Pernyataan [BAB 20]

22.9K 1.5K 21
                                    

Typo bertebaran 😂 silahkan yang menemukan kesalahn dalam penulisan maupun kata bisa dikoreksi. Terimakasih atas bantuannya.

******

Hatiku bak seonggok pintu di sebuah gubuk. Kau datang untuk mengetuk pintu itu dan meyakinkan si pemilik gubuk untuk membiarkanmu masuk, lalu setelah pintu itu terbuka dan sang pemilik mempersilahkan masuk, kau malah pergi tanpa permisi. Membuat sang pemilik kecewa dan bingung.


®©

Kicauan burung menelisik indra pendengaran gadis yang tengah meringkuk di atas kursi kayu berwarna coklat. Dengan perlahan, matanya mengerjap mencoba untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

Sudah siang rupanya. Batin Key.

Key bangun dari tidurnya, mengubah posisi menjadi duduk. Ia menyandarkan punggunya pada sandaran kursi lalu Key memijat pelan pangkal hidungnya, kepalanya pening sekali. Bibirnya terasa perih.

Pandangannya jatuh pada kursi panjang di hadapannya. Pria itu telah pergi. Entah kapan ia pergi, Key tidak tahu. Mungkin pagi-pagi sekali pria itu meninggalkan gereja, agar tidak bertemu dengan Key.

Rasa sesak itu kembali timbul tatkala kejadian malam tadi berkeliaran di pikirannya.

"Karena aku mencintaimu, Kapten."

Alan nampak terkejut dengan pernyataan Key. Ia tak mengeluarkan sepatah katapun hanya pandangan mereka yang saling terkunci. Seolah dengan pandangan, mereka dapat menyalurkan segalanya.

"Ekhem... Aku rasa luka ini tidak parah. Aku bisa mengobatinya sendiri," ujar Alan. Ia mengambil alih kapas yang Key pegang lalu membersihkan lukanya sendiri.

Key terdiam dengan pandangan yang tak terlepas dari Alan, "Bagaimana dengan perasaanmu, Kapten?" pertanyaan Key sontak membuat Alan menghentikan aktivitasnya.

"Lebih baik, kau tidur! Ini sudah malam. Kau pasti lelah, Key." jawab Alan, ia kembali berusaha menyibukan diri dengan kapas dan lukanya. Mencoba mengabaikan pernyataan dan pertanyaan Key.

"Kenapa kau tidak menjawab, Kapten?"

"Karena tidak ada yang perlu ku jawab. Perkataanmu sudah melantur terlalu jauh. Kau pasti lelah. Tidurlah, aku bisa mengurus diriku sendiri!" ujarnya datar.

"Aku sadar dengan apa yang aku katakan, Kapten! Jadi, jawablah pertanyaanku!"

Alan mencoba menyelami sekali lagi manik hitam milik Key. Ada kesungguhan di dalamnya. Alan tahu itu, sekuat apapun ia mengelak, nyatanya pernyataan gadis ini adalah kebenaran.

Alan menghelah napasnya, "Apa yang ingin kau dengar, Key?"

"Perasaanmu. Bagaimana perasaanmu padaku?"

Biarlah ia membuang jauh rasa malunya. Key rasa ini waktu yang tepat untuk mendapatkan semua jawaban itu. Belum tentu ada hari esok. Maka sebelum 'esok' itu hilang, ia tidak akan menyiakan kesempatan.

Alan terdiam beberapa saat. Mata masih saling terkunci.

"Tidak ada," Alan berujar tanpa ekspresi.

"A-apa yang kau maksud 'tidak ada'?"

Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Sekali ia berkedip, maka air matanya akan terjatuh.

"Tidak ada perasaan apapun yang aku rasakan kepadamu."

Key mencoba untuk menahan air matanya sekuat tenaga agar tidak jatuh di depan Alan. Seutas senyum terlukis di bibir ranumnya. Bukan sebuah senyum bahagia ataupun senyuman jenaka. Melainkan sebuah senyum palsu yang Key harap akan membuat dirinya terlihat kuat.

For You, Kapten. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang