gelasnya juga gelas Eris, "berapapun aku bersedia membayarnya, kau bisa mengubah kesepakatan-"

"Tidak" Brown menurunkan gelas yang di pegangnya, dia terkejut dengan jawaban orang di depannya ini. Tak mungkin dia ketakutan atau merasa tak mampu, Brown bahkan belum pernah melihat L menolak misi apalagi dengan bayaran berapapun.

"Ada apa L?" tanyanya dengan heran. "Kau ingin membatalkan misi ini?"

"Aku tak akan mengerjakan misi ini" bicaranya. Tn. Brown menaikkan sebelah alisnya, "menolak?"

"bisa di katakan begitu" ucap Eris. "Tapi aku mempunyai penawaran"

Tn. Brown mengangkat sebelah alisnya, mendengar kata penawaran.

"Aku akan mengirim datanya saja Tn. Brown"

"Tidak mungkin kali ini tanpa bayaran" bicara Tn. Brown, "Tapi akan sangat sulit untuk meng-hack organisasi yang bahkan belum di ketahui letaknya"

"Setuju atau tidak sama sekali" tegas Eris, tak peduli dengan kalimat barusan yang terdengar seperti meremehkan, Eris tau Tn. Brown ini ingin mempengaruhinya.

"Baiklah" ucapnya seraya meminum wine di gelasnya, dalam hatinya terus merutuki sikap 'L' yang dinilainya sangat sombong, tapi sayangnya ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Kenapa kau tidak menjadi bawahanku saja? Kau bebas melakukan misi apapun tapi kau perlu melindungiku dari ancaman orang-orang diluar sana, yah seperti penjaga" ucapnya dengan nada congkak.

Eris hanya terdiam, namun kalimat itu membuatnya menatap tajam Brown.

"Anda menyuruh Ed untuk menyelidiki saya?" Tanya Eris tiba-tiba.

Brown gelagapan ditanya seperti itu. Ia memang melakukan bawahannya untuk menyelidiki L semenjak tawarannya untuk menjadi orang setia Brown ditolak, rasanya jika mendapatkan informasi ataupun sesuatu yang penting Brown ingin mengungkap identitas L yang ternyata di incar oleh pemerintah juga. Tapi sayangnya seperti hantu, L ini sangatlah misterius.

"Kau taulah..aku pastinya harus mencari informasi orang yang akan bekerja untukku"

"Saya tidak bekerja untuk anda, saya bekerja untuk bisnis"

"Tapi aku selalu memberikan bayaran tinggi untukmu, kau bisa mendapatkan yang lebih besar jika bekerja denganku"

"Anda mengurangi penawaran terakhir, sebuah penipuan"

Wajah Brown memucat, ia memang menipu L setelah merasa tak puas L terus menolak keinginannya untuk menjadi bawahannya. Ia ingin memberikan pelajaran ke orang ini.

"HAHAH kau tau itu? Tapi apa yang bisa kau lakukan sekarang? Menusukku dengan pisau kecil padahal ada CCTV? Atau menembakku dan semua orang akan mengepungmu. Semuanya sudah kuatur dan ini jebakan untukmu"

"Anda pikir saya kesini karena panggilan anda saja?"

Brown bingung dengan pertanyaan Eris, jika bukan karena panggilan lalu apa? Ingin menghancurkan dirinya? Lelucon apa yang orang ini mainkan? Pikirnya ia dewa?

"Dari awal kita sudah sepakat, anda tidak boleh melanggar batas. Segala bentuk penipuan bisa menjadi boomerang. Anda pikir saya orang bodoh?"

Eris mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, Brown segera beranjak ingin menekan tombok darurat tapi tiba-tiba saja sesuatu dari dalam tubuhnya terasa membakar, ia memegangi tenggorokannya yang terasa haus lalu meminum wine lagi.

Namun rasa itu semakin menjadi-jadi.

"Seseorang membuat penawaran yang lebih besar darimu" ucap Eris sembari berdiri.

Brown berusaha bangkit namun ia malah terjatuh sebelum mencapai tombol darurat di mejanya. Eris menghela napas, mengarahkan pisaunya ke nadi Brown, pria itu menatap pisau Eris dengan penuh ketakutan namun badannya sulit digerakkan.

"Ini boomerang untukmu, aku bekerja untuk orang yang membayarkan lebih tinggi, bukan penipu. Konsekuensi harus diterima, setelah aku pergi tempat ini akan meledak dalam hitungan detik"

Eris mengiris nadi pria tua itu, setelah selesai ia meletakkan sebuah berkas yang ada di balik jaketnya ke badan pria sekarat itu. Tak perlu khawatir karena Eris menggunakan sarung tangan saat melakukannya.

Setelah urusannya selesai Eris keluar dari ruangan itu. Ed menghampirinya, lalu mengantarnya menuju gerbang.

"Sampai jumpa L" ucap Ed.

Eris mengangguk lalu membalas "selamat tinggal"

Ed mengernyit heran, tumben sekali orang ini mau membalas sapaannya, tapi selagi dia masih berpikir Eris sudah melajukan motornya keluar dari gerbang.

Setelah lumayan jauh dari rumah Brown, terdengar ledakan yang sangat kuat dari tempat itu. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.

Inilah yang harus diterimanya jika mengusik sang dewi kematian.

Wings Of FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang