Extra Part (2)

28.5K 1.5K 34
                                    

Extra part (2) aku kasih buat kalian yang masih aku gantungin 😂

Thanks banget yang udah vote dan komen selama ini. Yang udah support juga makasih. Komen dari kalian bener2 berarti banget. 😘

Note: Kalau nerima notif part ini berulang-ulang, itu karena ada kesalahan. Gatau kenapa dari semalem eror terus, jadi ke unpublish sendiri. Maaf ya...

****

Pagi ini, rintik hujan nampak berjatuhan menjamah bumi. Membuat burung-burung enggan untuk terbang dan mentaripun memilih untuk bersembunyi di balik awan yang nampak menghitam.

Key berjalan menuju balkon kamar sembari terus mengeringkan rambutnya dengan handuk. Di usia kehamilannya yang memasuki bulan delapan, Key nampak mulai kesulitan untuk berjalan. Kakinya sering kali membengkak dan terasa sakit. Belum lagi, postur tubuhnya sekarang sudah semakin berisi.

Key menatap sekelilingnya. Ia menarik napas dalam, menikmati aroma hujan yang menguar. Entah sejak kapan, Key menyukai aroma ini. Baginya aroma ini mampu menenangkan pikirannya.
Perlahan Key mengulurkan tangan kirinya, membiarkan tetesan hujan meresap ke dalam kulitnya. Sementara tangan kananya, mengelus lembut perut besarnya. Matanya perlahan memejam, mencoba meresapi segala yang ia rasa. Seketika Key terkesiap saat merasakan tendangan mungil dari dalam perutnya.

"Uhh... Kuat sekali tendangan kau nak," Key terkekeh kecil sembari terus mengusap lembut perutnya.

"Kira-kira bagaimana rupa kalian nanti ya? Seperti bundamu kah? atau ayahmu. Hihi... Bunda sudah tidak sabar menanti kehadiran kalian." bisik Key.

"Key..." panggil seorang wanita paruh baya dari ambang pintu membuat Key menoleh. Ternyata ibu mertuanya.

Key menghentikan aktivitasnya dan menghampiri Widya dengan langkah tertatih. "Iya bu... Ada apa?"

"Ini, ibu bawakan manisan jahe untukmu. Manisan ini bisa menghangatkan tubuhmu, sangat cocok dimakan saat hujan seperti ini. Ayo buka mulutmu!" Key membelalakan matanya dan tersenyum horor, pasalnya, manisan ini sangat tidak enak. Aroma jahenya terasa sangat kuat dan juga terasa pedas.

"Eum... Itu bu... Anu... I-ibu taruh saja di atas nakas, nanti aku makan." elak Key.

"Makan satu dulu saja, agar tubuhmu sedikit hangat. Ayo buka mulutmu!" Key mengangguk ragu. Dengan sangat terpaksa, Key membuka mulutnya dan mengunyah manisan berbentuk bola itu. Dengan susah payah Key menelan kudapan tersebut. Kelopak matanya sudah berair karena pedasnya jahe. Sungguh tidak enak!

"Kau ingin memakannya lagi?" dengan cepat Key menggeleng kuat, "nanti saja, bu. A-aku sudah kenyang." balas Key sembari meringis. Widya mengangguk maklum.

Tanpa sengaja, pandangan Widya jatuh pada kedua kaki Key.
"Key, kakimu terlihat membengkak, nak." Widya menggiring Key untuk duduk di sofa yang terdapat di pojok kanan kamar ini.

Key mengatur napas dan tenggorokannya terlebih dulu sebelum ia menjawab pertanyaan ibu mertuanya. Sisa-sia pedasnya masih melekat kuat.
"ekhem... Tidak apa bu, kata dokter ini wajar terjadi pada wanita hamil."

"Sandarkan tubuhmu, Key. Ibu akan memijat kakimu."

"Tidak, tidak bu... Tidak perlu. Aku bisa memijatnya sendiri. Aku tidak enak merepotkan ibu terus."

"Kau ini, seperti dengan siapa saja. Aku ini ibumu, sudah seharusnya aku memberi perhatian pada putriku." Key tetap menggeleng tidak enak.

"Sudah, cepat sandarkan tubuhmu dan luruskan kakimu."

"Ayolah Key... Tak apa," bujuk Widya. Dengan sedikit ragu dan canggung, Key menuruti perintah Widya.

Wanita paruh baya itupun membalurkan minyak kayu putih dan mulai memijit lembut kaki Key.

For You, Kapten. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang