Don't forget to Vote and Comment! 🐙
®©
Key mondar-mandir tak karuan. Sesekali matanya menatap ransel di atas sofa. Ia mengetuk dagu dengan telunjuknya. "Ya, Harus! Aku harus ngelakuin ini!" ujarnya dengan mantap. Oh, tidak ... Lebih tepatnya berusaha mantap.
"Kalau aku mati gimana?" bahunya yang semula tegak seolah menunjukan ke yakinan, kini kembali merosot.
®
Malam ini, Alan berjaga di daerah perbatasan kampung Masori dan Hanoi. Sejak tiga minggu lalu kedua kampung yang terletak pada pulau yang sama ini tidak hentinya saling mencaukan. Desing peluru, teriakan para bocah, dan amukan para penduduk sudah menjadi makanan sehari bagi Alan.Kreeskkk...
Alan terkesiap saat mendengar suara. Awalnya ia pikir hanya binatang, tapi matanya menangkap sekelibat bayangan. Dan itu pasti manusia. Sepertinya ada seseorang di kebun itu. Alan menodongkan senjata untuk berjaga-jaga sembari berjalan perlahan. "Siapapun anda, saya minta anda untuk keluar!"
"Atau saya akan membak anda." lanjutnya.
Alan hanya takut orang itu akan membuat keributan seperti kejadian lima hari lalu. Waktu itu seorang pemuda dari kampung Hanoi berpakaian serba hitam menyusup ke kampung Masori dan membakar balai kampung Masori. Untunglah tidak ada korban jiwa atas kejadian itu. Maka dari itu, pasukan Chaga tidak boleh 'kecolongan' lagi.
Tak lama setelah Alan mengeluarkan ancaman itu, seorang pemuda keluar dari balik semak-semak. Dia tertunduk dengan badan yang bergetar.
Alan berjalan mendekati pemuda yang kira-kira masih berusia lima belas tahun itu. "Apa yang kau lakukan?" tanya Alan mengintimidasi.
Anak itu masih menunduk. "Apa kau tidak akan menjawab pertanyaan saya?"
Masih tidak ada jawaban. Dengan terpaksa Alan maju memeriksa tubuh anak itu. Tatapannya semakin menajam saat tangannya merasa ada sesuatu yang aneh di balik jaket. Alan membalik tubuh kurus itu. Alan terdiam kaku memegang benda yang di sembunyikan anak itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Alan datar.
"Ma-maaf, Pak... Sa-saya terpaksa melakukan ini, "ucapnya.
"Saya dan adik saya belum makan sedari pagi. A-adik saya menangis karena perutnya sakit. Saya terpaksa mencuri pisang ini dari kebun, ka-karena kebun milik keluarga saya sudah habis terbakar akibat serangan kemarin." jelasnya.
"Kau berasal dari mana?"
"Ka-kampung Hanoi, Pak. Jangan laporkan saya pak... Ampuni saya." lirihnya.
"Ikut saya!" ujar Alan lembut.
"Pak, ampun... Jangan hukum saya! Saya mohon..." anak ini sudah terisak.
Alan merangkul hangat anak lelaki ini, berjalan beriringan menuju Barak. Beberapa menit mereka lalu dengan keheningan, akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. Alan masuk kedalam barak.
"Ambilah, setidaknya ini lebih mengenyangkan." Alan menyerahkan kantung kresek hitam yang berisi makanan yang biasa disediakan negara untuk para pasukan militer.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, Kapten. [END]
ChickLitTentang mereka yang bertemu di tanah 'berdarah'. Tentang mereka yang mencintai namun 'Berbeda'. Tentang mereka yang saling terluka dengan keadaan. ® Keyshafara Aghata atau akrab disapa Key adalah seorang penulis berusia 20 tahun yang nekat menyusup...