Always In My Heart ㅡ Ver. 2

420 40 8
                                    

20 07 2032

Langit yang tadinya cerah sekarang berubah menjadi gelap.
Menangis mengeluarkan rintik-rintik hujan.
Aku menghela nafasku pelan.
Menatap hujan dari balik jendela.
Dingin.
Ya, sangat dingin.

Aku butuh kehangatan mu.
Aku merindukan kehangatanmu.
Aku tersenyum tipis.
Bagaimana bisa aku merasakan kehangatan mu lagi? Jika kau pergi dariku?
Aku benar-benar merindukanmu.

Sangat merindukanmu.
Berapa kali aku mengucapkan kalimat itu?
Hah.. Rasanya aku tidak bosan mengucapkan kalimat itu.
Sekarang hujan bertambah besar menggantikan rintik-rintik hujan yang kecil.
Aku mengeratkan sebuah selimut berwarna biru langit pada tubuhku.
Aku menghirup aroma yang masih tertinggal pada selimut ini.
Aroma ini... Masih tetap ada.
Benar-benar aroma yang paling aku rindukan.
Aroma milikmu.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Aku bahkan tidak sanggup bernafas jika tidak ada kau di sampingku.
Kau satu-satunya oksigen untuk aku bernafas.
Kembalilah, aku merindukanmu.
Aku bahkan hampir gila jika kau tidak ada kau disampingku.

Dan, aku tahu kau tak akan pernah kembali.

29 07 2032

Aku jalani hidupku seperti biasa.
Ya, seperti biasa.

Aku melihat sekumpulan anak-anak sedang bermain bola di padang rumput yang hijau, lokasinya tidak jauh dari daerah bukit.
Mereka tertawa dengan riang.
Mereka benar-benar menggemaskan.
Dan..
Mereka juga sangat bahagia saat bermain bersama.
Tapi,
Aku teringat sesuatu.

"Jeonghan-ah.. Kelak saat kita sudah menikah, kau mau punya anak berapa?"

"Haㅡ"

"Jawab saja. "

"Tㅡtapi kan aku... "

"Perempuan atau laki-laki?"

"2 saja, perempuan dan laki-laki. Dan yang terpenting kita akan selalu hidup bahagia bersama. "

"Haha.. Ya, kau benar sayang."

Bodoh.
Kenapa airmata ini keluar?!
Mengingat seperti itu saja sudah menangis?!
Yoon Jeonghan!
Kau bukan anak kecil lagi!
Jangan menangis!

"Eum.. Chogiyeo! Nuna berambut panjang!"

Aku menolehkan kepalaku kearah suara.
Ah, seorang anak kecil yang manis memanggilku.

"Ada apa manis?"

"Eum. tolong lemparkan bola itu, Nuna!"
Tunjuk anak itu kebawah kursi yang aku duduki.

Eh? Bola?
Aku melihat kebawa kursi kayu panjang yang aku duduki.
Ah.. Ada bola ternyata. Bahkan aku tidak menyadari kapan bola itu bisa ada di bawah kursi panjang ini.

My Thoughts ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang