"Kau sudah menemukan keberadaan Key?"
"Belum."
"Sudah kau tanya teman dekatnya?"
"Sudah. Tapi tidak ada yang tahu dimana bocah itu." Rendy menghelah napas, lelah. Sudah berhari-hari lamanya adiknya itu tidak juga diketahui keberadaannya.
"Maafkan aku... Ini semua salahku."
"Tidak. Ini bukan salahmu, Shella."
®©
Key menyodorkan secangkir air mineral, "Minumlah dulu, Kapten!" Alan menerimanya dengan diiringi seutas senyum. "Terimakasih."
Mereka memilih mendudukan diri di batang kayu kelapa yang tergeletak begitu saja.Semenjak perjaanjian tak kasat mata antara Alan dan Key terjadi, sikap Alan tidak lagi sedingin dulu dan Alan juga tidak akan protes jika Key 'menggangu' kegiatannya.
Key melihat peluh membasahi wajah Alan. Pasukan Chaga kini sedang mendirikan barak medis. Kebetulan, kemarin peralatan medis sudah bisa masuk Ke Pulau Delimun, walau belum semua.
Key mengeluarkan HandyCam miliknya, "Kapan Tenaga medis akan sampai?" Alan terkekeh pelan melihat Key yang mulai beraksi dengan kameranya. Gadis ini memang tidak bisa melihat ada waktu luang sedikit saja. Ia pasti akan memanfaatkannya untuk menyerang Alan dengan pertanyaan.
Seminggu membuka diri untuk membantu gadis ini, sedikit banyaknya Alan paham dengan kelakuan Key. Dia gadis yang memiliki semangat dan keceriaan yang luar biasa."Mungkin dua hari lagi."
"Hm... Baiklah, lalu bagaimana upaya para pasukan Chaga untuk mendamaikan kedua kampung yang terlibat konflik ini?"
"Kami sudah mencoba mengadakan musyawarah dengan perwakilan masing-masing kampung. Ya, walaupun tidak membuahkan hasil yang baik. Dan dalam waktu dekat ini, kami akan mencoba memberi pemahaman pada para penduduk pulau. Semoga dengan cara ini, kedamaian bisa kembali terjadi."
"Semoga saja." sahut Key lalu menghentikan aksinya sesaat setelah mendengar suara bariton. "Hei, apa kau hanya akan mewawancarai Kapten? Aku juga bisa kau wawancari lho...!"
Key memutar bola matanya jengah. Ia tahu suara milik siapa itu. Tidak lain dan tidak bukan adalah Hedy. Pria yang memiliki tingkat menyebalkan paling tinggi. Lihatlah! pria itu berdiri dengan tangan yang dimasukan kedalam saku dan memasang wajah 'sok cool' nya.
"Tidak, terimakasih!" ketus Key.
"Hm... Padahal aku lebih tahu sagalanya dari Alan. Tapi sepertinya kau hanya 'tertarik' padanya." goda Hedy.
Entah sejak kapan Hedy sudah duduk di samping Key. Oh, sungguh Key membenci pria ini!
"Aku juga tak kalah tampan dengan Alan. Bahkan Aku lebih tampan darinya."
"Percaya diri sekali kau!" timpal Alan.
"Memang begitu kenyataannya. Kenapa? Kau cemburu, hm...?" Alan hanya memalingkan wajahnya.
"Mengapa negara mempunyai anggota militer sepertimu. Er... Sangat merugikan!" gumam Key pelan, tapi masih bisa terdengar oleh Alan dan Hedy. Alan menahan tawanya saat mendengar gumaman Key.
"Terimakasih atas pujianmu Nona Keyshafara..."
"Aku tidak memujimu!" sewot Key. Lelah juga berbicara dengan makhluk satu ini.
®©
"Kau tertarik padanya?"
"Siapa?"
"Jangan pura-pura bodoh, bodoh!"
"Siapa yang kau maksud, bodoh? Aku memang tidak tahu!"
"Key. Gadis itu. Apa kau tertarik padanya?"
"Eh— tidak! Aku tidak tertarik dengannya. Kenapa juga kau bisa berpikir seperti itu? Aneh sekali."
Hedy mensejajarkan diri dengan Alan yang semula berdiri di depannya.
"Aku hanya meduga-duga. Dan dugaanku semakin kuat saat melihat kedekatanmu."
"He'h... Pemikiran macam apa itu! Kau tahu sendiri bagaimana kisahku 'kan? Aku tidak akan masuk kedalam lubang yang sama. Dan untuk masalah kedekatanku dengan Key, itu hanya karena aku ingin membantunya medapat apa yang dia mau dan segera pergi dari sini."
"Lagi pula, kami 'berbeda'." lanjut Alan.
Hedy menepuk pundak Alan, "Hm... Berarti aku masih punya kesempatan untuk mendekatinya."
"Dasar kau ini! Tidak pernah berubah dari dulu." Hedy hanya mengendikan bahunya acuh. "Mumpum masih muda dan belum beristri. Apa salahnya mencari yang tepat. Haha..."
"Ya... Terserah kau sajalah!"
"Eh, bukankah malam ini kau kebagian bertugas di perbatasan? Kenapa kau malah disini?" selidik Alan.
"Hehe... Iya. Aku hanya ingin menanyakan ini padamu. Lagian, aku sudah meminta Tano untuk mengambil alih tugasku sebentar."
Hedy melihat wajah Alan yang memerah. Ia tahu, Alan paling tidak suka ada orang yang tidak menjalani tugas. "Hedy...!!! Apa kau tidak punya otak hah?! Cepat kembali!!" sebelum kemarahan Alan semakin meledak, Hedy sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur.
"Kapan anak itu berubah?!" Alan mengatur napasnya dan menekan amarah yang sudah berada di ubung-ubun.
Alan di buat terkejut oleh suara lembut milik seseorang. "Dia kenapa? Kok lari-larian seperti itu?"
"Ya Tuhan! Key... Sejak kapan kau disini?"
"Baru saja.—kenapa dia?"
"Biasalah, anak itu memang begitu kelakuannya."
"Err... Kenapa juga dia bisa lulus menjadi anggota militer."
"Kau terlihat sangat memujanya." goda Alan yang lansung mendapat delikan tajam dari Key.
"Kenapa juga kau jadi menyebalkan seperti dia." ini bukan perntanyaan melainkan pernyataan.
"Jangan terlalu membencinya! Nanti kau bisa jatuh cinta pada Hedy." oh, sepertinya Alan sangat menikmati wajah Key yang cembrut seperti ini.
"Tidak akan! Karena aku hanya jatuh cinta padamu."
Bersambung...
23 Juni 2017.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You, Kapten. [END]
ChickLitTentang mereka yang bertemu di tanah 'berdarah'. Tentang mereka yang mencintai namun 'Berbeda'. Tentang mereka yang saling terluka dengan keadaan. ® Keyshafara Aghata atau akrab disapa Key adalah seorang penulis berusia 20 tahun yang nekat menyusup...