Thank You ㅡ Ver. 1

1K 58 20
                                    

08 08 2030.

Beberapa musim telah berlalu sejak kau pergi.
Aroma tanah yang sedikit basah karena terkena hujan gerimis menyeruak dalam penciumanku.
Aku memegang sebuah buket bunga sederhana, sambil memandangi sebuah batu persegi bertuliskan nama seseorang.
Telah berapa lama aku mencintaimu?
Telah berapa lama aku menyayangi mu?
Tolong, jangan dihitung.
Karena rasa cinta dan kasih sayangku tidak bisa dihitung.

Tetapi, kenapa kau meninggalkan aku begitu cepat?
Kenapa kau meninggalkan cintaku begitu cepat?
Kau tau? Aku benar-benar merindukanmu.
Aku merindukan masa-masa kita.
Apa kau juga merindukan aku disana?
Aku yakin, kau juga merindukan aku juga.

Aku berjongkok sambil menaruh buket bunga disebelah batu nisan.
Mengelus batu itu dengan pelan.
Rasanya hampa, hatiku sangat hampa karena tidak adanya kau.
Kenapa saat kau tersenyum membuat hatiku bergemetar?
Kenapa kau selalu membuat hatiku terasa hangat?
Aku merindukan pelukanmu yang hangat.
Aku merindukan kecupan-kecupan manismu, aroma tubuhmu dan aroma rambutmu.
Aku merindukan semuanya.
Semua tentang mu.

Keberadaanmu disisiku membuatku bernapas.
Kau dulu menyatukan hatiku yang patah menjadi utuh.
Kau dulu selalu membuatku tersenyum dan tertawa.
Kau dulu memarahiku karena kekonyolanku.
Kau juga selalu memberikan hal-hal yang membuatku tersenyum malu.

Kau juga sering menarik daun kupingku jika aku berbuat nakal.
Kau juga sering menggodaku saat waktu tidak tepat.
Bahkan memberikan sebuah ciuman manis yang membuatku candu akan ciumanmu.
Aku merindukan semua itu.
Aroma maskulinmu membuatku tidak dapat berpaling.
Aroma yang paling aku sukai.
Aku merindukan itu semua.



.

.

.

.

.

.

.




Saat aku terjatuh dari sepeda, kau menghampiri aku yang sedang menangis kencang menahan rasa pedih karena luka.
Kau tertawa pelan lalu mengacak rambutku dengan gemas.
Tangisanku malah bertambah besar. Bukannya khawatir akan lukaku, kau malah tertawa.
Kau tersenyum, lalu menarik tubuhku kedalam pelukan mu, sambil bergumam sesuatu yang membuat tangisanku mereda.
Lalu kau membawa tubuhku dengan gaya pengantin yang baru menikah.

Saat itu kau benar-benar membuatku malu.
Rasa panas menjalar di kedua pipiku.
Aku memeluk lehermu sambil menghirup aroma Parfume mu. Benar-benar menenangkan.


Saat itu, aku memanjat pohon untuk mengambil buah mangga. Setelah berada di dahan pohon mangga yang cukup tinggi, aku mencoba mencapai buah mangga yang ada diatas kepalaku. Sedikit tinggi, tetapi aku tetap mencobanya.
Sedikit lagi, ya, sedikit lagi.
Danㅡ







BRUK!!







Aku mengaduh sakit saat terjatuh dari pohon. Aku tidak menyangka aku akan jatuh seperti ini.
Aku terisak menahan rasa sakit.
Kau datang membawa nampan berisi potongan-potongan buah.
Kau terkejut saat melihatku menangis, kau menaruh nampan itu diatas meja kecil berbahan anyaman rotan lalu menghampiriku.
Kau memarahiku ketika aku memberi tahumu kalau aku jatuh dari pohon.
Tangisanku masih belum mereda.
Kau mengelus pelan surai rambutku.
Kau memelukku sambil mengucapkan,

My Thoughts ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang